Real

Mizura
Chapter #11

10 - Diriku

Keesokan paginya, Aira sedang bersiap-siap di waktu yang sama terdengar suara seseorang mengetuk pintu.

"Aira." ucapnya sembari mengetuk pintu.

Ketika Aira membuka pintu, tak ada siapa-siapa. Aira mulai gemetar, ia takut. Terbayang sosok perempuan yang sering mengganggunya, terlebih lagi semalam Lani cerita hantu yang ada di vila. 

"Lah, kenapa?" Ucap Real terheran-heran sembari menatap Aira, sementara itu Aira tampak ketakutan.

"Real kamu dengar kan barusan suara orang mengetuk pintu? Dengar kan?" Tanya Aira tergesa gesa.

"Iya denger lah, ada apa Ra?" Real balik bertanya, Real menatap Aira bingung.

"Tuk tuk tuk"

Suara pintu terketuk tiga kali terdengar lagi, Aira mencoba membukanya kembali dengan tangan yang agak gemetaran, setelah di buka nampak tidak ada seseorang lagi di depan pintu. Aira terkaget dan berlari ke belakang Real.

"Kenapa sihh, pagi pagi gini masa takut sama hantu, paling juga orang yang jail tuh." ucap Real kepada Aira, kemudian Real berjalan membuka pintu, nampak Arka sedang berdiri hendak mengetuk pintu lagi.

"Ahaha, ketahuan nih." ucap Arka canggung.

"Ka Arka jangan nakut nakutin aku dong, tau kan vila ini jarang digunakan." Tegur Aira sembari mendekati Arka, "Ngomong-ngomong ada apa kak?"

"Ayo kita pergi ke gunung, cukup dekat dari sini jadi harusnya sore ini kita sudah kembali lagi ke vila." Ucap Arka semangat.

“Iya, ayo.” Ucap Aira, Arka dan Aira kemudian berjalan ke lantai bawah. Tak lupa Real mengikuti mereka di belakang.

"Ini ceritanya liburan yang menyenangkan atau menyeramkan sih." Ucap Lani dengan nada kesalnya.

“Kenapa Lan?” tanya Aira penasaran sedangkan Arka tertawa.

“Tadi pas aku baru bangun, eh gak. Dari tadi malam, pas aku lagi ambil minum, Kak Arka jahili aku. Untung saja gelas di tanganku tidak aku lempar padanya, tadi pagi juga dia sengaja mengetuk pintu kamarku. Saat aku buka tak ada orang.” Ucap Lani dengan kesal, Arka masih tertawa mengejek. Lani yang sedang memasak di dapur sudah siap melempar telur yang sedang di pegangnya ke arah Arka, sebelum itu terjadi Aira menenangkan Lani.

Setelah itu, Aira membantu Lani memasak sedangkan Arka menunggu di meja makan. Arka hanya diam, tampak kelelahan. Pada akhirnya, Arka tertidur di meja makan. Aira yang kebetulan melihat Arka, segera mengambilkan bantal. Lani yang tersadar Aira memberikan Arka bantal hanya mampu tersenyum.

“Ngapain sih ambilin bantal!?” Kesal Real, Aira dengan pelan menaruh bantal di sebelah Arka. Arka yang setengah sadar mengambil bantal itu lalu kembali tertidur.

“Kita makan duluan saja.” Saran Lani sambil menaruh makanan di meja makan, Aira mengangguk. Aira dan Lani makan dengan tenang sedangkan Arka masih tertidur.

“Kak Arka sudah beberapa hari, tidak bisa tidur nyenyak jadi kita biarkan saja.” Ucap Lani sambil mengambil piring kotor yang tadi ia pakai untuk makan, Aira menatap Lani bingung.

“Semalam dia sendiri yang bilang, jangan menatapku seperti itu.” Ucap Lani sambil tertawa, Aira mengangguk lalu membantu Lani menaruh piring-piring kotor. Sarapan yang dibuat Lani cukup membuat Aira kenyang, setelah mencuci piring mereka berdua duduk di teras. Udara pagi yang segera, Aira merasa tenang. Aira dan Lani berbincang cukup lama sampai Arka menemui mereka di teras.

“Leherku sakit.” Keluh Arka.

“Aku sudah sarapan dan sudah tidur, ini saatnya kita main ke gunung.” Ucap Arka semangat, Aira mengangguk. Mereka berbincang tentang barang apa yang harus dibawa, limabelas menit kemudian barang-barang yang harus dibawa sudah terkumpul. Mereka sudaah siap berangkat, mereka pamit pada Paman Deni lalu memulai perjalanan. 

Dengan suasana asri akhirnya mereka melangkahkan kaki untuk memulai perjalanan, meskipun dengan jalanan yang menanjak mereka tidak merasa lelah. Suasananya benar-benar menyenangkan.

Suara gemercik air yang mengalir dari hulu dan serangga menambah nuansa alam, mereka bertiga terus berjalan dengan waktu yang cukup lama, dengan Real yang mengikuti di belakang, hingga akhirnya sampai di tempat peristirahatan pertama.

Mereka pun duduk di bebatuan sembari mengeluarkan botol minum, "Kamu haus, Real?" bisik Aira.

"Tidak, aku tidak apa-apa. Kamu saja yang minum." Ucap Real sembari tersenyum "Lagi pula perjalanan ini benar-benar menyenangkan, tidak seperti yang ku banyangkan suasananya." Ucapnya kembali. Aira pun tersenyum.

"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri, Ra? Kamu juga Lani, nampaknya senang sekali." Ucap Arka.

"Gapapa, aku suka suasana asri ini" jawab Aira

"Ya, ini benar-benar menyenangkan" tambah Lani.

"Hmm, ku kira kalian seneng bisa jalan-jalan bareng aku." Ucap Arka sembari menahan tawanya.

"Huuu." Ucap Lani dan Aira, tak lama mereka kembali melanjutkan perjalanan, namun Real memberhentikan Aira.

"Ra, tunggu. Lihat itu." ucap Real sambil menunjuk ke arah samping.

Aira sontak menyuruh yang lain berhenti untuk menunjukan apa yang dia lihat, sesuatu yang ditunjukan oleh Real. Hewan berkaki empat dengan tanduk yang bercagak.

"Woaah." Mereka terkagum melihat beberapa ekor rusa liar.

"Aku baru pertama kali melihatnya secara langsung." Ucap Aira, Real mengangguk.

“Itu namanya apa?” tanya Real penasaran.

“Rusa.” Jawab Aira pelan.

Dengan kamera yang dibawanya, mereka mengabadikan momen tersebut. Berfoto dengan latar beberapa ekor rusa dengan jarak yang tidak begitu jauh.

“Ra, lihat. Ada banyak burung di atas kita.” Ucap Real semangat.

“Karena sarangnya ada di pohon, Real.” Bisik Aira.

Lihat selengkapnya