Reality and Dreams

caelio202
Chapter #3

Ketakutan

Setelah itu, mereka semua kembali ke desa tempat Celia tinggal, karena warga desa sangat khawatir dengan keadaan mereka berdua. Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di desa Toran, sebuah desa terpencil di kerajaan Zebane. Warga desa sudah berkumpul ramai di depan rumah Celia, menunggu kepulangan mereka berdua.

"Kepala desa... lihat mereka datang!" Seru salah satu warga.

Semua warga berlari menghampiri mereka bertiga dengan wajah penuh kebahagiaan, karena mereka pulang dalam keadaan selamat.

"Celia... Rumina..." sapanya serentak," syukurlah kalian pulang dengan selamat.

Kepala desa, bernama Gafo segera menyambut mereka dengan wajah lega.

"Kami sangat besyukur kalian kembali dalam keadaan baik-baik saja," ucap Gafo.

"Terima kasih, kepala desa, terima kasih atas doa dan perhatian kalian semua. Berkat dukungan kalian, kami bisa selamat," jawab Rumina penuh rasa terima kasih.

"Tapi... siapa pemuda yang bersama kalian ini?" Tanya Gafo penasaran.

"Soal ini..."Celia tiba-tiba berbicara lantang" dia Leon. Dialah orang yang telah menyelamatkan kami.

"Oh... begitu, ya,"Gafo mendekat, kemudian menggenggam tangan Leon dengan lembut." Nak Leon, terima kasih banyak sudah menolong mereka berdua.

Leon tersenyum ringan. " tidak perlu berterima kasih, saya juga senang bisa membantu mereka.

Setelah berbincang cukup lama, para warga pun kembali ke rumah masing-masing, agar Celia dan Rumina bisa beristirahat.

"Leon, ini rumah kami. Silahkan masuk," ucap Celia pelan.

"Oh, baiklah," balasnya sambil melangkah masuk ke dalam rumah.

"Maaf, ya, rumah kami hanya terbuat dari kayu," ucap Rumina.

"Ya, tidak apa-apa.

Rumah-rumah desa Toran terbuat dari kayu, karena warga tidak memiliki dana untuk membeli bahan bangunan lain. Kerajaan Zebane sendiri terkesan menelantarkan desa Toran, sebab letaknya yang terpencil, namun warga tak mempermasalahkan hal itu.

Berkat kerja keras dan kebersamaan, mereka mampu membangun rumah yang kokoh. Selain itu, kebutuban pangan desa juga terpenuhi dari kebun sayur dan peternakan seperti ayam, sapi dan domba.

Di ujung desa mengalir sungai yang jernih yang di manfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari— berkebun, minum ternak, bahkan untuk mandi. Untuk air minum, warga menggali banyak sumur.

"Kalian berdua pasti lapar, kan?" Tanya Rumina.

"Hehe... ibu benar, aku juga belum makan sejak kemarin, ya kan Leon," Celia menatap Leon.

Lihat selengkapnya