Tak jauh dari tempat ku tinggal, Seojin membawaku pergi. Sebuah tempat yang disini hanya terdapat satu kursi taman, dengan satu lampu taman yang remang-remang, tak jauh dari jalan raya, hanya ada jalan setapak disini.
"Waktu luang mu malam hari ternyata" katanya sambil menatpkuk.
"Tidak juga" kataku tanpa harus balas menatapnya.
"Jadi, kau mau mendengarkanku sekarang?" Seojin memastikan.
"Anggap saja begitu" kataku sedikit malas, karena ini mungkin efek dari rasa kantuk yang tertunda.
"Kau akan percaya?"
"Ya"
"Baiklah, aku akan memberitaumu sesuatu yang mungkin kau lupakan" katanya.
Aku bersiap mendengarkan setiap lontaran kata yang dia lontarkan.
"Kau ingat dengan sahabat terbaikmu?" tanyanya.
"Sahabat terbaikku banyak hari ini. Apakah aku melupakan sesuatu?" aku balik bertanya.
"Ya, kalu lupa pada seseorang yang selalu bersamamu kemanapun kau pergi" katanya.
"Ini hidupku, tapi kenapa kau lebih tau daripada diriku?" aku kembali menyela ucapannya.
Seojin terdiam.
"Apa kau..."
"Bukan, seseorang menceritakan kisahnya padaku"
"Lalu? Kau peduli?"
"Tentu saja, karena aku tidak ingin melihat orang lain menderita seperti ku, apalagi saat tau sahabat yang kita miliki benar-benar melupakan kita" Seojin mengambil nafasnya sebelum melanjutkan penjelasannya itu.
"Bagaimana jika hal itu terjadi padamu?" tanyanya.
"Itu akan sangat menyebalkan, menurutku"
Seojin tersenyum lagi.
"Jadi, bagaimana kau tau Kim Ji Hyo?" aku mengulang pertanyaan ku beberapa menit yang lalu.
"Dia temanku sewaktu SMP"
"Lalu? Apa kau tau tentang keluarganya?"
"Tidak"
"Sungguh? Apa kau tidak sedang berbohong?" desakku.
"Ya"
"Lalu? Apa sampai saat ini kau masih berhubungan dengannya?"
"..."
"Seojin? Jawab aku" pintaku.
"Kurang lebih seperti itu" katanya.
Aku mengangguk-angguk.
"Sampai mana hubungan kalian?" tanyaku yang mengundang tawa lelaki itu.
"Kenapa tertawa? Apa ada hal yang lucu?" tanya ku masih dengan nada yang serius.
"Kau ini, apa kau pikir aku ini berpacaran dengan nya?" ucapan itu membuatku malu setengah mati.
Kenapa aku harus melontarkan pertanyaan itu?
"Kalau begitu, lupakan saja. Dan aku juga harus pulang" kataku yang langsung beranjak dari tempat duduk.
Satu tangan Seojin mengehentikan langkah ku.
"Aku juga harus pulang" katanya.
Akhirnya aku, dan Seojin pun kembali ke tempat masing-masing.
...
Esoknya di sekolah...
Lagi-lagi aku mendapati sekotak susu vanila di atas mejaku, kotak susu itu baru mendarat beberapa detik yang lalu.
"Waaaahhh... sepertinya Kim Seojin menyukai mu Yoonji" ledek Junghoon.
"Tidak, dia hanya menyampaikan pesan sahabat lamaku, itu saja. Iya kan Seojin?" kataku yang memastikan Seojin.
"Ya" hanya dua huruf itu yang keluar dari mulutnya.
"Sejak kapan kalian akrab?" tanya Leo yang baru datang.
Leo berjalan menghampiriku, melirik kotak susu, lalu pergi ke kursinya.
Hana menyikut Leo.
"Kau pasti cemburu" bisiknya pelan.
Leo melirik Hana tanpa ekspresi apapun.
Pak Kim masuk, dan mulai membicarakan perihal tentang pelajaran hari ini, sesekali aku menoleh ke arah Seojin yang terlihat sangat fokus. Aku tersenyum, hal bahagia apa yang membuat ku sebahagia ini?
...
"Kau mau kemana?" tanya Minji.
"Perpustakaan. Apa kau akan ikut denganku?"
"Tidak perlu, dia akan ikut denganku" jawab Junghoon yang sambil menggenggam mesra tangan Minji.
"Aku mengerti, kalau begitu aku pergi dulu" pamitku.
"Dah"