"Jihyo!" aku memanggilnya yang sedang asyik memainkan ponselnya.
"Ya?" Jihyo menyahut.
Aku menghampirinya, gadis itu terlihat sudah bersiap untuk tidur.
Malam ini Jihyo ikut tidur di kamarku, karena dia bilang kamarnya untuk ayah. Siapa tau ayah datang malam ini.
"Kau tau yokemate?" tanyaku sedikit hati-hati.
Jihyo menoleh, dan memperlihatkan rentetan gigi cantiknya itu.
"Apakah seseorang memanggilmu dengan itu?" Jihyo balik bertanya.
"Ya, temanku" jawabku cepat.
"Biar ku tebak, pasti Leo yang memanggilmu seperti itu, iya kan?" tebaknya yang 100 % benar.
Ku hembuskan napasku kasar, aku hanya meminta jawaban bukan menyuruhnya untuk menebak.
"Jihyo" panggilku.
"Jadi?" aku melanjutkan.
"Teman hidup" katanya.
Ku kerutkan keningku, seperti biasanya mataku sedikit menyipit jika penasaran.
"Jawabannya" ucap Jihyo.
Aku masih terdiam.
"Sudah sebaiknya kau tidur, besok kau masih butuh energi" perintahnya yang kemudian menaush ponselnya di atas laci meja.
Jihyo mengambil posisi tidurnya, lalu, menarik selimut sampai ke lehernya, setelah itu menutup matanya. Jihyo sudah pergi tidur, dan aku? Masih dalam posisi yang sama.
Yokemate, yokemate, yokemate.
Kata itu terus berputar di kepala ku.
"Haissshhh... lupakan" kataku menggerutu.
Aku pun menyusul untuk tidur.
...
"Paman?" ucap Jihyo yang kebetulan melihat ayah Seojin.
Jihyo memeluknya penuh kerinduan.
"Bagaimana kabar mu?" tanya ayah Seojin.
"Sangat baik" katanya ceria.
Aku hanya berdiri melihat mereka yang sedang melepas kerinduan.
Seojin keluar dari apartemennya, dengan tas di belakangnya. Seojin berjalan ke arah kami.
"Aku akan berangkat dengan mereka" pamitnya pada ayahnya.
"Hati-hati" pesannya.
"Tentu saja" Seojin tersenyum ke arah ayahnya, lalu mengajak ku, dan Jihyo untuk berangkat bersama. Jihyo masuk lebih dulu. Dia memilih duduk di depan, sedang aku masih terdiam di tempat.
"Kau tidak akan ikut?" tanya ayah Seojin.
"Aku akan pergi dengan bus" ucapku ramah.
"Apa ada masalah?" tanya Seojin yang baru saja akan masuk ke dalam mobilnya.
"Tidak ada" kataku yang masih tersenyum.
"Yoonji! Ayo naik" pinta, dan ajak Jihyo dari dalam mobil.
"Tidak" aku menolak.
Seojin berjalan menghampiriku, dan menarikku. Seojin membukakan pintu untukku, ku lepas tangannya itu.
"Aku pergi, terima kasih atas tawarannya" kataku yang tidak mempedulikan apa yang akan di ucapkan ketiga orang itu.
...
Aku melangkah masuk ke area sekolah, sudah sangat ramai.
"Hai!" sapa Hana yang kebetulan berpapasan dengan ku.
Aku membalas nya dengan senyuman yang tersungging dengan manis.
"Dimana Minji?" tanyaku.
"Di kelas. Hari ini dia berangkat lebih awal, karena ada sesuatu yang harus di selesaikannya" Hana menjelaskan.
"Pasti Junghoon" tebakku.
"Bisa saja. Seingatku ini memang anniversary mereka" kata Hana yang mencoba mengingat-ingat.
"Ya, aku mengingatnya" timpalku.
Aku melangkah dengan di iringi celotehan dari Hana yang selalu terlihat bahagia, walau tidak tau apakah di balik kebahagiaan, dan keceriaannya itu ada hal yang menyedihkan atau tidak. Aku yang sibuk memperhatikan Hana tak sadar menabrak seseorang.
"Oh? Maafkan aku" kataku sambil membungkukkan badan berkali-kali.
Orang itu mengacak rambutku.
"Lion?" ku dapati seorang Leo dengan senyum sumringahnya.
"Selamat pagi yokemate" sapanya.
Ku hentikan napasku, sedetik kemudian aku menarik tangan Hana, dan membawanya berlari menghindari Leo. Lagi-lagi dia memanggilku yokemate, seandainya aku tidak tau, pasti aku tidak akan menghindar seperti ini.
...
"Kau ini kenapa sih?" tanya Hana menggerutu.
Ku atur napasku yang terengah-engah. Tak menjawab pertanyaan Hana.
"Sudah ku bilang kan, jangan seperti itu" ucap Leo yang ternyata sudah ada di tempat duduknya.
"Minhyun membawakan ku banyak susu vanila, dia bilang ini untuk mu" kata Seojin sambil meletakkan sekotak susu vanila.
