Realitas Tak Seindah Kata Mutiara: Kumpulan Cerpen

Charisma Rahmat Pamungkas
Chapter #2

Gerigi-Gerigi Pabrik

Mesin pabrik canggih berderit tak henti sejak hari berganti malam, sampai berganti pagi lagi. Para manusia hilir mudik keluar masuk pabrik, bekerja tiada henti. Masing-masing memiliki tugas dan jam tugas yang pasti demi memastikan tiap mesin terus bekerja dari hari ke hari.

Dari luar pabrik, tiap gemuruh dan deru mesin terdengar acak layaknya kebisingan. Dari dalam, kebisingan itu sejatinya merupakan sebuah ritme keteraturan. Meski mengeluarkan frekuensi bunyi berbeda pada waktu berbeda, tiap mesin hanya punya satu tujuan: Berproduksi.

Bahan baku hanya akan pindah dari gudang ke ruang pengolahan kemudian pindah lagi ke area pengepakan bila Sabuk conveyor berfungsi dengan baik. Sabuk conveyor hanya akan beroperasi apabila tiap Sumbu pada pangkal sabuknya berputar lumas. Dan, Sumbu pada pangkal sabuk hanya bisa berputar apabila Gerigi berfungsi sesuai kodratnya.

Semua bekerja dalam satu napas keteraturan yang dijaga Kanti. Dialah komputer canggih yang selalu berhubungan dengan para manusia. Saat manusia membutuhkan informasi terbaru mengenai keadaan pabrik, Kanti memberi laporan pasti.

Setiap kali manusia ingin membersihkan bagian mesin, selalu Kanti yang dicari karena dia punya kuasa menghentikan laju seluruh mesin. Setiap ada pergantian jam kerja, manusia dengan pangkat terbilang tinggi di pabrik berkonsultasi dengan Kanti sebelum melakukan kerjaan lain.

Sepenting itulah Kanti bagi kelangsungan pabrik, bagi kelangsungan hidup para manusia pekerja pabriknya. Para bagian mesin, seperti Gerigi, Sabuk, Poros, Sekrup, Mur, Baut, Lampu, Kabel, dan Tombol patuh pada setiap arahan Kanti.

Kanti bilang, “Semua mulai!” Maka, pabrik itu bergerak bersamaan. Kabel menyampaikan perintah itu kepada para Gerigi saling memutar Poros supaya Sabuk conveyor berjalan sesuai rancangannya. Pada saat bersamaan, setiap Sekrup, Mur, dan Baut saling berpegangan tangan menjaga keutuhan mesin.

Dari atas, Lampu menyala supaya para manusia bisa melihat sementara Tombol menerima semua permintaan manusia, mengolahnya menjadi bahasa khusus mesin, lalu menyampaikan informasi itu kepada Kanti. Kemudian, Kanti memberi arahan baru dan para mesin mematuhinya.

Semua berlangsung seperti itu selama belasan tahun. Kanti akhirnya merasa pangkatnya lebih tinggi, malah paling tinggi di antara kawan-kawan mesin. Merasa penting sendiri, Kanti jadi semakin sering memerintah seenaknya.

Berkali-kali, Kanti meminta para mesin bekerja di luar batas normal. “Ini semua karena manusia memberiku amanat melancarkan produksi. Mereka saja memercayaiku. Kalian pun harus mengikutinya. Itu sudah tugas kalian!” begitu dalih Kanti setiap kali ada mesin yang protes.

Suatu ketika, Kanti ingin Sabuk bergerak lebih cepat. Maka, dia memerintahkan Para Gerigi untuk bekerja ekstra. “Gerigi, ayo putar! Berpeganglah lebih erat! Putar lebih cepat!” perintah Kanti.

Para Gerigi berusaha berpegangan sekuat tenaga hingga tangan salah satu di antara mereka mau patah. Untung saja mereka tetap bertahan teguh hingga akhirnya memutar Poros lebih cepat.

“Jangan buru-buru!” kata Poros. Namun, dia tidak bisa melawan derasnya putaran gerigi dan dia pun memutar mengikuti ritme baru. Sabuk conveyor pun melaju lebih cepat daripada biasanya. Bahan baku bergerak mengikuti. Proses produksi meningkat. Kanti puas bukan kepalang.

Akibatnya, Kanti semakin sering meminta Gerigi bekerja ekstra. Beberapa kali, para mesin masih dapat mematuhi permintaan Kanti. Namun, daya tahan semua benda ciptaan Tuhan ada batasnya. Manusia yang superior sekalipun pasti merasa lelah.

Akhirnya, Gerigi yang paling tua, yang giginya sudah tanggal-tanggal, mengendurkan pegangannya. “Aku tak sanggup lagi,” kata Gerigi Tua kepada sesama Gerigi.

“Oi, tunggu dulu! Jangan lepaskan! Kita sedang dalam kecepatan tinggi. Bisa gawat kalau kau melepaskannya sekarang,” kata Gerigi yang lebih muda.

Dengan pandangan sayu dan napas terengah, Gerigi Tua berkata, “Maaf.” Pegangannya kendur kemudian terlepas. Gerigi yang lebih muda berusaha menggapai Gerigi Tua, namun semua terlambat.

Lihat selengkapnya