Real

Rushi Mu'min Aziz
Chapter #6

Episode 06

Jaeyun datang dengan pakaiannya yang serba hitam, penampilannya membuat para gadis di sekolah ini menjerit tertahan.

"Kau datang oppa?" kataku.

"Tentu saja, memang nya kau tidak bisa melihatnya?" ucap Jaeyun yang sepertinya kembali normal.

Aku terdiam, kejadian tadi melintas jelas di pikiranku.

"Hei, kenapa dengan pipimu?"

Mendengar itu aku langsung meraba kedua pipiku.

"Biar ku tebak, pasti kau juga terpesona dengan ketampananku hari ini kan? Apa aku terlihat seperti aktor sekarang?" katanya meminta pendapat, dan sedikit menggodaku.

Tanpa ku jawab, aku memutuskan untuk meninggalkannya. Jaeyun tertawa tipis melihat tingkah ku yang serba salah saat ini.

Aku melangkah ke arah kelas, berniat menonton mereka yang terlihat sangat bahagia. Ternyata Seojin bisa tertawa begitu saat bersama Jihyo.

"Sudah sampai mana hubungan mereka?" celetukku pelan.

Aku pun kembali terduduk. Sebaiknya aku pulang saja, lagipula pak Kim tak akan datang.

"Yoonji-aa!" teriak Hana di ambang pintu.

Aku yang malas mengeluarkan kata hanya menolehnya dengan malas. Gadis itu terlihat sangat ceria satiap harinya, apakah hidupnya tak ada beban?

Hana berlari kecil menghampiriku.

"Ada apa?" tanyaku.

Yang ku dapati hanya senyum cerianya, tak ada satu huruf pun yang keluar dari mulutnya.

"Kakakmu datang lagi?"

"Kenapa?"

"Aaa... hari ini oppamu sangat-sangat-sangat-sangat tampan" pujinya berlebihan.

Dalam hati, ku juga berkata seperti itu.

"Kau menyukainya?" tanya Jihyo yang ternyata mendengar percakapan kami yang belum lama ini.

"Tidak, aku hanya terpesona, lagipula aku sudaj menyukai orang lain" ungkapnya.

"Hahaha... siapa yang sudi denganmu, Hana?" ledek Leo yang datang dengan tawa, dan tepuk tangannya itu.

Hana mendengus kesal lalu dengan sejurus kekuatan yang dimiliki, gadis itu mencubiti perutnya, tidak ada ampun, sampai Leo meringis kesakitan, dan mencoba menghindari serangan itu.

"Kau meledekku lagi eoh?!" dengan kesal Hana masih mencubitinya.

"Ya ya ya, maafkan aku" kata Leo pada akhirnya.

"Pergi sana, aku tak mau melihatmu" usir Hana yang mungkin sudah cukup melampiaskan amarahnya.

Kami semua tertawa meyaksikan itu.

...

Sepulang sekolah, aku masih menunggu Jaeyun yang sepertinya masih belum selesai rapat.

"Aku pulang ya" pamit Minji sambil melambaikan tangannya padaku.

Ku balas lambaian tangan itu dengan di iringi seulas senyum di wajah.

"Kau menunggu seseorang?"

Aku menoleh untuk melihat siapa yang sedang berbicar dengan ku. Ku balikkan tubuhku mengahadapnya.

"Kau siapa?" tanyaku.

"Temanmu" jawabnya yang membuatku ingin bertanya lebih padanya.

"Siapa lagi yang mau mengaku sebagai temanku? Apa kau orang sini?"

"Daegu"

Aku mencoba mengingat, dimana aku pernah melihat orang ini.

"Mungkin kau sulit untuk mengingatku, tapi yang jelas aku ini temanmu" lelaki itu tetap bersikukuh menganggap dirinya sebagai temanku.

Aku yang sekarang tidak peduli langsung membalikkan tubuh, dan melangkah pergi, tapi, tangannya yang asing menghentikanku.

"Kim Hyun Woo. Itu nama asliku"

Ku lepas tangannya dariku, dan aku berbalik lagi dengan cepat.

"Jika itu nama aslimu, lalu nama lain mu apa? Siapa tau aku bisa mengingatnya" gerutuku kesal.

"Kau ingat tidak? Waktu kecil aku pernah bercerita padamu tentang impianku"

"LaLelaki itu mengulum senyum nya.

lu?" aku memotong ucapannya cepat.

"Dan sekarang impian itu terwujud" lanjutnya.

Aku mengangguk-angguk, bahwa aku mengerti.

"Kau benar-benar tak mengingatku?" lagi-lagi pertanyaan itu muncul.

satu menit, dua menit, tiga menit...

Aku tak berhasil mengingatnya.

"Waktu ku terbuang begitu saja, sebaiknya aku pergi, dan kita bisa bicara lagi nanti, jika kau benar temanku" kataku yang kemudian pergi meninggalkan lelaki itu.

...

Langkah ku menyusuri koridor yang mulai sepi, yang jelas aku akan menyusul Jaeyun yang mungkin saja tersesat.

