Aku membuka pintu apartemen dengan cepat, dan ku dapati Seojin berdiri dengan senyum nya yang telah lama ku rindukan. Tidak, aku tidak merindukannya, dia sudah sangat lama pergi meninggalkan ku.
“Aku datang Yoonji” katanya.
“Ada apa?” tanya ku yang menahan semua rasa rindu yang sedari sudah menggebu.
“Kau tidak merindukanku?” tanya nya.
Aku menatap nya, lalu setelah itu mengalihkan pandangan darinya.
“Hhhh... padahal aku sangat merindukan mu. Ku pikir kau merindukan ku juga” katanya sambil tersenyum.
Ku pejamkan mata, berencana menahan semuanya, tapi sia-sia saja. Aku menghambur memeluknya dengan erat, dan air mata itu berhasil mengalir dengan tenang, dan membasahi baju Seojin.
“Siapa bilang aku tidak merindukanmu? Aku sudah sangat lama menantikan mu” kataku sambil terisak.
Seojin membalas pelukanku, dan mengelus puncak kepala ku dengan lembut.
“Maaf” katanya pelan tapi terdengar sangat tulus.
Aku hanya bisa diam dan tetap memeluk Seojin, semakin mempererat nya seakan tak mengizinkannya lagi untuk pergi jauh dari ku.
...
Esok harinya aku terbangun lebih awal. Seperti biasanya, Jaeyun sudah pergi, dia terlalu rajin sekarang. Ntah karena alasan apa, yang pasti setiap aku terbangun pasti orang itu sudah tak ada. Bagus kalau begitu, aku juga kurang merasa nyaman jika sudah besar masih tidur berdua dengan kakak, walaupun itu kakak kandungku sendiri.
Sebaiknya dia pergi, dan cari tempat tinggal sendiri, lagipula uang nya banyak, apalagi setelah dia jadi seorang aktor. Banyak penggemar pula, termasuk teman-teman ku. Dan mungkin aku sendiri adalah penggemar berat nya.
Aku keluar dari kamar setelah bersiap untuk pergi lagi, dan saat aku sampai di ruang tamu, aku melihat Seojin masih terlelap disana dengan tenang.
Meguriawase taguri yose deau no deshou
Futari ga hanarenai you ni musubareru deshou (Ooh-ooh-ooh-ooh)
Boku to kimi to ga deatte hodokenai you ni
Hanbun doushi deatte ai wo nuiawasete
Boku wa kitto hanbun no ito Kimi ga boku no hanbun no ito
Kasanariatte kizuna to naru
Boku wa kitto hanbun no ito
Kimi ga boku no hanbun no ito
(Ai shi au ito) tsuyoku nuiawasete
Ah-ah-ah, ah-ah-ah
Oh-woah, ah-ah-ah ah-ah
La-la, la-la
Ah-ah-ah, ah-ah-ah
Oh-woah, ah-ah-ah ah-ah
Aku tersenyum menatap nya dengan dalam, kerinduan ku sudah terbayarkan, tapi aku tetap merindukan Seojin sekarang, dan sampai kapanpun.
“Ada apa? Kenapa kau melihat ku seperti itu?” tanya Seojin dengan suara seraknya.
Aku yang mendengar itu langsung mengerjap kaget, dan langsung mengalihkan pandangan kemana pun. Seojin terbangun, dan mengambil posisi duduk nya, lalu pergi menatap ku.
“Sejak kapan kau memandangi ku?” tanya nya lagi.
Aku terdiam, masih mengalihkan pandangan darinya. Tak mau menjawab pertanyaannya itu, biarkan saja, aku sangat malu, ini adalah yang ntah keberapa kalinya aku tertangkap sedang memandanginya saat tidur. Sungguh memalukan.
“Yoonji?” lelaki itu memanggilku.
Aku bisa melihat dari ujung mataku dia tersenyum, lalu beranjak berdiri dari sofa.
“Baiklah, aku akan mandi, lalu mengantarmu ke kantor” katanya yang kemudian berlalu begitu saja.
Setelah benar-benar menghilang dari ruangan ini, aku menutup wajahku dengan kedua tanganku, lalu berteriak kecil.
...
Di kantor...
“Selamat pagi eonni” sapa ku saat bertemu dengan Yeji di pintu masuk gedung itu.
“Pagi juga adik manis” katanya sambil mencubit gemas pipi kanan ku.
Seojin keluar dari mobil dan ikut menyapa Yeji.
“Selamat pagi, aku Seojin” katanya sambil mengulurkan tangan kanannya tepat ke arah Yeji yang sibuk memandangi Seojin, lelaki yang baru di lihatnya.
“Yeji” gadis itu membalas uluran tangan Seojin, lalu melepas nya perlahan.
Yeji menyikutku dengan pelan. “Apa itu pacar mu?” bisiknya.
Aku hanya tersenyum untuk memberikan jawaban.
“Apakah Bang PD tau kalau kau punya pacar setampan itu?” lagi-lagi Yeji membisikiku.
“Tidak, jadi tolong rahasiakan ini. Oke?” aku ikut berbisik.
Setelah itu aku mengajak Seojin masuk.