Real

Mizura
Chapter #16

15 - Real

Aira terbangun di sebuah ruangan serba putih, ia mencoba menggerakan tubuhnya tapi Aira tidak bisa. Aira melihat banyak selang dan alat menempel di sekujur tubuhnya, saat melihat ke sisi kanan ia melihat Ibu yang sedang tertidur.

   Aira menatap ibunya cukup lama, Aira ingin menyentuh Ibu tapi tangannya tidak bisa bergerak, Aira mencoba memanggil tapi tak ada suara yang keluar.

  Aira menatap kosong langit-langit kamar, Aira mencoba mengingat apa yang terjadi pada dirinya. Tapi Aira tidak dapat mengingat apapun, iamerasa terlalu lemas. Memilih untuk tidur kembali, tanpa ia sadari ada Real yang memperhatikan dirinya.

   Ketika Aira terbangun ada Dokter di sebelahnya, Ibu Aira tersenyum bahagia melihat Aira yang membuka matanya.

   “Syukurlah, Ibu sangat senang kamu membuka matamu lagi. Ibu benar-benar bersyukur.” ujar Ibu dengan mata berkaca-kaca, Aira menatap ibunya tanpa ekspresi. Dokter mulai memeriksa Aira, beberapa alat dilepaskan dari tubuh Aira.   

Aira mulai bisa berbicara karena alat bantu pernafasan juga sudah dilepas, tapi belum banyak yang bisa dikatakan Aira. Aira mengajak ibunya untuk berbicara, ia memaksa ibu untuk menceritakan apa yang terjadi kepadanya dan kenapa sampai harus masuk ke rumah sakit

“Kamu kecelakaan beberapa minggu yang lalu, dari situ kamu tidak sadarkan diri, koma. Membuat Ibu dan Ayah khawatir, Ibu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai kamu bisa kecelakaan. Ibu hanya menerima telpon dari polisi.” suara Ibu sangat pelan, seolah meresapi setiap detik dari kejadian yang berlaku. Aira mendengarkan ibu sambil mengingat apa yang sebenarnya terjadi.

Terakhir kali yang Aira ingat hanya Aira sedang bercanda bersama Real. Real? Aira baru sadar Real tidak ada disisinya. Aira melihat ke sekeliling kamar, mencari Real. Setelah bercerita Ibu pergi keluar untuk menerima telpon dari tempat kerjanya, Aira menatap ke jendela.

    Aira menatap Real yang ada di dekat jendela, tubuh Real semakin transparan.

“Real ada apa dengan tubuhmu?” Tanya Aira.

“Aira sudah merasa baikan? Aira ingin apa? Aku akan melakukan apa yang Aira mau.” Kata Real sambil menatap Aira, Aira hanya menggeleng. Aira tidak ingin apapun selain ingat apa yang terjadi. Aira memaksa Real untuk bercerita.

Real mendekati Aira lalu menyentuh kening Aira dengan tangan yang transparan, Aira menutup matanya.

    “Real," panggil Aira pelan.

    “Real," suara Aira semakin memelan seakan berbisik, Aira dan Real berhenti saling menatap karena sosok yang Aira takuti tiba-tiba berada di depannya.

     “Aira kemarilah”

Suara yang Aira takuti, Aira menggeleng. Aira sadar jika ia sedang tidak bermimpi tapi sosok yang ada dihadapannya bagai mimpi buruk untuk Aira, sosok itu hanya sekedar bayangan hitam.

Lihat selengkapnya