Real

Rushi Mu'min Aziz
Chapter #17

Episode 17

Aku trebangun dengan mata bengkak. Aku bisa mencium aroma susu vanila dari arah dapur. Aku bisa menebak, ini pasti pekerjaan Minhyun yang seallu menyipakan sarapan untukku dengan hati yang ikhlas.

"Sudah bangun rupanya" suara itu membuat ku menoleh cepat.

"Seojin? Kenapa kau?..."

"Minhyun yang memabawa ku" katanya memotong ucapan ku.

Seojin berjalan ke arah ku dan duduk di sampingku.

"Ada apa lagi Yoonji?"

"Tidak ada" kataku yang tak mau bercerita.

"Kenapa? Kenapa kau tak pernah mau membagi beban mu denganku?" tanya nya yang membuat ku sukses kembali mengeluarkan air mata. Seojin memelukku, lalu mengelus rambut ku pelan.

"Menangislah sepuas mu, aku ada disini sekarang" katanya sedikit berbisik.

...

Hari ini aku izin untuk tidak datang, karena tidak mungkin aku bekerja dengan mata yang bengkak seperti ini. Seojin sudah pergi karena ada rapat penting di kantornya. Minhyun juga tidak bisa menemaniku saat ini, karena sedang sibuk-sibuknya dengan perkuliahannya itu.

Aku baru saja selesai mandi, dan berniat untuk mempersibuk diri di depan laptop. Sesekali membalas chatting sahabat-sahabat ku, dan para fans tentunya.

Haha, aku tak percaya dengan semua ini, ternyata aku memiliki penggemar sekarang. Di tengah-tengah kesibukan ku, Jaeyun menelpon ku.

"Yoonji, kau bisa menjemputku kan?" tanya nya memastikan.

"Menjemput mu? Kenapa harus aku yang..."

"Cepatlah, aku sudaj lelah menunggu"

"Menyebalkan" umpat ku, dan langsung menutup telponnya.

Ku tutup laptop, dan tanpa harus repot bersolek lagi, aku pergi melangkah ke arah pintu. Terpaksa aku pergi ke bandara karena Jaeyun. Padahal dia bisa pulang sendiri. Menyusahkan ku saja, untung aku tidak sedang bekerja.

...

Bandara Internasional Seoul.

Aku mempercepat langkah ku, mata ku berkeliling mencari Jaeyun yang tadi bilang sudah lelah menunggu. Dan bodohnya aku, kenapa tidak bertanya dimana dia menunggu? Aku memutuskan untuk menelponya lagi, tapi...

"Ya! Siapa yang..."

Jaeyun tersenyum manis ke arah ku.

"Kau mencari ku?" tanya nya.

"Oppa?"

"Ya, ini aku, oppa mu yang paling tampan disini" katanya yang membangga-banggakan wajahnya yang memang semakin tampan itu.

"Ayo pulang, aku ingin tidur" katanya yang kemudian melangkah pergi tanpa membawa koper hitamnya di sampingku.

"Kau tak akan membawanya?"

Jaeyun menoleh, dan dengan sejurus tatapan matanya, mengisyaratkan untuk menyurihku membawanya.

"Merepotkan" kataku.

...

"Buatkan kopi" perintahnya padaku saat lelaki itu duduk di sofa senyaman mungkin.

"Kau bilang kau ingin ti..."

"Ssttt... turuti saja apa yang ku perintahkan" katanya sambil menggerakan kedua jarinya ke arah dapur.

"Seenaknya saja, aku ini bukan pembantumu. Lagipula ini tempat ku, seharusnya aku tidak menerima mu sejak awal" gerutu ku sambil melangkah pergi ke dapur.

"Aku oppa mu Yoonji" katanya.

"Aku tidak peduli"

Jaeyun yang mendengar ku hanya terkekeh bahagia.

"Silahkan tuan tua Jaeyun" kataku bernada manis tapi kesal.

Setelah itu berlalu, tapi bel membuat ku harus kembali dan membuka pintunya.

"Paket? Sejak kapan ak..."

"Itu punya ku, bawa kesini" lagi-lagi suara memerintah Jaeyun terdengar oleh ku.

Aku kembali menutup pintu nya setelah menerima paket yang ntah apa isinya, yang jelas aku harus segera memberikannya pada Jaeyun kemudian pergi dan mengurung diri di kamar saja.

Aku membanting tubuh ku ke kasur, dengan hati yang dongkol. Apalagi yang diberikan Tuhan untukku? Tidak kah cukup yang kemarin saja? Kenapa sekarang juga harus?

Suara telpon terdengar, dengan malas aku mengangkat nya.

"Ada apa Hyun Woo?"

"Kau bisa datang besok?"

"Tentu saja. Ada apa?"

"Menejer memanggil mu tadi, tapi ku bilang kau sedang sakit, jadi besok saja"

"Baiklah terima kasih"

"Jangan terlambat nona Cho Mi Yeon" katanya yang membuat ku teringat dengan fate.

...

Malam ini aku baru keluar dari kamar, dan tentunya dengan sembunyi-sembunyi agar Jaeyun tidak seenaknya menyuruhku. Tapi, takdir tak memihak padaku sekarang.

"Ikut dengan ku" katanya yang langsung menarik lengan ku, dan membawa ku pergi dari apartemen.

Jaeyun mengajakku ke Namsan.

"Kau ini kenapa? Aku heran kenapa kau sangat menyebalkan kali ini" kataku saat sampai di atas sana.

Yang ku dapat hanya senyum yang tersungging di wajahnya. Tangannya erat menggenggam ku, seakan tidak mau kehilangan ku.

“Sudah sangat lamaaku tidak membawa mu kesini?” katanya yang membuka percakapan.

Aku menoleh, senyum nya tiba-tiba menghilang. Aku merasa kebingungan dan terheran-heran. Jujur saja, aku tidak mengerti dengan Jaeyun yang sekarang.

Jaeyun menghadapkan tubuhnya padaku.

“Bagimana hubungan mu dengan Seojin?” tanya nya.

“Sangat baik, tapi kenapa oppa tiba-tiba menanyakan hal it?” aku bertanya.

“Tidak ada, aku hanya mencari topik yang bagus untuk malam ini” katanya.

Aku melipat kedua tangan ku, lalu memalingkan wajah darinya.

“Sebaiknya aku tidur daripada harus mengikutimu kesini” kata ku pelan.

“Kau tidak merindukan ku, tidak merindukan oppa mu ini?”

“Biasa saja”

Lihat selengkapnya