"Kemana dia? Kenapa belum terlihat juga? Padahal sudah banyak orangtua yang sudah pulang" aku menggerutu kesal di sepanjang koridor sekolah.

"Kau mencari ku Yoonji?" suara Jaeyun melintas di telingaku.

Ku balikkan tubuhku, dan ku dapati sosok Jaeyun yang sudah membuatku menunggu lama.

"Ya! Kau darimana saja? Aku menunggumu di luar sampai aku harus bertemu dengan lelaki gila yang tampan, dan mengaku sebagai teman masa kecilku" celotehku tanpa membiarkan Jaeyun menyela ucapanku.

Lelaki di hadapanku ini hanya tertawa renyah mendengar cerita singkat ku.

"Maksudmu lelaki tampan tapi gila itu Baekseung?" Jaeyun akhirnya berbicara setelah tawanya reda.

"Baekseung?" aku mengulang kalimat terakhirnya.

"Ya, Baekseung, dia memang teman masa kecilmu, yang bermimpi menjadi seorang member di salah satu boygrup" jelas Jaeyun.

Sekarang kami sedang melakukan perjalanan pulang menuju arah mobil.

"Lalu? Impiannya sekarang?" aku memastikan.

"Ya, EPEX" katanya yang memberitahu nama grupnya itu.

"Hai Hyeong" sapa suara yang beberapa menit yang lalu ku dengar di depan gerbang sekolah.

Ya, itu Baekseung. Kim Hyun Woo. Lelaki tampan itu tersenyum ke arahku.

"Kau percaya sekarang Kim Yoonji?" Hyunwoo agak menekan namaku di akhirnya.

"Yeah, I believe you" kataku dengan malas sambil melipat kedua tangan.

"Bagus" katanya.

Jaeyun yang ternyata sudah menunggu beberapa menit di dalam mobil angkat bicara, dan menyuruhku untuk pulang.

Tapi,

"Yoonji1" panggilan itu membuatku menoleh cepat.

"Ayah?" aku memastikan penglihatanku benar.

"Yoonji, ayo cepat" perintah Jaeyun dari dalam mobil.

"Kau tak merindukan ayahmu?" kata ayah yang mengundang air mata ku untuk mengalir.

"Yoonji1" sekali lagi Jaeyun memanggilku.

Aku mengabaikannya. Karena kesal akhirnya Jaeyun pergi untuk menarikku paksa, dan membawaku pulang.

"Kau tidak perlu bertemu dengannya lagi, aku tidak ingin melihatnya menangis karena orang seperti mu. Pergi saja, dan ingat! Aku tidak akan membiarkan mu bertemu dengannya" dengan emosi Jaeyun menunjuk-nunjuk ayahnya itu.

Jihyo yang ada di sampingnya hanya bisa tertunduk dalam, dan menahan air matanya. Jaeyun menarik lenganku, dan membawa ku ke dalam mobil.

Dan aku berhasil menangis, Hyunwoo yang duduk di sebelahku menyenderkan kepalaku ke bahunya.

"Sudah-sudah" lelaki itu menenangkan ku.

Tangannya mengelus lembut padaku. Mobil pun melaju menuju rumah.

...

"Kau tinggal disini sendiri?" tanya Hyunwoo yang baru saja membiarkan tubuhnya duduk dengan nyaman di sofa.

"Dia tinggal dengan Jihyo, tapi aku mengusirnya kemarin, tapi ntahlah, adikky itu" katanya yang ikut duduk di sebelah hyunwoo.

"Kau berencana pergi ke suatu tempat sekarang?" tanya Jaeyun.

"Tidak ada" katanya singkat.

Mata Jaeyun membelalak.

"Tidak ada rencana? Bukankah kau sudah berhasil kabur? Tapi kenapa?" tanya Jaeyun.

"Sudah ku bilang, aku datang hanya untuk melepas rinduku pada Yoonji" ungkapnya dengan santai.

Aku yang kembali dari kamar sudah bersiap untuk pergi lagi.

"Kau mau kemana?" tanya Jaeyun.

"Konser" jawab ku.

"Konser?"

"Minji, dan Hana mengajakku pergi, lagipula besok, dan lusa libur" kataku tanpa melihat ke arah mereka, dan sibuk mengambil air dingin lalu menuangkannya.

"Konser siapa yang ingin kau kunjungi?" kali ini Hyunwoo yang bertanya.

"NCT"

"Boleh aku ikut?" Hyunwoo memastikan.

"Tidak, karena ku pikir Leo tidak akan mengizinkanmu untuk ikut" kataku.

"Leo?"

"Ya, temanku"

"Bukan pacar?" pertanyaannya itu membuatku ingin sekali memukulnya.

Aku hanya mengedarkan mataku tanpa menjawabnya.

"Bagus kalau begitu"

"Tidak ada hubungan apapun diantara kalian?" tanya Jeayun yang tidak percaya dengan ucapanku.

"Ya, aku, dan Leo hanya berteman, lagipula aku sudah menyukai seseorang" kataku.

Lihat selengkapnya