Mereka semua memutuskan untuk pulang ke rumah, tapi Aira berhenti didepan game center, Lani ingin Aira pulang saja kerumah tapi Aira tidak mau melangkahkan kakinya.
“Ayo kita pulang, lebih baik kamu pulang.” Ajak Lani, akhirnya Aira mengangguk setuju. Di jaan pulang Aira hanya diam, wajahnya pucat. Supir taksi yang mereka tumpangi menawarkan untuk pergi ke rumah sakit tapi Aira menolak. Ketika sampai rumah, Real mengajak Aira untuk berdiri di depan cermin.
“Real.” Ucap Aira pelan, Aira tidak mengerti untuk apa mereka berdiri di depan cermin.
“Tunjukan wujud aslimu.” Kata Real pada cermin itu, Aira berpikir Real bercanda. Tapi ada sesuatu yang bergerak di cermin itu, pantulan diri Aira berubah. Bayangan itu bergerak sendiri, Real tersenyum sinis.
“Aku sudah mengawasimu dari lama, dan aku tahu kamu bersembunyi di dalam cermin.” Kata Real pada bayangan itu, bayangan itu nampak marah dan ingin keluar dari cermin tapi tak bisa.
“Real aku tidak mengerti apapun, ada apa ini?” Kata Aira sedikit takut dan memilih untuk melangkah mundur menjauhi cermin.
Bayangan itu mulai berbicara pada Aira dengan suara khas nya, suara serak dan berat.
“Semakin kamu takut, maka aku akan semakin kuat. Hidupmu begitu menyedihkan, lebih baik hidupmu itu menjadi milikku.”
Aira hanya mendengarkan, suara bayangan itu mulai berubah menjadi suara orang-orang yang selalu membicarakan Aira, perkataan yang selalu menyakiti perasaan Aira. Aira terus menggeleng, ia mengelak. Perkataan itu terus berulang, Aira merasa kesal dan juga sedih, perasaanya campur aduk.
Lalu semua jadi pelan, Aira mendengar perkataan bayangan itu tapi sangat pelan. Ternyata Real menutup telinga Aira dengan tangannya, Real menutup telinga Aira sampai bayangan itu menghilang.
“Aku tidak akan membiarkanmu mendengar perkataan yang tidak kamu sukai.” Kata Real sambil melepaskan kedua tangannya dari telinga Aira, Aira sadar Real bisa menyentuhnya. Ketika tangan Real sudah tidak menyentuh telinganya, Aira menatap Real cukup lama.
“Sejak kapan kamu bisa menyentuh manusia? dan sejak kapan wujudmu sudah tidak transparan? Seingatku kamu dari dulu begitu transparan tapi sekarang kamu makin nyata, kamu bisa menyentuhku, seorang manusia? jadi kamu itu apa Real?” tanya Aira sambil menatap Real, Real hanya tersenyum.
Suara ketukan pintu rumah membuat Aira segera membukakan pintu, Real megikutinya. Saat pintu terbuka, orang tua Aira yang datang, betapa terkejutnya Aira mendengar perkataan orangtua Aira.
“Siapa dia Aira?” Tanya ibu sambil menatap Real, Aira hanya terdiam tak dapat mengatakan apapun.
“Ibu pikir tadi ada orang disebelahmu, sepertinya ibu salah lihat.” Kata ibu sambil melewati Real begitu saja.
“Ayah juga melihat seorang laki-laki disebelahmu saat masuk, tapi sepertinya ayah juga salah lihat.” Kata Ayah santai, ayah juga melewati Real begitu saja.
Aira kembali ke kamar bersama Real, Aira mondar-mandir karena kebingungan.
“Real bagaimana bisa kamu dilihat orangtuaku? Kamu itu apa? Aku sudah tidak mengerti apapun tentang kamu.” Kata Aira dengan pelan, Real menatap Aira dengan lembut. Aira tidak merasa takut saat bersama Real karena Aira sadar Real selalu melindunginya.
“Mungkin ini saatnya memberitahumu semuanya, tapi sebelum itu kamu harus berjanji padaku.” Kata Real dengan serius.
Aira bingung tapi ia juga merasa penasaran, tanpa pikir panjang, Aira pun mengangguk setuju. Aira merasa saatnya ia tahu tentang Real, Aira menatap Real dengan serius.
“Berjanjilah kamu tidak akan memberikan tubuhmu itu pada bayangan, berjanjilah kamu akan berusaha hidup, berjanjilah kamu tidak akan membenciku.” Kata Real.
“Aku berjanji” kata Aira tanpa berpikir terlebih dahulu.
“Aku ada sejak kamu berharap banyak hal pada hidupmu, saat kebakaran rumah terjadi kamu berharap kamu bisa hidup. Kita bertemu saat rumahmu terbakar, aku tahu kamu tidak bisa mengingatnya. Karena aku tercipta dari harapanmu itulah sebabnya aku mirip denganmu, aku akan melindungimu dan mengabulkan permintaanmu karena aku adalah wujud dari harapanmu.” Kata Real dengan serius, Aira sempat berpikir yang dikatakan Real hanya dibuat-buat. Tapi Aira melihat Real yang nampak serius, Aira mencoba mempercayai perkataan Real.
Beberapa minggu telah terlewati sekarang Real semakin nyata membuat orang tua Aira beberapa kali melihat Real tanpa sengaja. Aira harus beberapa kali menenangkan dan membohongi orang tuanya. Aira bingung harus melakukan apa, Aira senang tapi ia juga bingung.
“Aira.” Panggil Real sambil menunjukan buku yang dipegangnya, Aira menatap buku itu. Di buku itu ada beberapa soal matematika, ada tulisan Real juga di sana.
“Ini benar tidak?” tanya Real sambil tersenyum, Aira mengambil buku itu lalu memeriksanya.
“Betul semua, kamu pintar Real.” Ucap Aira sedikit tidak percaya, Real tersenyum girang. Lalu Real kemabali ke meja belajar, Aira masih membeku di tempat tidur.
‘Dia semakin nyata, dia juga semakin pintar.’ Batin Aira.
“Eh, Aira. Bagaimana nilai raport mu?” tanya Real tiba-tiba.