Beberapa hari kemudian, Aira terbangun saat matahari belum benar-benar terbit, Aira segera masuk kamar mandi untuk bersiap ke sekolah. Real menunggu Aira di meja makan bersama dengan orangtua Aira, Aira mendekati meja makan dengan seragam yang rapi.
“Semua sudah siap? Jangan sampai ada yang tertinggal. Kamu akan berkemah tiga hari tiga malam jadi jangan sampai ada yang tertinggal.” Kata Ibu sambil menyiapkan makanan di meja makan, Aira menatap Real lalu tersenyum.
“Jangan senyum-senyum seperti itu, segeralah makan sebelum kamu terlambat. Ayah tidak ingin kamu terlambat, hari ini ayah akan mengantarmu ke sekolah.” Tegas Ayah, Aira segera memakan sarapannya. Aira benar-benar senang karena ayah Aira akan mengantar Aira ke sekolah, Aira juga senang karena Real ikut bersamanya.
Aira masuk kembali ke dalam kamar, Real mengikuti Aira masuk kamar. Aira mengecek kembali barang-barang yang dibawanya.
“Semua sudah lengkap, Real aku senang kamu ikut bersamaku. Kau bisa belajar banyak hal dari alam, pelajaran dari alam tidak kalah penting dengan pelajaran di kelas.” Kata Aira penuh semangat, Real hanya mengangguk.
Sebelum berangkat Aira mengambil laptop lalu mulai mengetik catatan hariannya.
Aku akan pergi berkemah bersama Real, aku sangat senang. Semoga tak ada hal buruk yang terjadi.
Setelah itu Aira menutup laptopnya lalu keluar kamar dengan tas dan barang bawaan yang banyak. Aira pamit kepada ibu lalu berangkat bersama ayah.
Sesampainya di gerbang sekolah, Aira turun dari mobil dibantu ayah karena barang bawaan Aira yang cukup banyak. Ketika Aira menurunkan barang bawaan, Lani datang dengan ayahnya. Lani dan Aira memasuki sekolah bersama, mereka berdua segera berkumpul dengan kelompok masing-masing. Sekilas Aira melihat Arka yang sedang mengecek barisan dan kelengkapan setiap kelompok.
Pukul 07.00 pagi, semua kelompok dan panitia berangkat ke tempat kemah. Sampai di tempat kemah, Aira bertemu dengan Arka. Arka mendekati Aira, Arka terlihat lelah.
“Tadi malam aku dihantui mimpi buruk lagi, aku tidak tahu mengapa laki-laki berjubah itu terus datang di mimpiku. Benar-benar merusak jam tidurku, aku merasa terganggu. Seakan dia nyata.” Kata Arka sambil memijit pelipisnya perlahan, Aira menatap Arka khawatir. Setelah mengobrol, Arka kembali berkumpul dengan panitia lain sedangkan Aira kembali dengan kelompoknya. Real hanya menatap Aira tanpa berkata apapun.
Ketika Aira melewati kelompok orang lain, Aira mendengar ada yang mengobrol tentang Aira, Lani, dan juga Arka. Aira hanya pura-pura tak mendegar obrolan, sedangkan Real di sebelah Aira hanya terdiam. Real lebih banyak diam sedangkan Aira lebih banyak bicara, Aira banyak melakukan tugas sampai-sampai Aira berubah menjadi ketua kelompok.
Aira kesulitan mendirikan tenda sedangkan anggota kelompok Aira sibuk mengurus urusan masing-masing, Kelompok lain mendirikan tenda bersama-sama. Aira tak kehabisan akal, Aira melirik tenda milik kelompok yang lain lalu mencoba menirunya tapi setelah berusaha Aira tetap gagal. Real mendekati Aira dan mencoba membantu Aira, Real memegangi satu sisi dan Aira memegangi sisi yang lain.
“Terimakasih karena kamu selalu peka, saat aku merasa kesulitan ataupun berharap sesuatu pun kamu selalu ada Real.” Kata Aira pelan ketika tak ada siapapun selain Aira dan Real.
“Tentu saja. Ingatlah, kamu tidak pernah sendiri. Kalau kamu merasa kesulitan bilang saja padaku.” Kata Real, tak lama Arka mendekati Aira.
“Sini ku bantu.” Tawar Arka membantu Aira mendirikan tenda, Real segera melepaskan sisi yang dipegangnya dari tenda. Dengan dibantu Arka tenda dapat dengan mudah didirikan.