Jakarta, akhir tahun.
Aku mengaitkan tas punggung diantara dua pundakku juga menyeret perlahan koper besar menuju Gate C3 tempat pesawat yang akan aku tunggangi take-off dari landasan. Kiranya pukul belum sampai menunjuk angka delapan malam di jam tangan murahan yang mengikat lengan kiri. Harunya pesawat sudah mengudara satu jam yang lalu, 19:05, namun karena cuaca kurang mendukung, hujan deras disertai angin kencang sedari aku menunggu kereta bandara di Stasiun BNI city sore tadi, sampai menjelang adzan isya yang harusnya beberapa menit lagi pesawatku take-off, rintikan deras hujannya tak kunjung mereda.
“Panggilan terakhir penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-891…”
Suara panggilan penerbanganku berderung kembali, terderang jelas se-isi ruangan. Rintikan air dari kelabunya awan masih saja berjatuhan pelan, terlihat dari jendela ruang pemeriksaan terakhir yang baru saja aku lalui. Suara tadi merupakan panggilan terakhir, menandakan sebentar lagi pesawatku memang akan lepas landas.
Aku memasuki ruang tunggu terakhir yang pintunya sudah terbuka lebar, bersama orang-orang lain yang menaiki pesawat yang sama denganku juga memasuki ruangan itu. Ramai didalam sini, mungkin ada belasan orang, atau lebih, belum lagi yang sudah masuk pesawat. Aku menyenderkan koper pada deretan kursi dibaris terakhir salah satu sudut ruangan. Disebelahnya ada bapa-bapa yang sibuk dengan gawainya, mungkin sedang kasih kabar terakhir ke keluarga, tidak tau, hanya sekilah aku melihat layer gawainya.
Owh iya, aku lupa kabarin Ibu.
WhatsApp:
“Ibu bentar lgi aku berangkat”
“Aku pamit ya doain sampe tjuan selamat”