Alecia bangun di pagi hari di atas tempat tidurnya di kamar dengan nuansa kayu itu.
"Aku masih disini. Apa sebenarnya ini duniaku?" Dia mulai bertanya pada dirinya sendiri lagi.
Ia kemudian bangkit dari ranjang dan bergegas bersiap siap. Ia akan pergi ke akademi. Ia ingat bahwa di dunia ini ia adalah siswi di akademi dan bukan siswi di SMA swasta. Tak ada yang namanya SMA di sini.
Ngomong ngomong tentang kehidupan. Jika ditanya, Alecia tak akan ingat masa kecilnya. Oleh sebab itulah ia tak tahu mana dunia dia yang sebenarnya. Ia bahkan tak mengingat kenangan sebulan yang lalu. Jika bertanya pada orang di sekitar, jawabannya selalu meyakinkan. Itu terjadi di kedua tempatnya.
Selesai bersiap ia segera berjalan ke arah ruang makan.
"Pagi Cia." Sapa ibu nya kepadanya.
"Pagi ma. Papa mana?" Tanya Ale sembari menarik kursi untuknya duduk.
"Papa sudah pergi ke istana. Mama juga harus segera pergi. Kamu yang baik ya di akademi." Ujar ibunya lembut.
"Oke ma." Jawab Ale bersemangat.
Ale mulai memakan makanannya dengan cepat karna ia akan terlambat pergi ke akademi. Selesai makan Ale segera berjalan ke arah garasi dan mengambil kendaraannya. Sebuah benda bulat seperti bola yang akan berubah menjadi sebuah skuter bila di sentuh pemiliknya. Benda itu memiliki sensor yang akan mendeteksi sidik jari ataupun wajah sang pengguna.
Ale mengendarai skuternya dengan cepat. Bahkan beberapa kali hampir menabrak tiang.
"Astaga ini jam berapa sih?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Ia kemudian melihat jam yang ada di jalanan.
"Pukul 7.01. Astagaa! Ternyata jam di ruang tamu telah mati!" Umpatnya. Merasa bodoh, Ale pun memelankan laju skuter nya.
Ia melaju dengan kecepatan sedang ke arah akademi. Di perjalanan ia berpapasan dengan Ryan. Iya ,Ryan yang sama dengan Ryan di dunianya yang lain. Tapi di sini,keadaanya berbeda.