"Siapa kau?"
Topeng Ry tidak memiliki lubang—baik di bagian hidung ataupun mata—, jadi Atheiv kesulitan mengetahui ekspresi yang ia tampilkan. Namun Ry nampak mengulur waktu dengan membisu beberapa saat.
"Aku anak keempat dari keluarga Bathory. Kau bisa memanggilku Ry."
Bathory. Kata-kata itu menggema di benak Atheiv, ia nampak tidak bisa mengontrol ekspresinya begitu mengetahui hal itu. Tapi ia tidak bisa berhenti karena tahu Ry berasal dari keluarga Bathory, bukan?
"Apa yang kau inginkan dariku?"
Ry memiringkan kepala. "Bukankah kau yang menginginkan sesuatu dariku?"
Dia benar. Atheiv menginginkan servus yang berada di tangannya—servus bebas yang bakal membantunya kembali. Tapi ini tidak benar. Mengapa harus dirinya dari sekian banyak manusia?
"Aku tidak memaksamu menerima servus ini. Kau bisa mengatakan saat kau menginginkan servus ini dalam dirimu," Ry mengatakan dengan tenang. "Kau bebas menggunakan segala aset Bathory. Ruang latihan, ruang baca, dapur—semuanya."
Atheiv membisu. Ia kini tidak mampu menolak apa yang ditawarkan Ry. Meski tahu itu berbahaya, tapi semua yang ia butuhkan berada di tempat ini—Bathory. Gadis itu nampak puas dengan minimnya reaksi Atheiv, yang menandakan ia bersedia tinggal.
"Kalau begitu, bisa aku tinggalkan kau sendiri? Aku mempunyai urusan lain."
.
Banyak ruangan yang ingin dimasuki Atheiv, tapi ia sadar diri. Saat turun dari tangga besar di tengah-tengah mansion, Atheiv berpapasan dengan laki-laki yang belum pernah ia temui. Dengan topeng rubah sebatas hidung, laki-laki itu tersenyum—tampaknya menyapa.
"Apa kau orang yang dibawa Ry?"
Atheiv menganggukkan kepala. Masih menduga-duga sosok dihadapannya. Vich tersenyum senang, lantas mengulurkan tangan. Atheiv dan Vich berjabat tangan.
"Aku Vich—kembaran Ry."
"Atheiv."
Vich mudah berbaur, sama seperti V. Oleh karena itu, kini Vich menjadi seorang tour guide dadakan. Laki-laki bersurai crimson itu nampak antusias menemaninya berkeliling sambil menjelaskan. Sesekali menganggu pemilik ruangan dengan cara masuk tanpa mengetuk.
"Tuan muda?"
Sosok bocah dengan telinga runcing dan surai seputih salju itu muncul dibalik tabung-tabung raksasa. Vich menyebut ruangan ini sebagai ruangan pribadi salah satu servus Ry. Dan bocah itu adalah pemiliknya.
"Ini Eros. Dia Elf—dan juga servus pertama Ry."
Atheiv memperhatikan Eros yang sedang menatap dirinya dan Vich agak kebingungan. Eros menggunakan jubah biru bermotif yang kebesaran di tubuhnya, di bawah kedua matanya terdapat garis berwarna emas, dan benar-benar seperti elf dalam buku dongeng.
Vich tertawa mengetahui reaksi Atheiv. Mereka lantas segera pergi dari ruangan Eros, agar tidak mengganggunya bekerja. Ry benar-benar bekerja keras untuk mendapatkan Eros, di masa lampau.
"Ini pertama kalinya kau melihat elf?"