Realm of The Eternals

astreilla
Chapter #16

Act 15; Great to Meet You

Ruangan petak seluas sepuluh meter itu sunyi senyap seolah teredam sulur tanaman yang memenuhi dindingnya. Sepasang kursi yang dipisahkan meja bulat berkaki tiga berdiri di tengah ruangan menunggu sesuatu. Perabot itu tampak baru dibandingkan dindingnya, seolah tidak lama ini dipindahkan ke ruangan tersebut untuk kepentingan tertentu.

Kemudian setelah beberapa waktu, muncul suara langkah kaki yang berderap. Bersamaan dengan itu cahaya lentera tampak mulai mendekat dan perlahan lahan menerangi ruang, dan tampaklah seorang gadis berambut pirang platina yang dikuncir tinggi dan berpakaian jubah hijau gelap. Lentera itu menggantung dari tangan kanannya sementara ia berhenti di tengah ruangan lalu meletakkannya di atas meja.

“Orang itu terlambat seperti biasa, harusnya aku tidak kaget,” gumam gadis itu, Yiram. Ia memandang sekilas kursi yang agak berdebu dengan kening berkerut, lalu duduk bersandar dengan kaki bersilangan. 

Setelah berbagai persiapan, akhirnya dipastikan bahwa Yiram akan tetap melakukan Perjalanan Periodik sesuai rencana awal. Sejujurnya ia sudah memprediksi hal ini dan tidak keberatan melakukannya. Akan tetapi siang tadi Fiel datang dengan ekspresi aneh lalu mengajak bertemu di gubuk ini. Tentu saja, dia terlambat dari waktu yang dia janjikan sendiri.

Yiram sebenarnya tidak terlalu ingin tahu apa yang ingin dibicarakan Fiel, paling hanya hal tak penting. Karena lelaki itu terlalu sering membesar-besarkan hal kecil sejak dulu, Yiram sudah sangat terbiasa dan tidak lagi terpengaruh. Alasan terbesar ia setuju untuk bertemu adalah karena waktu kepergiannya tepat besok pagi, dan ia sudah lama tidak bertemu Fiel. Tentu itu salahnya sendiri karena membuat keributan dan menjadi tahanan rumah, tapi Yiram tak ingin membahasnya lebih lanjut.

Setelah menghitung sampai delapan puluh lima, akhirnya terdengar langkah terburu buru yang sudah pasti milik Fiel. Tak sampai lama, lelaki berwajah tirus dan mata keemasan yang menyala itu sudah duduk di satu satunya kursi yang kosong. Ia menyunggingkan senyum sekilas pada Yiram yang tak menunjukkan ekspresi apapun.

“Aku terlambat karena menemukan sesuatu yang tak biasa,” katanya. 

Yiram mengangguk. Fiel melanjutkan, “Danau Welt tampak lebih tenang dari biasanya, kau tahu kan cuaca sekarang bagaimana? Permukaannya terlalu damai. Lalu aku menemukan jejak binatang besar di perjalanan, entah ada apa malam ini…” 

“Semua yang mencurigakan itu bisa jadi hanya imajinasimu, jangan terlalu dipikir. Inilah sebabnya proposal Perjalanan Periodik milikmu tidak disetujui,” ujar Yiram seperti menabur garam diatas luka. 

“Proposalku sudah disetujui, berapa kali kubilang. Mereka mendadak membatalkan perjalananku karena berbagai alasan. Aku benar benar merasa ada yang janggal, makanya aku menuntut para tetua itu di Kediaman Utama.” Fiel menjelaskan dengan semangat. 

“Tidak peduli apa, mereka akhirnya menghukummu. Kau rugi dua kali, pasti banyak pelajaran yang tertinggal.”

Tangan Fiel menggebrak meja pelan, “Aku banyak belajar dirumah, jadi itu tidak masalah. Tapi kau seperti tak mendengar perkataanku, tahu? Kubilang ada yang aneh karena mereka melakukan itu padaku, tidakkah kau mengerti?”

Yiram mengernyit, matanya menyipit menjadi garis lengkung berwarna gelap. “Aku tidak mengerti, kenapa mereka melakukan itu padamu? Kenapa kau mengeluhkan ini denganku?”

“Pertama, aku bukannya mengeluh. Aku justru harus memberitahu ini sekarang karena semuanya mulai terhubung, dan kesimpulanku; sebaiknya kau tidak melakukan Perjalanan Periodik itu.”

Terperangah, Yiram memandang Fiel lama sekali seolah ingin tahu apakah ia serius. 

Yiram selalu skeptis dan tidak ramah kepada Fiel sejak pertemuan pertama. Namun itu tidak berarti mereka saling membenci, karena mereka saling membutuhkan satu sama lain. Ada kekurangan pada sigma di keluarga Yiram yang hanya bisa dilengkapi oleh sigma milik keluarga Fiel dan itu membuat dua keluarga tersebut saling membantu sejak dulu. Meski sesungguhnya alasan mereka dekat bukan hanya itu.

