“Hujan ini tidak akan reda sampai malam.”
Fran mengernyit selepas mendengar pernyataan Kiran tersebut.
“Tinggal kau terobos saja kan.” Ia mencermati Pelayan Einzel tersebut dari rambut sampai ujung sepatu,semuanya sudah kering. Tadi, Fran pergi sebentar untuk membersihkan diri dan begitulah hasilnya ketika ia kembali.
“Kulihat hujan bukan masalah untukmu,” tambah Fran.
“Memang bukan.” Kiran memandang luka luka di tangan Fran. “Kelihatannya sakit.”
Mata Fran melebar mendengarnya, “Beri tahu aku alasan sebenarnya kau datang kesini. Bagiku kau seperti menyembunyikan sesuatu.”
Kiran melihat sekeliling, lalu kembali ke sosok didepannya. “Bagi saya, kelihatannya justru anda yang seperti sedang menyembunyikan sesuatu.”
“Aku sudah mendengar itu dua kali. Kenapa kalian terus menerus menuduhku menyembunyikan sesuatu?” tanya Fran jengah.
“Einzel menanyakan ini juga?”
“Kenapa percakapan kita jalan di tempat?”
Kiran berdeham. “Saya tidak bisa mengatakannya pada anda.”
Fran mengacak rambutnya yang masih basah, kesal. “Apa tepatnya yang kau bicarakan ini. Kenapa kau tidak pergi saja agar aku senang?”
Kenapa tepatnya saya harus membuat anda merasa senang? Itulah yang akan Kiran semburkan andai sopan santun tidak mengekangnya.
“Siapa yang anda temui diam diam tadi?”
“Aku tidak bertemu siapapun.”
“Lalu sosok perak yang saya lihat tadi..”
“Kau melihatnya?”
“Jadi anda memang bertemu sesuatu.” Kiran tersenyum puas.
“Aku tidak bisa bilang bertemu karena aku hanya melihatnya sekilas. Aku penasaran makhluk apa itu, kukira itu dari ras yang sama dengan kalian.”
Kiran mengangkat bahu, “Entahlah, aku tidak melihatnya dengan jelas. Kau yakin makhluk itu tak bicara apapun kepadamu?”
Melihat gelagat Kiran yang penasaran hingga melupakan bahasa formalnya membuat Fran sadar dan menahan diri. Ia hampir saja memberitahu semuanya cuma cuma.
“Jika ia memang mengatakan sesuatu pun,” Fran melirik ke pemandangan diluar jendela yang masih diterjang hujan. “Aku tidak yakin bisa mendengarnya.”
“Kuharap memang begitu yang terjadi,”
Fran mengangguk angguk. “Sekarang kau bisa pulang. Jika kau tak mau, aku akan menghubungi Einzel sekarang juga.” Ia menghidupkan gelang komunikasi dan mencari cari nama Einzel disana yang disesalinya sedetik kemudian.
“Anda tidak bisa menghubungi beliau, saya kira?”
“Tidak, tapi kau bisa. Jadi, kenapa kau tidak segera pergi dari tempat usang nan terasing ini dan melapor kepada tuanmu?”