Realm of The Eternals

astreilla
Chapter #10

Act 9; Kau dan aku.

Dikatakan orang bijak harus tahu kapan waktu yang tepat untuk berhenti. Faktanya, kebanyakan orang tidaklah bijak. Semua melakukan kesalahan berkali kali hingga bisa mempelajarinya dan mencegah hal sama terjadi di kemudian. Namun ada juga orang bodoh, yang tidak pernah belajar. 

Einzel tidak yakin masuk kategori yang mana. Jika dipaksa, ia akan bilang bahwa ia berada ditengah tengah. Terutama karena ia bukan orang bijak dan disisi lain juga tak terima dibilang bodoh. Nah, kenapa hal seperti ini dibahas? Untuk mengetahui jawabannya harus mundur ke pagi hari. Sekitar dua jam setelah matahari terbit, ketika utusan Dunia Bawah datang. Mereka datang kepagian secara harfiah dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu paling tidak di malam sebelumnya.

Berkat kebiasaan bangun paginya, Einzel mendapat kehormatan untuk bertemu langsung dengan para utusan dan menyambut mereka di ruang audiens menggantikan Kaisar. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat langsung dua orang yang bagai pinang dibelah dua itu berderap masuk dengan langkah elegan tanpa suara. Jika dia tidak sedang menyaksikan mereka, ia tidak akan mengira seseorang telah memasuki ruangan.

Yang lelaki adalah salah satu makhluk tersohor di Doloretia, teman dari Hatz, rival dari Karna, dan salah satu orang yang mendapatkan mimpi. Ritz Maine dengan rambut hitam pendek yang berpotongan tak rata menunduk hormat kepadanya. Perbuatan itu diikuti oleh seorang perempuan yang terlihat seperti Ritz dengan gender ditukar, serta potongan rambut yang rapi, meski tetap aneh. 

Orang orang penting muncul silih berganti di depannya akhir akhir ini. Einzel jadi tak punya banyak waktu untuk bernapas lega. Ditambah sekarang, tidak ada yang menduga utusannya adalah anak dari Penguasa Dunia Bawah dan sepupunya. Itu adalah perpaduan yang kontras dari seorang yang memiliki reputasi terkenal dan yang tidak. Namun keduanya memiliki pengaruh yang sama, dan Kaisar membuat kesalahan dengan hanya mengirim Einzel, kecuali beliau memang sudah tahu dan melakukan ini dengan sengaja. 

“Meski aku sudah lama tidak pergi ke dunia tengah, aku rasa gaya sambutan disini berubah seratus delapan puluh derajat. Benar kan, Itzal?” tutur Ritz sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh interior istana, Itzal, dan yang terakhir, seorang pangeran yang tidak kelihatan antusias barang secuil.

“Mana kutahu, ini pertama kali aku keluar, kan.” Itzal menjawab ocehan Ritz dengan ketus. “Lakukan apa yang harus dilakukan. Dan ada apa dengan pangeran ini, dia nggak terkesan sama sekali. Reputasimu ternyata bukan apa apa ya?”

Tanpa menyadari keterlambatan reaksinya, Einzel berjalan menghampiri kedua orang tersebut dengan senyum professional, “Aku minta maaf mewakili kaisar dan jajarannya karena hanya memberi sambutan sederhana ini.”

“Bukan masalah, kalau boleh jujur aku lebih memilih yang seperti ini saja hingga kedepannya.” Ritz menjawab sambil menepuk nepuk pundak Einzel. “Aku sendiri merasa terhormat bisa bertemu Keturunan Kehidupan yang terakhir, sebelumnya aku tak pernah punya kesempatan berakrab diri dengan yang lainnya.”

Sesungguhnya, kenapa ia ingin berakrab ria dengan keturunan kehidupan? Apa tadi dia bilang terakhir? Begitu monolog Einzel dalam hati.

Itzal menyodok pinggang Ritz dengan siku.

“Abaikan perkataan orang yang satu ini. Saya, Itzal Maine melapor kepada Kekaisaran untuk meminta kesempatan audiensi dengan Inkarnasi Kematian, Franzell Fitzgerald.”

Senyum Einzel membeku. Rasanya Ritz barusan mengatakan sesuatu yang penting dan Itzal berusaha menyingkirkan itu ke sudut. Untuk sekarang, ia akan mengabaikannya demi hal yang lebih relevan. 

“Tentang itu, pertama tama apa kita bisa pindah ke tempat lain? Ruanganku, contohnya.”

Itzal dan Ritz saling bertukar pandang, “Tak masalah.”

Setelahnya, mereka duduk di ruang kerja milik Einzel yang untungnya lebih rapi dari biasa. Ritz dan Itzal duduk bersisian di sofa panjang dengan Einzel dihadapan mereka. Menjelaskan ini dan itu dengan lancar hingga membuat khawatir. Ia sewaktu waktu mengecek apakah ia memberitahukan sesuatu yang benar dan tidak meleng ke hal yang tidak perlu. 

“Seperti itu situasinya,” kata Einzel setelah penjelasan yang cukup panjang.

“Tak masalah,” tukas Ritz tanpa berpikir. 

Itzal menggeleng tak setuju, “Ini masalah.”

“Jadi Kaisar melarang kita untuk bertemu dengannya. Aku tidak melihat itu sebagai masalah, malahan, itu hal yang lumrah dilakukan dalam situasi ini. Orang dengan kekuasaan seringkali paranoid, tahu?”

Einzel setuju, dan ini adalah kesalahan pertamanya. 

“Aku setuju soal itu juga. Yang membuatku khawatir adalah perkataan Hatz, sepertinya ia berpikir ada yang akan melakukan sesuatu padanya.” 

“Masuk akal,” sahut Itzal tak terkejut.

“Eh? Hatz ada disini? Orang itu bahkan tidak menanggapi pesan darurat dariku!”

“Dia melakukan hal yang benar. Apa kau menganggap pesan darurat mu waktu itu lebih darurat dari situasi saat ini?” cela Itzal. 

Lihat selengkapnya