“Lebih baik kamu mencuci tanganmu dulu.” Kata laki-laki itu tanpa menoleh, Aira mengangguk lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan. Aira meninggalkan Real dengan laki-laki itu, di kamar mandi Aira bertemu dengan Mey.
“Tumben belum pulang, Ra. Lagi ada kerjaan apa?” Tanya Mey.
“Aku lagi mewarnai barang kelompokku.” Jawab Aira dengan ramah.
“Ohh, kalau begitu aku duluan.” Kata Mey sambil pergi meninggalkan Aira, tak lama Aira kembali ke tempat Real dan laki-laki itu. Di lorong Aira mendengar suara Mey yang sedang mengobrol, Aira mendengar sedikit pembicaraan Mey.
“Aira tuh aneh, padahal itu tugas kelompok tapi yang mengerjakan hanya Aira. Dia terlalu mudah untuk disuruh, bahkan tugas sekolah pun kebanyakan minta bantuan dari dia. Lagipula dia bukan orang yang menyenangkan, jadi tak ada yang nyaman saat bersamanya. Orang lain mendekatinya karena dia pintar matematika. Tahu tidak? Aku pernah melihatnya ngomong sendiri seperti orang gila.” Kata Mey sambil tertawa pada seorang perempuan dari kelas lain. Aira hanya terdiam mendengar pembicaraan Mey.
Aira kembali ke tempat Real dan laki-laki itu, laki-laki itu sudah selesai mewarnai barang kelompok Aira.
“Wah terimakasih, tapi aku tidak pernah lihat kamu sebelumnya. Siapa namamu?” tanya Aira dengan sedikit gugup.
“Kita pernah mengobrol sebelumnya tentang gambar yang kamu kirim untuk perlobaan karya tulis. Sepertinya kau lupa, aku Arka, aku kakak kelasmu. Boleh aku pakai cat semprot ini?” kata Arka sambil tersenyum, Aira mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu Arka pamit pulang, sedangkan Aira sibuk membereskan barang-barangnya.
“Ada apa Aira? Kenapa kamu terlihat bingung?” tanya Real, Aira hanya tersenyum sambil bersiap pulang. Real menatap Aira dengan tatapan mencurigakan membuat Aira menjadi salah tingkah.
“Kamu gugup saat bicara dengan Arka, wajahmu juga memerah. Sebenarnya ada apa?” tanya Real yang membuat Aira menatap Real.
“Aku tidak biasa bicara dengan laki-laki, itu membuatku gugup dan bingung, sepertinya aku salah bicara tadi. Bagaimana ini!? ” kata Aira sambil cemberut.
“Aku juga laki-laki tapi kamu tidak gugup berbicara padaku, kamu juga tanpa malu menyuruhku melakukan sesuatu.” protes Real dengan wajah polosnya.
“Aku tidak gugup karena kamu itu tidak nyata lagipula kapan aku menyuruhmu, kau saja tidak bisa menyentuh benda dalam waktu lama.” Kata Aira yang berjalan meninggalkan Real di belakang. Real berhenti berjalan, membiarkan Aira meninggalkannya.
“Aku nyata.” Ucap Real dengan suara pelan tapi masih dapat terdengar oleh Aira. Aira berbalik dan terdiam sampai Real berjalan mendekatinya, “Ayo pulang.” ajak Real mendahului Aira.