Aku menengadah, dan memberikan senyum ku padanya.
"Terima kasih"
Setelah itu Seojin duduk di tempatnya, arah mata Leo mengikuti langkah Seojin.
Ping!
Ku dapatkan notifikasi dari Seojin.
Istirahat, bisa ikut denganku?
Sebelum ku balas pesan itu, aku menoleh ke arah nya. Lelaki itu balas menatap ke arahku.
Ya
Aku tersenyum. Ya, aku berhasil untuk tidak gugup atau canggung lagi dengan Seojin. Sekarang aku sadar, untuk apa aku terus mencintainya jika dia terus menganggapku hanya sebatas adik, masih banyak lelaki di dunia ini yang bisa ku cintai, dan mencintaiku.
...
Untuk hari ini akan ada pelajaran seni musik, dan aku baru ingat kalau minggu kemarin pak Kim memberikan tugas, pantas saja belakangan kemarin teman-temanku sibuk bernyayi, tak seperti biasanya.
"Rasanya aku ingin berduet dengan Jaehyun oppa" ucap Hana sambil menopang dagunya dengan satu tangannya.
"Bermimpilah" kataku yang langsung menoleh ke arahnya.
"New Love" ucapnya yang menyebutkan judul lagu.
Ku hembuskan napasku. Hana memang tertarik dengan Jeahyun, untung saja dia tidak sampai menjadi sasaeng.
"Ttuttururu ttuttururu ttuttururu follow me" Hana bersenandung pelan.
"Kau akan menyanyikan lagu itu?" aku memastikan.
"Ya, nanti aku akan menelpon Jaehyun oppa agar datang tepat waktu" katanya yang lagi-lagi membuatku menghembuskan napas kasar.
"Terserahmu saja, dia tak akan datang" ucapku.
Bel masuk berbunyi, pak Kim datang dengan senyuman cerianya.
"Baik teman-teman, kalian ingat? Ada tugas bukan?" kata pak Kim.
"YA!" kompak teman-teman ku, termasuk diriku.
"Siapa yang akan maju lebih dulu?" tanya nya.
"Yoonji!" teriak Hana histeris.
Aku menoleh cepat ke arahnya, lalu memelototinya. Yang ku dapat setelah itu hanya rentetan giginya yang ingin rasanya ku renggut.
"Yoonji?"
"Tidak-tidak, aku belum tau apa yang harus ku lakukan di depan sana" aku beralasan, dan memang aku belum ada persiapan, aku bahkan lupa, dan baru ingat hari ini lagi.
"Bagaimana dengan Kim Seojin?" ucap Jihyo.
Seojin yang disebut namanya tak bereaksi apapun.
"Bagaimana? Yang pertama?" kali ini pak Kim yang memastikan.
Tanpa berkata, Seojin maju, dan setelah jeda beberapa detik, lelaki itu mulai mengeluarkan suaranya.
Sum-eul chamgoseo
Naui badalo
Deul-eoganda ganda
Areumdabgodo
Seulpi uneun naleul
Majuhanda jeo eodum sog-ui nal
Chaj-aga malhago sip-eo
Oneul-eun neol deo algo sipdago yeah
Ajigdo naneun naege meo
Mulleo issda mogsolin naojil anhgo
Maemdolgo man issda
Jeo kkaman gos
Jamgigo sip-eo
Gabogo sip-eo
I'll be there
Oneuldo tto neoui
Juwileul maemdonda
Neoege galsulog sum-i chaoleugo
Neon deo meol-eojineun geos gat-a
Deo gip-eun badalo deul-eogan geon anilkka yeah
Jeo badas-sog-ui nal
Chaj-aga malhago sip-eo
Oneul-eun neol deo algo sipdago yeah
Ajigdo naneun naege meo
Mulleo issda mogsolin naojil anhgo
Maemdolgo man issda jeo kkaman gos
Jamgigo sip-eo
Gabogo sip-eo
I'll be there oneuldo
Ileohge
Neoui gyeot-eulo nun-eul gamneunda
Air mataku tanpa sadar terjatuh, untuk pertama kalinya lagi aku mendengar Seojin menyanyikan lagu ini, tapi kali ini bukan untukku, tapi untuk nilai tugas nya. Setelah selesai dia mendapatkan banyak sekali tepuk tangan dari teman-teman. Semuanya benar-benar menikmati suaranya itu.
...
"Kau curang" kata Minji.
"Kenapa? Lagipula tadi memang waktunya sudah selesai" kataku tak mau kalah.
"Berarti kau tak akan mendapat nilai" ucap Junghoon yang baru selesai menyeruput minumannya itu.
Aku tersenyum manis.
"Tentu saja aku mendapat nilai" kataku.
Aku berjalan diantara kedua sejoli itu yang sangat dekat, karena memang mereka sedang menikmati hari jadi nya.
Tak lama aku berpapasan dengan Seojin, dan Jihyo.
"Kau lupa?" tanya Seojin.
Aku terdiam, lalu menutup mulutku dengan tangan kiriku.
"Omo!" desis ku.