Real

Mizura
Chapter #15

14 - Dua Sisi Berbeda

“Kamu buatku percaya aku begitu berharga”

Aira terbangun dari tidurnya, ia melihat Real yang sedang membaca buku di meja belajarnya dengan tenang. Melihat Real yang terlihat semakin nyata membuat Aira semakin penasaran.

   “Real mengapa kamu bisa semakin nyata?” Tanya Aira, membuat Real sedikit terkejut karena ia tidak mengetahui bahwa gadis itu sudah bangun. Namun Real tidak menjawab pertanyaan Aira, ia lebih memilih untuk membaca buku. Buku tentang bintang.

   “Aku diabaikan, ck.” Aira berdecak lalu masuk ke kamar mandi.

  Real tetap fokus pada buku yang dibacanya, ketika Aira keluar dari kamar mandi pun tidak terlihat tanda-tanda bahwa figur lelaki itu akan menyudahi kegiatan membacanya. Ia tetap fokus dan Aira tidak mau mengganggu.

  “Kamu tampak seperti pelajar jika seperti itu.” Kata Aira sambil berjalan keluar kamar untuk sarapan sendiri, seperti biasanya, lalu kembali ke kamar.

  “Mengapa ketika hari libur Ayah dan Ibu malah pergi keluar kota?!” kesal Aira begitu masuk. Real menoleh pada Aira.

“Permisi, aku mau mengerjakan tugas. Kamu pindah sana!” Kata Aira sambil mendorong Real agar pindah dari meja belajar.

“Mau kubantu?” tawar Real sambil tersenyum.

“Tidak,” kata Aira sambil mendorong Real, lelaki itu pun menjauh dan berjalan mendekati jendela. Kembali menatap keluar jendela, kebiasannya jika sedang memikirkan sesuatu. Atau melamun.

   Setelah mengerjakan tugas, Aira merasa bosan. Ia melihat sekeliling kamarnya. Tidak ada yang begitu menarik perhatian, karena inilah pemandangan Aira sehari-hari, kecuali satu. Sosok baru yang akhir-akhir ini telah banyak menemaninya, Real yang sedang menatap keluar jendela. Aira memutuskan untuk mengetik catatan hariannya.

Aku tidak tahu, seberapa gila aku ini. Aku perlahan-lahan percaya semua yang dikatakan Real, hanya itu yang bisa kulakukan. Perkataan Real seperti sebuah kebohongan, tapi aku yakin satu hal. Real tak akan menyakitiku, aku ingin percaya padanya.

Perlahan Aira tetidur dengan laptop yang masih menyala.

...

  Aira berada di sebuah kota yang sepi, ia mengitari kota itu untuk mencari sesuatu, atau seseorang? Tapi sebenarnya Aira tidak tahu apa yang dicarinya, ia hanya ingin berkeliling. Di sepanjang perjalanan Aira bertemu dengan beberapa orang yang tersenyum ramah padanya, ada yang mengajaknya untuk bergabung minum teh.

Aira ikut bersama orang-orang itu minum teh di sebuah taman yang tidak jauh dari tempat awal ia datang, tak disangka ia banyak tertawa bersama orang-orang itu. Aira tidak merasa takut sama sekali, percakapan mengalir dengan lancar bagai bersua dengan kawan lama. Tapi semakin lama orang-orang itu mulai membicarakan seseorang. Aira tidak tahu siapa yang dibicarakan tapi Aira mendapati hatinya sakit ketika ia mendengar orang lain membicarakannya seperti itu.

Aira memilih untuk pamit pergi berkeliling kembali. Aira melihat seorang laki-laki yang sedang berbincang-bincang. Laki-laki itu begitu ramah pada orang-orang, tapi saat laki-laki itu sendirian Aira bisa tahu laki-laki itu merasa kesepian.

Aira juga bertemu dengan seorang perempuan yang ceria, membuat orang sekitarnya ikut ceria. Perempuan yang begitu polos tapi sebenarnya perempuan itu memiliki banyak rahasia dan masalah.

Aira bertemu dengan seorang laki-laki yang ramah dan juga menyayangi anak kecil, Aira tertawa melihat laki-laki itu terkena kejahilan anak-anak. Dari sorot matanya laki-laki itu nampak sedang merindukan sesesorang.

Aira bertemu dengan berbagai macam orang, Aira mengerti semua orang memiliki beberapa sisi yang tidak ditunjukan di depan orang lain. Ketika ia  berjalan lagi, Aira melihat dirinya sendiri yang sedang berbicara. Aira yang ini tampak berbeda karena terlihat dari bagaimana ia berbicara, Aira ini jauh  lebih tegas.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahu Aira, ketika ia berbalik ternyata itu Real yang menepuk bahunya. Real tersenyum padanya, Real juga ikut melihat orang yang dilihat Aira sedari tadi.

Orang yang dilihatnya sedari tadi menatap Aira, dia tersenyum tapi lama kelamaan senyum itu menjadi senyum mengerikan. Orang itu mendekati Aira.

  Sebelum orang itu menyentuh Aira, Real telah melindungi Aira di balik punggungnya. Dan seperti sebuah ilusi, Aira tiba-tiba berpindah tempat. Aira melihat sekitarnya hanyalah padang rumput ilalang dan ada seseorang di hadapannya.

Orang yang di depannya itu mengenakan jubah, Aira mendengar suara kepakan sayap yang entah dari mana. Tapi saat Aira melihat punggungnya, Aira tahu kepakan sayap itu berasal darinya. Aira memiliki sayap, Aira terpukau dengan sayapnya sendiri.

Lihat selengkapnya