Satu bulan telah berlalu, dan saat ini aku sangat sibuk. Taehyung berkali-kali menelponku, tapi aku tidak pernah mengangkatnya. Ini karena aku sibuk, bukannya aku di sengaja, tapi aku ada alasan, dan aku tau, pasti Taehyung mengerti.
“Ini untuk mu” kata Jaeyun sambil melempar susu vanila, dan aku menangkapnya dengan tangkapan yang bagus.
“Terima kasih” kataku.
Jaeyun mengangguk dan tersenyum, lalu mengalihkan pandangan dariku, dan meneguk minumnya.
“Kau benar-benar memainkannya dengan sangat profesional. Aku bahkan hampir merasa iri, karena telah kalah dari adikku sendiri” katanya Jaeyun yang tiba-tiba melontarkan topik baru untuk istirahat kali ini.
“Aku juga masih dalam tahap belajar. Kau juga pasti bisa lebih bagus dariku. Percayalah, dan yakin pada dirimu. Pasti akan baik-baik saja” kataku sambil melempar senyum paling manis yang jarang sekali ku berikan pada manusia di dunia ini. Oke, itu berlebihan.
Jaeyun mengelus kepala ku dengan penuh rasa sayang. Aku hanya bisa diam sambil menikmati susu vanila yang tadi di berikan Jaeyun padaku.
...
Semoga sukses selalu, aku akan terus mendukung mu disini, kita sama-sama berjuang bukan. Maaf jika aku terus mengganggumu dengan telpon-telpon itu. Haha, aku hanya mengetes apa kau benar-benar sedang sibuk atau tidak. Tapi ternyata memang benar, ku pikir kau sengaja menjauhi ku.
Salam, Taehyung Kim.
Ku dapati pesan yang dikirim lima menit yang lalu. Aku tersenyum ketika membaca pesan singkat dari Taehyung. Haha, lucu rasanya.
“Ada apa Yoonji? Apa kau tadi memanggilku?” sebuah suara tiba-tiba mengejutkan ku, dan membutaku menoleh ke arah pintu. Ku dapati Hyun Woo yang sedikit berkeringat.
“Apa aku mengganggu waktu latihan mu?” tanya ku.
“Sama sekali tidak. Aku senang kau mau berbicara dengan ku lagi, setelah sekian lama” katanya yang membuat ku tiba-tiba merasa bersalah seperti ini.
“Haha, maaf jika memang itu membuat mu tak nyama, tapi jujur saja aku juga merasa sedikit ada yang kurang jika aku tidak berbicara dengan mu” kataku yang mencoba mencairkan suasana.
Untuk beberapa waktu aku, dan Hyun Woo saling bungkam. Tidak tau apa yang harus di bicarakan. Aku jadi salah tingkah, dan tak nyaman setelah Hyun Woo mengatakan itu.
“Ada apa?” tanya Hyun Woo yang memecah keheningan ruanganku.
“Aku hanya ingin berbincang denganmu” kataku pada akhirnya.
“Tentang?”
“Anything” kataku yang tak tau harus mencari topik seperti apa saat ini.
“Haha, kau ini, ku kira ada hal penting yang ingin kau beri tau pada ku” Hyun Woo tertawa, dan itu membuat ku ikut tertawa sepertinya.
“Baiklah, izinkan aku untuk berpikir sebentar, aku akan mencari topik”
Aku mengangguk, masih dengan senyuman yang tak mau hilang saat ini.
“Oh ya, kemana pergi nya Seojin?” tanya Hyun Woo tiba-tiba.
“Kenapa kau tiba-tiba menanyakannya? Apa kau merindukannya?” aku memastikan.
“Hahahaha.... untuk apa aku merindukannya? Bukan ka harusnya kau yang merindukan Seojin?” katanya.
“Dia ada. Kenapa? Apa kau takut dia menyakitiku karena hilang kabar dari mu?” aku memastikan lagi.
Hyun Woo menoleh. “Kenapa tiba-tiba kau bicara seperti itu?”
Ku alihkan pandangan darinya, lalu menghela napas panjang, dan menghembuskannya dengan pelan.
“Aku hanya ingin tau kabar kalian selama ini” alasannya.
“Hanya itu?” aku sedikit tak percaya.
“Ya”
“Baiklah, ayo kita lupakan dan cari topik yang lain” perintahku.