“Ramalan pertama muncul dalam wujud mimpi dua minggu—tepatnya lima belas hari yang lalu, kemudian situasinya berubah dengan cepat dari sana,” papar Ritz, suaranya berwibawa, memberikan kesan percaya diri yang terdengar jelas. Seolah ia sudah sering melakukannya selama ini, yang memang benar.
“Itu adalah mimpi yang bisa membuat sebagian besar orang jadi gila. Informasi dalam mimpi tersebut seakan diukir langsung ke dalam jiwa dan pikiranmu. Seluruh pemandangan, suara, dan suasana yang digambarkannya dihujamkan ke seluruh indra. Andai isi ramalannya bagus, kurasa setiap orang yang mendapatkannya bisa bisa memperoleh berkah sigma, tapi tidak, ini kiamat. Korban yang tidak bisa menahan kewarasan selama prosesnya jatuh sakit, dan bahkan saat ini sudah diketahui tiga orang menghilang.”
Einzel mengangguk, membenarkan penjelasan Ritz.
“Baik dari penyelidikan kekaisaran dan Amaya, profil korban yang menghilang belum sepenuhnya kami ketahui. Mereka tidak memiliki kesamaan khusus yang bisa memberi petunjuk dan penyelidikan lebih lanjut masih dilakukan.” Ritz menyoroti Yiram, “Inilah sebabnya meski keadaan samar samar, Perjalanan Periodik yang dijadwalkan untukmu tetap dilaksanakan.”
Yiram mengerjap beberapa kali, lalu menoleh kepada Fiel dengan tanda tanya, “Bagaimana dengan yang kau bilang sebelumnya?”
“Apa tepatnya itu?” tanya Einzel pada Fiel, yang lain ikut mengalihkan pandangan padanya.
“Jadi, aku melakukan pencarianku sendiri dan menarik kesimpulan bahwa Yiram tidak seharusnya mengikuti perjalanan ini,” ujar Fiel cepat cepat, merasa rikuh.
“Dan sebabnya?” Einzel bertanya lagi mewakilkan semuanya.
Fiel menyapukan jarinya keatas kepala dan menghela napas, “Apa boleh aku mengawali pembahasan dengan dugaanku sendiri?”
“Tidak masalah, aku memang mengharapkan informasi ini darimu.” Ritz memberi isyarat dengan tangan agar Fiel melanjutkan.
Dengan wajah lega Fiel menjelaskan, “Pertama, aku harus mengingatkan satu aturan mutlak keluarga Nilvalen; tidak seorangpun dari kami boleh mengalami kegagalan. Itu dimulai ketika aku dipanggil ke kediaman utama, mereka memberitahu bahwa aku tidak memenuhi syarat minimum untuk perjalanan periodik dan bahkan membatalkan jadwal keberangkatan yang sudah ditetapkan untukku sebelumnya, Pembatalan yang tiba tiba karena alasan tak masuk akal ini tak bisa kuterima, apalagi keluargaku.
“Aku katakan pada mereka, andai aku tidak memenuhi syarat minimum yang mereka sebut, maka sejak awal aku tidak akan bisa mendaftar. Karena tak ada jawaban, atas desakan orang tua, esoknya aku datang lagi kepada para tetua di kediaman utama untuk menanyakan lebih lanjut alasan mereka menolakku, kemudian tidak sengaja memicu keributan yang membuatku dihukum,” papar Fiel.
Satu alis Einzel terangkat mendengarnya, “Tidak sengaja?” Ia tak bisa tidak bertanya untuk memastikan karena ia berada di kediaman utama klan Fitzgerald ketika para tetua menyeret Fiel keluar setelah memutuskan hukumannya.
“Benar, di tengah perdebatan, tuan Jill yang hendak menghampiriku menyenggol sebuah bingkai foto di dinding. Bingkai itu jatuh dan aku berhasil mencegahnya sebelum melukai tuan Jill,” Fiel meringis sambil meneruskan, “Namun ternyata, bingkai itu mengalami kerusakan meski telah kutangkap disaat yang tepat. Kejadian tersebut memberi mereka bukti bahwa aku masih belum bisa mengendalikan sigma utamaku dengan baik. Mereka menghukumku menjadi tahanan rumah untuk belajar lebih lanjut dan memperbaiki sikap.”
“Masalahnya,” Fiel menarik napas dalam dalam, “Berkali kali kupikirkan kesalahanku selama masa tahanan hingga akhirnya kutemukan sesuatu. Di kejadian tersebut sigma yang kugunakan tak terkontrol dengan benar. Kemudian aku ingat, bingkai yang terjatuh hari itu baru saja dipajang pada hari yang sama dan memiliki hiasan dari batu kuarsa.”
Yiram terkesiap, “Kau tak bisa mengendalikan kuarsa,”
Fiel mengangguk. “Selanjutnya, orang tuaku yang awalnya tak terima dengan keputusan tetua tiba tiba menarik protes keberatan mereka dan menjanjikan perpindahanku dari Aileth sebagai ganti atas sesuatu. Aku tidak bisa mengorek sesuatu apapun dari mereka, namun jika mengamati situasi seluruh kontinen yang sedang dilanda kecemasan karena ramalan kiamat, aku rasa itu bukan sesuatu yang bagus.”
Ritz bersandar di punggung kursi dan menyilangkan tangannya di dada, “Seratus persen bukan. Apa kau sama sekali tidak punya ide mengapa hal ini tiba tiba terjadi?”