Jendela berbingkai busur-lengkung itu lenyap dengan cepat begitu ditutup. Einzel masih terpaku menatap udara kosong—tempat jendela tersebut sebelumnya berada, lalu menoleh ke arah Manor Hitam Legam yang pintunya masih terbuka. Bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Meski ia yang mengatur hampir semuanya agar Fran sempat singgah di sini, apa yang disaksikannya terlalu aneh.
Memangnya apa yang Fran lakukan di dalam sana sampai-sampai keluar dengan wajah seputih kertas begitu?
“Tentu bukan aku saja yang merasa bahwa dia tampak tak sehat, kan?” Nell menyeletuk. “Aku yakin tadi ia sama sekali tak mendengar kita.”
Kiran menukasnya, “Dia akan baik-baik saja meski tidak mendengar omong kosongmu.” Ia menoleh kepada Einzel yang masih menatap manor di belakang mereka dengan sorot penasaran. “Aku rasa dia tidak akan mendapat masalah. Toh sang kaisar sudah menyetujui kepergiannya, benar kan?”
Einzel mengernyit, “Bukan itu yang aku khawatirkan saat ini, tapi kau benar. Paling tidak sekarang kita berada di zona aman. Baik kita dan dia tak sedang terancam hukuman.”
“Meski kau sudah melakukan sesuatu yang menyerempet ke sana?” Fia menyanggah dengan senyum kecil khasnya. “Kalian melakukannya begitu rapi sampai tak seorangpun mencium sesuatu yang salah.”
“Apa maksudmu?” Pangeran mahkota yang sudah seperti saudara mereka itu hanya mengibas jauh-jauh pernyataan barusan.
Nell terkekeh, “Ya, hari itu tak ada kejadian apapun sampai rasanya membosankan.”
Atas anggukan setuju dari Einzel, Fia memutar mata.
“Memang sangat disayangkan Hatz pulang lebih cepat, Fia belum sempat melakukan apapun,” lanjut Nell.
Fia mendorong bahu Nell tanpa ragu. “Melakukan apa, ha?”
Kiran segera menghentikan Nell sebelum ia melewati batas, dan hal itu sudah pasti akan terjadi andai tak ada yang mencegah. Kiran tahu dari dulu Einzel diam-diam suka menyaksikan pertikaian dua orang tersebut, jadi sebagai makhluk waras, memang hanya dirinya yang bisa melerai. “Masih banyak yang harus diurus setelah ini,” ujar Kiran, menjajakan fakta.
Benar, Einzel telah melakukan banyak sekali, dan daftar tersebut masih terus berlanjut. Mengingatnya saja sudah membuat wajah mereka kehilangan warna.
“Baik, kita kembali ke para tetua itu dahulu.” Memasuki fase kerja, Einzel mulai mengurutkan kembali apa-apa yang harus dia selesaikan hari ini juga. “Aku terlalu pusing jadi akan sangat melegakan kalau mereka tidak bertanya banyak,” sambungnya.
Meminjam Manor Hitam Legam untuk kepentingan pribadi bukan hal yang bisa dilakukan sembarangan, apalagi memperoleh persetujuan. Di dunia ini yang bisa melakukannya tidak banyak dan setelah mencoba, Einzel pun terkejut bahwa ia mampu memperoleh izin dari para tetua klan Fitzgerald. Namun setelah menjabarkan alasan fiktifnya sedemikian rupa, ia juga tidak tahu harus bagaimana kalau akhirnya mereka tidak setuju—yang untungnya sungguh tidak terjadi.
Kebohongan memang tidak pernah memberi rasa nyaman, jadi alangkah lebih baik jika nanti mereka tidak bertanya lebih rinci. Einzel tak minat memperpanjang kisah kebohongannya.
Kemudian entah untung atau malah rugi baginya, saat sampai di sana, ternyata kediaman para tetua sedang mengalami kebakaran. Bukan kebakaran dalam arti ada api sungguhan, namun jenis lain. Beberapa dari mereka serta orang-orang lain yang terlihat familiar berlalu-lalang keluar dan memasuki kediaman tersebut dengan raut kusut.
Beberapa dari mereka tampak menyadari kehadiran Einzel, namun segera berlalu seperti ada hal lebih penting yang harus diurus. Setelah berpikir sesaat, ia (masih diikuti rekan pengawalnya) berjalan mantap memasuki gedung warna putih-gading itu. Lurus mengikuti arus dan hanya berhenti di depan ruang rapat para tetua yang sedang berdebat riuh.
Ia akhirnya berhasil masuk sambil berdesakan dengan orang-orang lain yang bergerak-gerak tak sabar di tempat. Tepat saat itu tetua dari keluarga Harven yang baju seragamnya kusut bangkit berdiri. Ia berseru berang diiringi gebrakan keras di meja, “Bukankah ini semua kesalahan didikan Nilvalen? Kalian keluarga bermasalah memang seharusnya tidak kembali ke Aileth sejak awal!”