Aira membuka matanya perlahan, bulu matanya yang lentik terkena cahaya matahari, ia melihat ke sekeliling kamar yang telah terang karena sinar pagi itu menerobos dari sela gorden. Aira terduduk di tempat tidurnya merasakan hangatnya belaian dari sang surya. Ia melihat sosok yang tidak lagi asing baginya, sosok tembus pandang itu.
Aira bangun dari tempat tidurnya saat teringat ia harus bersiap berangkat ke sekolah barunya, SMA Sentosa Juara. Aira mengambil seragam dan juga handuk lalu masuk ke kamar mandi yang berada di sebelah kamar.
Tak butuh waktu lama baginya untuk membersihkan diri, ia keluar dari kamar mandi dengan seragam SMA, kemeja putih berkerah-berlengan panjang dan rok abu-abu panjang juga. Aira bercermin, menyisir rambutnya sembari memperbaiki penampilannya di depan cermin yang dibawa dari rumah lama. Rumah yang terbakar. Rambut sebahu dan poninya terlihat rapi.
Aira menghembuskan nafas berat, hari pertama sekolah membuat Aira sedikit gugup.
“Aira semangat!” seru Aira pada dirinya sendiri.
Aira berjalan keluar kamar membawa tas ke ruang makan, ia duduk sendiri di meja makan. Set meja makan modern yang terbuat dari kayu dengan empat kursi terasa begitu luas. Orangtua Aira sudah berangkat dari pagi karena bekerja sebagai pegawai pemerintah. Aira memakan makanan yang sudah dimasak ibunya. Sambil makan, Aira melirik jam dan sosok yang sedang memperhatikan Aira terlihat disana. Aira mempercepat makan, lalu menaruh piring kotor di tempat cuci piring.
Aira segera mengambil tasnya dan bergegas pergi ke sekolah. Rumah Aira terletak di pertigaan komplek daerah Bandung Timur, perlu lima belas menit dari rumah untuk pergi ke pusat kota. Daerah komplek yang sepi dan tak ada kendaraan umum lewat, mengharuskan Aira pergi sekolah dengan berjalan kaki. Jarak dari rumah ke sekolah pun tak terlalu jauh. Hanya sekitar dua blok dari rumah.
Sesampainya di depan gerbang sekolah Aira merapikan rambutnya sedikit lalu melangkahkan kakinya memasuki gedung besar itu. Aira mulai bergabung dengan teman-teman sekelasnya yang ia ketahui dari papan pengumuman.
“Hai siapa namamu?” tanya salah seorang siswi pada Aira.
“Aira.” jawab Aira sambil menunduk, siswi itu tersenyum lalu pergi bertanya pada yang lain. Aira yang pemalu lebih banyak diam. Tak banyak yang dilakukan di hari pertama, Aira segera pulang setelah semua kegiatan di sekolah selesai.
Hari pertama Aira di sekolah tidak terlalu baik, tapi tidak juga buruk, setidaknya Aira tahu beberapa nama teman sekelasnya. Aira sampai di rumah dengan kondisi rumah yang sepi. Ia menyimpan tas dan membuka laptop lalu mulai mengetik catatan hariannya.
Hari pertama di sekolah baik, aku belum memiliki teman. Rasanya malu saat harus berkenalan dengan yang lain. Yang lain cukup akrab, mungkin karena satu SMP.