Ini adalah hari kelima aku dan Seojin resmi menjalin hubungan lebih dari sahabat ataupun teman. Ya, Seojin saat ini adalah kekasih ku. Akhirnya perasaan ku, dan perasaan nya tersampaikan.
"Aku akan mengantar musekarang, kau tidak mungkin menolak kan?" tanya Seojin memastikan.
"Tentu saa" senyum ku tergaris dengan jelas di wajah ku.
Aku menerima uluran tangan Seojin yang kemudian membawa ku ke mobil.
"Aku akan menjemput mu nanti. Apa kau pulang jam lima sore?" tanya nya di tengah perjalanan.
"Ya, seperti biasanya"
Seojin melirikku, dan melemparkan senyuman teristimewanya.
"Jadwal mu tidak terlalu padat rupanya"
"Tentu saja, aku kan baru menyelesaikan masa debut ku. Lagipula jika jadwalku terlalu padat akan sulit untuk pergi dengan mu kan?" kataku.
Seojin tak menjawab, dia hanya tersenyum, dan menatap lurus ke depan.
Tak lama aku sampai di gedung bertingkat itu. Hyun Woo menyambut ku dengan bahagia.
"Aku tak akan memeluk mu, ada yang cemburu nanti" ledek Hyun Woo yang pandangannya mengarah paad Seojin yang asyik menatap ku.
"Tak apa, lagipula aku juga tak akan menerima pelukan mu itu" kataku sambil mengulum senyum.
"Aku harus pergi sekarang, jangan lupa makan siang Yoonji. Aku akan menjemputmu nanti" pamitnya yang tak lupa mendaratkan kecupan di kening ku.
Aku tersenyum "Ya"
Seojin pun pergi.
"Ayo, dia sudah pergi" ajak Hyun Woo yang langusng menarikku.
...
"Ya? Ada apa? Tumben kau menelponku" kataku sambil bersantai ria di kursi.
"Aku merindukan mu, sangat merindukan mu" kata Jihyo.
"Haha, dasar kau ini, tak perlu berlebihan seperti itu, aku juga tidak" ucap ku.
"Apa maksud mu? Apa kau tidak merindukan ku?"
"Sama sekali tidak" canda ku.
Kami berdua kemudian tertawa lepas.
"Bagaimana dengan Jaeyun, dan hubungan kalian?" tanya ku.
"Kami putus beberapa bulan yang lalu, lagipula untuk paa melanjutkan, toh tak akan sampai ke jenjang pernikahan" katanya dengan enteng tanpa terdengar suara sedih sedikit pun.
"Baguslah, lagipula opaa itu tidak pantas untuk mu. Carilah yang lebih baik daripada nya. Ku dengar Seung Cheol menjadi CEO di perusahaan keluarganya"
"Aku tidak peduli lagi dengan nya"
"Hahaha" aku tergelak.
Sesaat kemudian kami terdiam.
"Oh ya, drama mu sangat bagus, aku menyukai nya. Kau memerankannya seakan sudah sangat profesional. Apa kau berniat melakukan nya lagi?"
"Tentu saja, tapi tidak sekarang"
Jihyo hanay ber-oh.
"Bagaimana dengan Seojin? Apa dia berbaikan dengan mu?"
"Kau pasti tak percaya mendengar kabar ini, aku bahkan berpacaran dengan nya" kataku bahagia.
"Benarkah? Sejak kapan? Kenapa kau tidak memberitaukannya padaku?" tanya Jihyo antusias.
"Ya, lima hari yang lalau, aku belum sempat memberi tau mu, karena aku tau kau pasti sibuk dengan tugas mu, jadi aku menunggu kau saja yang menelpon ku" aku menjelaskan.
"Chagia! Ayo kita berangkat!" teriakan seorang lelaki terdengar jelas oleh ku.
"Ya, sebentar!"
"..."
"Eooni? Siapa itu?" tanya ku.
"Yoonji, ku tutup dulu, lain kali aku akan menelpon mu" katanya, setelah itu telpon pun terputus.
Sekali lagi, teriakan seorang lelaki di sebrang sana teringat oleh ku, melintas begitu saja tanpa seizin ku. Aku menaruh ponsel itu di meja.
"Yoonji? Kau masih tak mau mendengar ku?" tanya seorang lelaki di ambang pintu ruangan ku.
"Hyun Woo? Sejak kapan kau disana?" tanya ku tanpa menjawab pertanyaan nya.
Hyun Woo berjalan ke arah ku lalu menyimpan tangannya di meja, dan mendekat kan wajahnya pada ku. Aku memundurkan diri dan memalingkan wajah cepat.
"Kau ini, bisa tidak jauh dari ku? Wajah mu terlalu dekat Hyun Woo" ujar ku.