Einzel langsung merasakan perbedaan begitu kalung transformasi dari Ritz dipasang di lehernya. Itu adalah suatu perasaan aneh yang perlahan menggerogoti dirinya dimulai dari penglihatan. Seluruh warna seolah memudar dan kegelapan malam berubah jadi abu kekuningan. Di awal ia merasa segala sesuatunya salah, namun beberapa detik berlalu dan ia sudah beradaptasi dengan penglihatan barunya.
Untuk beberapa alasan, ia ingin marah.
Tetapi sebelum ia bisa mengatakan apapun kepada Ritz dan yang lain dibalik dinding, transformasi menghantamnya lagi, kali ini segala bentuk bau dan suara yang asing dan jauh memenuhi indranya, membuat Einzel resah menoleh kesana kemari, mencari sumber gangguan tersebut. Insting hewan yang mempengaruhinya menyuruh Einzel berlari, berkeliling, mengecek segala hal. Namun apa yang dikatakan Ritz benar, bahwa meski insting semacam itu mulai merasuk, Einzel tetap bisa menjaga ketenangan dan akal sehat sebagai makhluk yang bukan binatang.
Selain itu, alasan utama ia setengah mati menahan diri untuk tidak keluar adalah tak lain dan tak bukan, transformasi kucing yang belum selesai ini. Einzel lebih memilih mati dibanding memperlihatkan perubahannya di depan mereka.
Tentu mati bukan sesuatu yang bisa seenaknya diucapkan, tapi kasarnya begitulah.
Ia membuang nafas panjang, sebenarnya apa yang sedang kulakukan?
Setelah kurang lebih dua menit kemudian, transformasi itu selesai. Pada awalnya ia tidak merasakan sesuatu yang janggal, tubuh dan seluruh inderanya saat ini sudah benar benar berasimilasi dengan kucing, tentu karena ia memang sudah menjadi salah satunya.
Beberapa detak jantung berlalu dan ia baru menyadari apa yang salah, tubuhnya—tidak, tubuh kucing ini terlalu besar!
Ritz, Itzal dan Hatz sudah mengerumuni, ekspresi menahan tawa yang mereka coba sembunyikan terlalu kentara. Sangat mengecewakan bahwa ia tak bisa berkata apapun pada tiga sosok kurang ajar yang menertawakan kemalangan orang lain di depannya saat ini.
Namun jika ada yang bisa ia lakukan sekarang, itu adalah serangan fisik terang terangan. Einzel menyapukan cakar ke samping, dalam gerakan cepat yang dan kontrol yang sama mudahnya, seperti ia sedang berada dalam tubuh aslinya. Cakar yang lembut itu menabrak tiga orang disekitarnya yang tidak mengharapkan serangan mendadak, hingga jatuh bertumpuk di tanah berumput layaknya domino rubuh.
Itzal adalah yang pertama bangun karena posisinya di paling atas, menyeka lipatan rok dan jubahnya yang menjuntai di punggung. Tindakan itu sedikit berlebihan karena ia bahkan tidak jatuh menyentuh tanah melainkan Hatz. Jika ada yang paling kotor saat ini, tentu itu adalah setelan formal milik Ritz yang berada di paling bawah tumpukan.
Mau bagaimanapun, Einzel sudah cukup puas.
“Tapi, wah. Ini benar benar luar biasa. Kau menciptakan jenis kucing baru, sepertinya.” Hatz terkekeh pelan sambil menepuk nepuk sisi perut Einzel, tidak, si kucing. Tindakan itu dibalasnya dengan tatapan kesal.
Ritz mengusap dagunya, berpikir dalam. “Memang, warna hitam putih seukuran beruang belum pernah ada sebelumnya, tapi bukannya tidak normal.” Ia menatap Einzel tepat di mata, “Jangan khawatir.”
Ini bukan waktunya untuk bercakap-cakap santai! Einzel merasa tidak nyaman dengan sifat Ritz yang terlalu fleksibel seperti sekarang. Ia bahkan sampai merelakan tubuhnya, andai rencana ini gagal karena hal lain, yah itu bukan salahnya.
Itzal melirik awan awan yang berarak di langit, ekspresinya cemberut. “Kalau mulai lebih lambat lagi kita tak a akan sempat.”
Kelihatannya selain Einzel, masih ada yang berpikir normal diantara mereka.
Hatz mengangguk angguk, “Aku butuh bantuan menuju Manor Hitam Legam tanpa terlihat. Itzal atau Ritz?”
“Aku saja, Ritz bisa membantu Einzel jika ada sesuatu yang salah,” usul Itzal.