Fiel tahu kalau Yiram sulit percaya dengan apa yang ia selalu katakan meski tak ditunjukkannya dengan jelas, namun sikap Yiram kali ini belum pernah ia alami sebelumnya. Fiel hendak menambahkan beberapa hal lagi untuk membuat pendapatnya lebih jelas saat Yiram mengangkat tangan kanan didepan wajah Fiel, mencegahnya bicara.

Yiram mengedikkan kepala ke belakang, Fiel menggeleng. Dengan cepat ia meraih lentera lalu menarik lengan Fiel tanpa suara menuju satu satunya jendela yang mengarah keluar, melompatinya dengan luwes. Mau tak mau Fiel mengikuti tanpa pertanyaan lebih jauh.

Tentu saja Fiel bukan orang bodoh. Meski ia agak eksentrik, kasar, dan kerap terlihat berintelegensi rendah, kenyataannya tidak mendekati sama sekali. Malahan, andai ia memperlihatkan sedikit kebodohan atau ketidakmampuan, ia tak akan ada di Aileth sampai sekarang. Jika terbukti kekurangan sesuatu, perpindahannya ke kediaman Fitzgerald di negara lain sudah menunggunya. 

Hal inilah tepatnya yang membuat ia tak bisa menerima pembatalan mendadak dari para tetua. Ia tak salah dimanapun, seharusnya mereka tak punya motif untuk melakukan hal seperti itu dan menjatuhkannya. Namun tak peduli apa penyebab sebenarnya, saat ini Fiel sudah dianggap gagal dan akan segera dipindahkan dari Aileth. Hal terakhir itu masih belum diketahui Yiram, tentu saja. 

Pokoknya, sejak Yiram tiba tiba mengangkat tangan tadi Fiel sudah menyadari bahwa mereka masuk dalam kondisi sunyi mutlak, tak ada satu suara pun diizinkan. Situasi ini bukan perbuatan Yiram ataupun Fiel. Kemungkinan pelakunya berada tidak jauh dari gubuk ini dan akan semakin mendekat, namun jika dilihat dari gerak gerik Yiram yang tak ingin segera kabur dan masih menjaga ketenangan, Fiel berpendapat situasinya tidak gawat.

Kemungkinan terburuk hanya hukuman keluar saat jam malam, dan kecurigaan orang lain akan hubungan Yiram dan Fiel. Kedua kemungkinan tersebut bukan masalah besar bagi mereka, dan khusus Yiram, ia lebih ingin mengetahui apa yang terjadi dan mendengarkan lebih lanjut perkataan Fiel barusan.

Angin yang berhembus terasa membekukan tengkuk Yiram yang terbuka selagi ia berlutut tepat di bawah bingkai jendela, kedua tangannya memeluk lentera yang sudah dimatikan. Fiel memandangnya dari samping, ingin mengatakan sesuatu namun tak bisa. Disaat seperti inilah ia menyesali kenihilan telepati diantara mereka.

---

Hatz yang berjalan paling depan tiba tiba berhenti. Ritz menyusul ke sampingnya, “Ada yang salah?”

“Tidak.” Hatz meliriknya, “Kalau ada yang diluar rencana, kau pasti sadar kan?” 

Ritz mengangkat alis heran, “Begitulah, aku tidak merasakan hal yang salah, jadi tidak ada masalah.”

Mendengarkan percakapan tersebut, Fran tak menyembunyikan ekspresi curiga. Einzel tak bisa mengatakan apapun, dan Itzal sedang larut dalam pikirannya sendiri.

Akhirnya tempat pertemuan yang sudah ditentukan itu tampak di hadapan mereka. Sebuah rumah reyot yang dibangun entah oleh siapa. Dindingnya terbuat dari bata standar yang sudah menua, keropos dimakan cuaca dan dipenuhi tanaman rambat. Tanaman semacam itu juga melapisi pagar yang mengelilingi rumah, tinggi tanaman yang merambat di pagar tersebut melebihi Fran.

Fran melewatinya dengan rasa tidak nyaman, bahkan Anzel yang biasanya berisik mendadak diam seribu kata, keberadaannya nyaris hilang. 

Begitu mendekati pintu, seperti hal yang sudah semestinya, Itzal maju dengan satu tangan meraba udara di depannya seolah mencari cari sesuatu. Satu kedipan mata berlalu dan di telapak tangannya sudah muncul benda bulat bercahaya. Ritz mengambil bola itu dari Itzal, lalu dilambungkannya keatas.

Bola cahaya itu menetap di udara, seperti bulan kecil. 

“Apakah itu karena sigma?” tanya Fran tiba tiba. 

Lihat selengkapnya