Beberapa hari setelahnya, hari libur sekolah. Aira diajak Lani berlibur bersama keluarga Lani di sebuah vila, awalnya Aira menolak tapi Lani tetap memaksanya untuk ikut.
“Kamu harus berlibur, Ra. Jangan di rumah aja, biar ga stres.” Bujuk Lani beberapa jam sebelum berangkat, Orang tua Aira sudah memberikan izin sehingga Aira juga setuju. Perjalanan yang memakan waktu satu jam, terasa singkat. Pemandangan pegunungan di luar mobil yang luar biasa, Aira sibuk mengagumi keindahan alam.
“Kita sudah sampai.” Ucap Lani bersemangat, mobil memasuki area vila. Halaman yang luas dengan sebuah rumah bertingkat yang tak kalah besar.
“Ini milik nenek ku, kami juga jarang kesini. Tapi semoga kamu suka ya.” Ucap Lani ketika mobil berhenti tepat di depan pintu masuk.
“Kalian bersenang-senang disini, jika ingin beli sesuatu ada mini market di jalan yang tadi kita lewati. Cukup berjalan sedikit, minimarket nya sudah terlihat.” Ucap Ayah Lani, Ayah dan Ibu Lani sangat baik dan juga ramah membuat Aira nyaman.
Kemudian Aira dan Lani keluar dari mobil, mengeluarkan barang-barang mereka dari mobil. Berpamitan dengan orang tua Lani lalu masuk ke dalam rumah.
“Lan, aku pikir orang tuamu akan ikut berlibur dengan kita.” Ucap Aira ketika sudah masuk ke dalam rumah.
“Tidak, aku memang sengaja meminta mereka untuk membiarkan kita disini berdua. Aku takut membuat kamu jadi canggung, aku tau kamu tak bisa berlibur dengan tenang jika mereka bersama kita.” Ucap Lani, Aira menatap Lani dengan perasaan tidak enak.
“Orang tuaku juga ada urusan lain jadi mereka memang harus pergi, tenang saja ini bukan salahmu.” Lani menenangkan Aira dengan sedikit tertawa.
“Sekarang kamu pilih mau tidur di kamar yang mana, kita bisa melihat semua kamar terlebih dahulu.” Ucap Lani bersemangat, Lani menarik tangan Aira mengajaknya berkeliling rumah.
Di lantai pertama ada satu kamar, sedangkan di lantai kedua ada tiga kamar tidur. Di lantai ketiga tidak ada kamar atau ruangan apapun, itu hanya sebuah tempat yang luas untuk bersantai. Aira dan Lani memutuskan untuk tidur di lantai kedua, bersebelahan.
“Kamu baik-baik saja tidur sendirian, Ra?” tanya Lani sedikit khawatir.
“Jangan khawatir seperti itu, aku bisa tidur sendiri.” Jawab Aira meyakinkan.
“Eh, kita benar-benar hanya berdua di tempat ini?” tanya Aira memastikan.
“Ada pamanku yang akan menginap di sini, menjaga kita. Dia akan datang nanti malam, kalau siang-siang gini sih dia masih kerja.” Jawab Lani, Aira mengangguk menanggapi. Aira dan Lani memutuskan masuk ke kamar masing-masing. Kamar yang luas dan bersih, dengan jendela yang menghadap ke pegunungan, Kamar yang di impikan Aira.
“Akhirnya aku bisa tidur di kamar seperti ini, aku benar-benar senang.” Ucap Aira pada dirinya sendiri, sambil duduk di tempat tidur. Perlahan ia membaringkan badannya di tempat tidur lalu menutup matanya.
“Real, kamu ada di sini?” tanya Aira ketika merasa ada seseorang yang menatapnya, Aira membuka matanya dan melihat Lani di dekat pintu.
“Eh, maaf aku tidak sopan masuk tanpa mengetuk pintu. Kamu saja tidak menutup pintu sih, Ra.” Ucap Lani sambil berjalan mendekati Aira.
“Siapa itu Real?” tanya Lani saat sudah berada di depan Aira, Aira segera duduk saat sadar ia baru saja menyebut nama Real.
“Oh, itu,” Perkataan Aira terjeda, Aira sedang membuat jawaban di otaknya. Lani menatap Aira dengan penasaran.
“Kucing.” Lanjut Aira, Aira juga tak tau kenapa ia menjawab begitu. Lani menatap Aira tidak percaya.
“Iya, kucing. Aku tiba-tiba teringat kucing yang sering masuk kamarku, aku ingin membawanya kesini juga.” Ucap Aira, Aira merasa itu jawaban bodoh tapi ia tak memiliki ide yang lain untuk menjadi sebuah jawaban.
“Aku lapar nih, kita ke minimarket yu.” Ajak Lani mengabaikan jawaban Aira, Lani menarik tangan Aira.