Real

Rushi Mu'min Aziz
Chapter #1

Episode 01

Tak pernah ada yang tahu, apa yang akan terjadi hari esok. Apakah sebuah kebahagian atau kesedihan yang tak pernah mau ku harapkan.

Hari ini adalah hari baru untukku, hari baru di tahun terakhir sekolahku. Keputusan ku adalah keputusan yang tak kan pernah bisa di ubah oleh siapapun selain takdir.

2 tahun yang lalu, kedua orangtuaku bertengkar dan berhasil cerai. aku yang menyaksikan itu hanya diam, dan tak mengerti dengan apa yang di lakukan mereka. Kakakku mungkin sudah terbiasa dengan semua yang terjadi, tapi ku pastikan, kejadian 2 tahun yang lalu adalah puncak dari pertengkaran-pertengkaran kecil yang mungkin selalu terjadi tanpa sepengetahuanku. 

Kakak memutuskan untuk pergi saja dari lingkaran keluarga ini. hak asuh ku di berikan pada Ayah. Ayah yang ku anggap begitu baik dan pahlawan dalam hidupku ternyata yang menyebabkan semua ini terjadi. Ayah memang sangat egois, Ayah memarahikku tanpa ampun saat tau nilai ujian ku turun drastis, aku tidak pernah tahan tinggal dengan monster seperti itu. ku putuskan untuk pergi dari rumah dan tinggal sendiri.

Dan inilah aku, Kim Yoonji, dengan segenap ketenangan dan setetes kebahagiaan datang menjemput hari baru. Kini, akulah tokoh utama dalam naskah kehidupan baru yang akan ku mulai kembali dengan sahabat-sahabat baru yang akan ku seret masuk ke dalam alur hidupku.

Halte bus disini seperti biasanya. Ramai. Sudah 2 kali aku menunggu bus datang lagi. Aku menghela nafas panjang. Beberapa menit kemudian bus datang dan aku segera naik, 2 bangku kosong menunggu ku, aku tersenyum dan langsung duduk, ku keluarkan headset dari saku jas sekolah dan mulai memutar lagu kesukaan ku. Abyys. ntahlah, aku begitu menyukainya. member BTS sekaligus solois itu benar-benar telah membawaku untuk menyelami dunianya.

Tak butuh waktu lama untuk menuju sekolah.

Di kelas...

Teman sekaligus sahabatku asyik berbincang di tengah keramaian kelas.

"Kau mengalah lagi?" tanya seorang gadis berambut panjang lurus itu.

"Begitulah" ujarku

"Lain kali aku yang akan menjemputmu" ucap lelaki bernama leo.

"Tidak perlu" tolakku cepat

...

Pagi, di hari yang baru, kami memulai percakapan dengan pembahasan yang tidak pernah usai. Kelas hening di iringi langkah kaki seorang lelaki yang lima tahun lebih tua dari ku.

Itu guru favorit di sekolah kami, namanya Kim Min Ho, kami biasa memanggilnya Pak Kim.

"Hari pertama kalian di kelas baru. Bagaimana? Apakah teman sekelas kalian ada yang berubah?" tanya Pak Kim dengan tawa di akhirnya.

Kami semua ikut tertawa mendengar tawa itu.

"Baiklah, untuk pelajaran kali ini, dan seterusnya akan ada kerja kelompok, jadi siapapun teman satu kelompok kalian, terima saja, siapa tau menguntungkan" jelas nya lagi.

Pelajaran berlangsung dengan penuh canda tawa, mungkin karena ini adalah hari pertama. 

Selepas itu, aku di tarik cepat oleh Kim Minji ke arah mading yang tak jauh dari kelas ku.

"Ya ampun Yoonji! kita satu kelompok" girangnya sambil memelukku tanpa ampun.

Kim Yoonji, Kim Seojin, Kim Minji, Kim Hana, Kim Jung Hoon, Leo Kim. Aku membaca satu persatu nama itu, semuanya ku kenal, kecuali satu orang yang bernama Kim Seojin. Siapa dia? Apa dia sekelas dengan ku? Tapi aku belum pernah melihat orang itu sebelumnya.

"Ayo pergi" ajak Junghoon yang langsung menarik lengan Kim Minji.

Aku mengekor mereka berdua, di susul Leo yang ternyata ikut melihat kelompok. Lelaki itu mencoba mensejajarkan tubuhnya dengan ku.

"Kau pasti akan kebih giat belajar lagi kali ini" kataku di tengah langkahan kaki yang ntah akan membawa ku kemana.

Leo menoleh. " Tentu saja"

Aku mengangguk kecil.

"Aku akan melanjutkan studiku ke luar negri" lanjutnya.

Aku menoleh dengan cepat, memasang wajah penuh dengan tanda tanya. Bukankah dia tidak pernah punya keinginan untuk studi di luar negri? Tapi kenapa sekarang berubah?

"Haissshhh... aku tidak peduli" gumam ku sambil menggelengkan kepala cepat.

"Ada apa?" 

Aku tak menjawab.

...

