Franzell menyebalkan itu punya cara sehingga Einzel tidak bisa melupakannya seharian meski telah disibukkan oleh berbagai hal sepulang dari sana.
“Hubungi Finna segera,” desak pelayannya, Fia untuk kesekian kalinya.
Pelayan laki laki, Nell juga menatapnya cemas, “Sepertinya ini bisa jadi masalah.”
Einzel menyerah, ia membuka gelang komunikasi dan mencari nama Finna disana yang tidak ditemukan. “Sejak kapan aku tidak lagi memiliki kontaknya?”
Fia menahan geraman, “Bagaimana kalau Seraphina?”
Seraphina adalah nama Finna yang sesungguhnya. Pangeran Mahkota Doloretia sering sekali lupa hal hal kecil seperti ini. Selain sifatnya, kebiasaan lupa tersebut adalah sedikit dari apa yang membuatnya memiliki minus.
Walaupun itu bukan masalah besar selama ia bisa menjalankan tugas dengan baik dan memimpin dengan bijak.
“Semoga tidak ada masalah!” seru Nell sebelum menghilang ke ruangan lain.
Einzel meliriknya tajam, lalu memfokuskan telinganya ke panggilan yang mulai tersambung.
“Hei, kenapa lama sekali?”
“Kau tahu. Urusan ini dan itu..” alibinya asal. Dan payah.
Finna alias Seraphina adalah putri dari Komandan Militer tertinggi Doloretia, dan berasal dari negara militer Kai. Ia adalah salah satu dari sedikit teman Einzel dan satu dari mayoritas yang tidak tahu tentang eksistensi Klan Fitzgerald. Meskipun anak dengan julukan Inkarnasi Kematian sudah menjadi pengetahuan umum.
“Aku tidak menghubungimu karena mau, tapi karena harus,” tukasnya di seberang sana. Kekesalannya terasa bahkan di negara bagian yang berbeda.
“Ya,”
“Kau sedang bersama pelayanmu?”
Einzel melirik Fia yang langsung mengerti dan pergi keluar sambil menutup pintu dibelakangnya.
“Aku sendiri, jadi tentang apa ini?”
Finna terdiam dan gerak gerik gelisah terdengar darinya. “Aku memintamu jadi tunanganku, bagaimana?”
Jam menunjukkan pukul delapan malam dan perutnya kelaparan, “Tidak bisa begini.” Einzel memijat mijat dahi. “Aku belum makan.”
“Itu jawabanmu? Kau tidak bisa?”
“Tunggu, apanya? Sudah kubilang aku belum makan.”
Finna berdecak jengkel, “Ein sialan, kau mabuk?!”
Nama plus kata kasar, disusul pernyataan tak masuk akal membuatnya tersadar.
“Tentu saja tidak! Aku sadar sepenuhnya.” Einzel berjalan ke sudut ruangan tempat ia bisa membasuh muka. Ia menyadari wajahnya yang kelelahan dan juga kesalahannya.
“Kau sadar sepenuhnya, dan menolakku?”
Ia merapikan rambut dalam usaha menjaga ketenangan diri, dan menjaga suaranya tetap datar. “Aku tidak menyimak tadi dan aku tidak bermaksud menolak.” Laki laki itu berjalan kembali ke kursinya dalam kondisi nyaris sempurna, kecuali ia kelaparan.
“Bagaimana jika kau jelaskan duduk perkaranya lebih dulu agar aku mengerti?”
Finna berdecak, gadis itu sangat suka melakukannya. Ekspresinya menjadi berkali lipat lebih dingin dan angkuh berkat itu. “Ceritanya panjang. Aku harus melakukan ini agar pria Anvindr sialan itu berhenti melamarku seakan aku akan mati jika tak menerimanya.”
Einzel memutar kursinya, kali ini menghadap balkon langit yang gelap dengan titik titik bintang yang tak terhitung. “Menurutku kau harus menunjukkan wajah angkuh kepadanya agar ia merasa tak berarti dan akhirnya menyingkir sendiri dari hadapanmu.”
Decakan lagi. “Kau pikir aku tidak mencoba? Makhluk Anvindr satu itu kebal. Ia tak bisa mendengarkan alasan orang lain. Ayahku sendiri tak bisa menanganinya. Sejak dulu Anvindr dan Kai adalah sekutu alami. Aku sudah meminta bantuan Fen sialan itu, tapi dia memang benar benar orang Kairi. Ia menolakku karena tak ada untungnya. Hatz juga tak jauh beda, dia lebih cinta menuntut ilmu setinggi langit seluas dunia. Aku bahkan tak berani mendengar ceramahnya sampai habis. Tolonglah, aku toh tak benci padamu. Bagaimana kalau kita mencobanya?”
Einzel meringis, “Atas dasar apa kau mengira aku tak akan bersikap sama dan menolakmu seperti yang lain lain? Aku ini orang ketiga di Doloretia, keturunan dari Kehidupan yang pasti akan mati dalam waktu dekat dan kau menyerahkan kehidupan panjangmu denganku hanya untuk melarikan diri dari pria Anvindr siapalah itu?”
“Aku tidak mau mengerti kata kata kosong yang kau ucapkan. Tapi bagiku ini hidup dan mati. Aku akan mati cepat jika bersama makhluk itu. Ayahku tak bisa meyakinkannya dan ibuku diam diam ingin aku menerimanya.” Suara Finna terdengar lelah.
“Siapa Anvindr yang kau maksud ini?”