Sorak-sorai penonton menggema, memenuhi ruangan. Lampu-lampu besar yang tergantung di langit-langit menyorot kedua manusia yang sedang beradu. Lorong atas dipadati para bangsawan muda—ditemani segelas anggur dan buah-buahan.
Saat ia menduduki kursi miliknya, seseorang muncul. Itu Vich dengan senyuman lebar di wajah. Topeng setengah wajah berbentuk rubah itu melekat sempurna di wajahnya, setelan jas hitam panjang dan celana putih itu membuatnya tampak berbeda malam ini.
"Jadi siapa yang akan mengujinya?" Vich berkata, dengan fokusnya pada pertandingan. "Tidak mungkin kau akan lemparkan dia pada Glam, kan?"
Ry mendengus geli. "Dia bahkan bakal mati sebelum bisa melihat lawannya. Toh Glam belum kembali," balasnya pasti. "Mungkin aku akan membuatnya melawan Lord Van Holdan."
Nama itu membuat Vich menoleh dengan tatapan horor. "Kau bercanda? Manusia idealis itu sudah menerima bantuan dari Stepthantony."
Stepthantony, Ry tersenyum di balik sana. Ia benar-benar bakal menyaksikan sesuatu yang menarik dalam waktu dekat. Namun sebelum itu, ada hal yang harus ia lakukan.
.
Kehadirannya yang tiba-tiba itu mengejutkan para penghuni desa. Bisik-bisik menyebar luas di kawasan para manusia wilayah Katendral. Tentang apa? Tentu saja kedatangan gadis bertelinga rubah yang memangku gelar bangsawan.
Ia mengobrol dengan bocah bersurai hitam yang kemarin ditemui Atheiv. Tidak ada perbincangan serius, hanya topik tentang manisan yang berada di antara mereka. Meski begitu tidak ada satu orang pun yang berani menegur, untuk sekadar bertanya. Tentu saja karena mereka tau siapa dia.
"Apa yang Anda butuhkan?"
Atau tidak.
"Oh?" Gadis itu tampak memutar kepala, menengok pemilik suara di belakang sana. "Ren, ya? Sudah lama kita tidak bertemu."
Ren duduk di hadapan gadis itu, ia lantas menanyakan sesuatu yang mengganjal di pikiran. "Apa yang Anda butuhkan, Nona?"
Namun yang terucap justru pertanyaan tadi—sederet kalimat yang sudah dipertanyakannya. Ren tidak menyangka pula ia memiliki cukup keberanian untuk menemui gadis itu, bahkan kini duduk saling berhadapan dan berbincang seperti seorang kawan lama.
Di balik topeng bundar itu sang gadis tersenyum, "Atheiv."
Mereka yang mendengarkan percakapan itu bungkam. Ry yang selalu menjadi perbincangan di Határ, datang ke sebuah desa kecil untuk mencari seorang pemuda yang baru saja datang.
Ren tidak dapat menahan keterkejutannya. Ia menatap Ry dengan tajam, mengabaikan fakta bahwa gadis itu merupakan seorang bangsawan.
Laki-laki yang baru saja di sebut namanya itu muncul, ia nampak tidak sadar akan kehadiran Ry. Namun sosok Ren menyadarkannya, ia lantas berjalan menuju tempat dimana gadis itu berada. Langkah terburuknya menarik perhatian Ry. Gadis itu diam-diam mengulum senyum.
"Ah, Nona." Atheiv memamerkan telapak tangan—menyapa. "Nona sudah lama di sini?"
"Baru sebentar."
Atheiv nampak tersenyum lega, lantas bergabung di sebelah Ren. Ia baru saja kembali dari hutan bebas—niatnya mencari Ry. Namun yang dicarinya justru muncul di tempat tinggalnya. Ry nampak memainkan tangannya, lalu kepala gadis itu terangkat.
"Dua jam."
Dan ia kini membeku. Dengan canggung Atheiv mengusap belakang lehernya. Laki-laki itu tampak gugup, dan gembira pada saat yang bersamaan. Dua jam bukan waktu yang sebentar, tapi Ry nampak tidak terlalu peduli tentang waktu—kecuali ketika ia menyinggungnya.
"Apa aku harus pergi hari ini, Nona?"
"Kau tau artinya, saat aku telah berada di tempat ini."