Pelajaran selanjutnya, kami sudah ada di kelompok masing-masing. Tak sabar menunggu sisa anggota yang belum datang. Kim Seojin, selaku ketua kelompok kami, kelompok lima.

Baru saja aku berpikir untuk menunggu, seorang lelaki duduk di sampingku. Aku menatapnya tanpa berkedip. Sungguh, lelaki di sampingku ini seperti seorang aktor drama, atau sorang member grup.

Hana menyenggolku dengan cepat, gadis itu menyadari ekspresi kekagumanku pada Seojin.

"Sial" umpatku tanpa sura sambil memejamkan mata, menunduk, lalu menggigit bibir bawahku dengan kuat.

Pak Kim mulai mengeluarkan suaranya. Untuk kali ini aku benar-benar tidak bisa fokus, ku harap nilai ujian ku tak akan turun dengan drastis.

"Apa kau mengerti dengan yang di jelaskan Pak Kim?" pertanyaan itu meluncur dari mulut Seojin.

Aku menoleh ke arah nya.

"Ya" kata ku yang kembali mengalihkan pandangan ke arah buku.

Di depanku, Leo memperhatikan ku diam-diam. Menatap bergantian antara aku, dan Seojin.

Pelajaran selesai. Aku membereskan peralatan yang ku bawa ke sekolah.

"Ku tunggu di luar" ucap Leo yang langsung berlalu, aku hanya menghela nafas panjang.

"Yoonji" panggilnya yang membuatku cepat menyahut.

"Ya?"

Mata ku dan matanya bertemu, saling menatap satu sama lain, saat itu juga detak jantungku bergemuruh tak karuan.

"Kau ada waktu nanti sore?" tanya nya.

Aku langsung mengalihkan pandangan saat mendengar suaranya.

"Maaf, sore ini aku ada janji dengan Minji, dan Hana" kataku berbohong.

"Baiklah, kalau begitu lain kali saja" katanya.

"Aku pergi dulu" Lanjut Seojin.

"Y...ya"

Aku menatap punggung lelaki itu dengan senyum yang tergambar jelas di wajahku.

Aku berpikir, kenapa sikap, dan nada bicaranya seperti orang yang telah akrab lama dengan ku?

"Tunggu!" kataku yang langsung menghentikan lamunanku.

"Aku seperti pernah melihatnya, tapi..." gumamanku terhenti saat Leo masuk, dan menarik lenganku dengan cepat.

"Kau ini, ayo pulang" perintahnya.

Aku mencoba menyeimbangi langkahnya yang cepat itu. Ekspresi yang ditunjukkannya seperti manusia yang sedang mengalami kekesalan tanpa ku ketahui alasannya.

Leo membuka pintu mobilnya untukku.

"Aku akan naik bus" kataku.

"Masuk saja" perintahnya untuk yang kedua kalinya.

Aku mendengus kesal. "Lain kali kau tak perlu mengantarku pulang"

Mobil pun berlalu, dan membawaku pulang ke tempatku. Di sepanjang perjalanan, Leo sama sekali tak bersuara.

"Aku tau, kau pasti sedang dalam masalah kan?" tebakku saat turun dari mobilnya.

Leo menatapku dalam, matanya tak berkedip. Sedetik kemudian tangannya mengacak rambutku pelan.

"Istirahat saja, besok aku akan menjemputmu" katanya.

...

Sore ini, aku memutuskan untuk bertemu dengan kedua temanku, Minji, dan Hana.

"Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Minji yang baru datang membawa minuman dingin untukku, Hana, dan dirinya sendiri.

"Tidak ada, aku hanya ingin bertemu dengan kalian" kataku.

"Waaahhh... kau pasti merindukan kami kan?" tebak Hana sambil mencubit lengan kananku.

"Ya!" kesal ku karena Hana terus mencubit kecil lenganku.

"Haha... kau ini, lucu sekali, pantas saja Leo menyukaimu" katanya yang membuatku tanda tanya.

"Apa kau bilang?" tanyaku seakan meminta pengulangan.

"Tidak"

"Leo menyukaiku?" aku memastikan.

"Tidak-tidak, tadi hanya..."

"Sepertinya Leo memang menyukaimu. Memangnya kau tidak pernah sadar?" Minji angkat bicara.

Mataku berpaling pada Minji.

"Lupakan" pinta Minji kemudian.

"Baiklah" kataku yang sebenarnya masih tak mengerti. 

Topik berganti menjadi canda tawa, lalu beralih pada kisah percintaan Minji, dan Junghoon yang masih bertahan sampai sampai saat ini.

"Aku harus mandi" kata Hana di tengah perbincangan.

"Ya, terserah kau saja" kata Minji.

Hana pun bergegas ke kamarnya, lalu pergi ke kamar mandi.

Hana memang ikut tinggal di rumah Minji. Hana gadis yang di lahirkan di Incheon, bertualang ke Seoul, dan tidak mempunyai tempat tinggal, beruntung bertemu dengan Minji yang menawarkannya untuk tinggal bersama.

Lihat selengkapnya