“Aku tahu jendela itu berlebihan,” kata Itzal dengan nada kesal. “Kalau—katakanlah, Einzel, sigma pertamanya adalah ingatan sempurna dan itu tidak menciptakan efek visual atau apapun seperti aku. Semuanya terjadi di dalam, paham maksudku ‘kan? Sugesti dan ramalan-nya Ritz juga bukan sesuatu yang yang bisa dilihat mata telanjang.”
“Bukankah ini cuma masalah mana yang paling sering digunakan?” tanya Fran tak begitu mengerti, “Kudengar Ritz dan Einzel juga punya sigma lain untuk pertarungan, dan lebih kuat. Mereka tak mungkin melatih itu setiap saat kecuali dalam situasi khusus. Untukmu, kebetulan saja yang paling sering kau latih sehari-hari yang ini, dan kau juga bisa memanfaatkannya untuk pertarungan. Menurutku caramu sudah pas.”
“Tunggu, apa kau sedang membuatku merasa lebih baik?”
Fran membuang muka, “Aku tidak sengaja. Aku hanya bicara berdasarkan sudut pandang objektif. Aku jelas tidak tahu apa ada sigma lain yang kau miliki selain jendela ini, tapi menurutku itu saja sudah cukup kalau pemiliknya, yaitu kau, bisa memaksimalkan potensinya.” ia menghela napas. “Tentu, kau juga sudah tahu ini.”
“Benar,” Itzal kehabisan kata. “Tetap saja, terima kasih. Seperti katamu, aku memang punya sigma yang lebih sesuai untuk bertarung daripada jendela, sayangnya itu terlalu membebani dan disamping melatih yang itu, aku diberi saran untuk fokus menggunakan jendela saja.”
“Aku pernah membaca salah satu buku Hatz yang tidak terlalu terkenal. Mungkin kau tahu juga, ini ditulis saat ia masih di akademi. Dari sana aku tahu kalau hubungan rival antara Ritz dan Karna serta pertengkaran mereka itu juga salah satu cara untuk membantu melatih penggunaan sigma utama mereka yang terlalu kuat. Apa itu benar? Apa kau punya partner berlatih semacam itu juga?”
Gadis itu tertegun sejenak, baru menyadari sebesar apa kekaguman Fran kepada Hatz. Pada dasarnya, ia seperti ahli di bidang Hatz … Tanpa diragukan lagi, itu hanya pemikiran ngawurnya. Tapi bisa saja memang benar jika melihat ekspresi terpukaunya saat melihat Hatz malam itu dan saat ini. Itzal pernah mendengar bahwa buku itu hanya dicetak sekitar lima puluh untuk bercandaan. Hampir seluruhnya sudah ditarik dari peredaran tak lain dan tak bukan oleh Hatz sendiri karena isinya yang seperti buku harian terlalu memalukan.
Bagaimana bisa Fran ini memperolehnya? Apa ia benar-benar dalam pengasingan? Apa Fran hanya perlu meminta dan ada yang mati-matian mencarikan buku itu untuknya? Itzal begitu penasaran akan hal itu hingga hampir lupa menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya.
“Hm, sama sepertimu, aku belum lahir di masa buku itu ditulis. Namun sampai aku masuk akademi, hubungan rival-pertengkaran antara mereka masih terus berlanjut dan baru mulai mereda saat Karna ditunjuk menjadi penerus tetua yang lama di Alurea. Ritz bilang itu memang salah satu alasannya, tapi alasan lainnya juga karena mereka berdua tak lagi bisa mengeluarkan kekuatan sepenuhnya. Jadi ya, mereka sudah terlalu kuat dan tidak bisa berlatih seserius dulu lagi. Kau tahu pengawal Einzel yang perempuan? Ia punya sigma yang bisa mengukur kekuatan seseorang, dan dia pernah bilang andai dua orang itu benar-benar bertarung secara serius, Doloretia bisa hancur.” Itzal menjelaskan, “Oh, dan pengawal itu—Fia Myane, adalah partnerku waktu di akademi dulu. Kami sudah tidak berlatih bersama lagi semenjak ia bekerja untuk kekaisaran,”
Fran menyimak jawaban Itzal lebih serius dari yang dia duga. Ia seperti sedang mencerna penjelasan tersebut dengan pandangan yang menerawang jauh ke suatu tempat yang tidak diketahui orang lain.
Itzal tak menyangka pembicaraan yang seharusnya ringan ini sampai merambat kesana kemari dan berubah menjadi diskusi serius. Padahal banyak yang harus disampaikannya ke Fran, namun saat ini Itzal merasa tidak ingin membahas masalah sungguhan.
“Bagaimana dengan Hatz?” tanya Fran, seolah hanya itu yang bisa dia simpulkan dari penjelasan panjang Itzal.
“Kau bertanya kekuatannya? Sigmanya?”
Fran terlihat baru sadar sesuatu, “Apa saja, kalau kau tahu dan informasinya bukan rahasia atau semacamnya.”
Senyum Itzal merekah tanpa bisa ditahan saat ia mengujar, “Sebenarnya, semua yang kukatakan tadi juga termasuk rahasia besar. Lalu tentang Hatz, yah, kita setuju kalau secara umum, dia punya reputasi lebih tinggi daripada Ritz dan Karna. Informasi tentangnya juga berkali-lipat lebih berharga.”
Setelah mengedip beberapa kali, Fran berkata ragu, “Penjelasanmu tadi tidak terdengar seperti rahasia besar. Kalau mengenai sigma temanmu, aku tidak akan menyebarkannya. Beberapa orang memang lebih suka sigmanya tetap menjadi rahasia dan aku paham tentang itu.” Ia berdeham, “Tentang Hatz, aku setuju. Informasi apapun tentangnya, aku yakin, pasti berharga.”
Fran tak menambahkan itu pada kalimatnya, namun ia merasa sangat beruntung karena telah bertemu dengan Hatz paling tidak sekali seumur hidup. Karena ada waktu-waktu dimana ia merasa putus asa dalam pengasingan saat menyadari bahwa walaupun di dunia ada banyak sekali orang lain, ia tak bisa melihat mereka semua secara langsung sampai kapanpun.
Itzal tak bisa menahan tawa, dan Fran menyaksikannya dengan raut bingung. Bukankah sedari tadi mereka bicara serius? Di sisi mana tepatnya yang lucu?
“Maaf,” ucap Itzal disela-sela tawanya. “Aku tadi cuma bercanda. Tenang saja, yang aku katakan semuanya bukan rahasia semacam itu.”
“Syukurlah?” jawab Fran masih tak mengerti.
“Lalu,“ Itzal mengusap air matanya yang menetes karena tawa berlebihan, “Kau benar-benar penggemar berat Hatz ya? Ini kedua kalinya aku melihat seseorang tergila-gila padanya. Yang pertama adalah Fia—ya, pengawal Einzel itu. Ehm maksudku, oke, aku mengerti kenapa orang bisa memiliki rasa suka sebesar itu padanya. Tapi tetap saja … “