"Itu menyakitkan—ditusuk dengan kekuatan tiruan."
Van Hormen dengan cepat mengendalikan dirinya. Ia mundur dan kembali melepas kekuatannya. Asap hitam menutupi keseluruhan tubuhnya sebagai tameng.
Atheiv menegakkan kembali tubuh, merasakan energi asing dalam tubuhnya. Van Hormen menyadari kebingungan sesaat Atheiv, ia dengan segera melayangkan pukulan kuat yang tidak dapat dihindari.
"W-wah?!" Atheiv membelakak menyadari ia dengan sigap menahan serangan, dan membuahkan hasil mengejutkan.
Apa ini? Ah, jangan-jangan Nona membantuku, Atheiv menangguk positif dengan teori acak yang muncul di kepalanya. Ia merasakan tubuhnya sakit, namun kekuatan berkumpul dengan cepat di tangannya. Atheiv meberikan satu pukulan yang membawa Van Hormen menabrak dinding pembatas.
"A-ah?!" Atheiv gemetar—merasakan kekuatan itu terlalu mengerikan.
Namun ini kesempatannya untuk menang. Ia berlari menuju tempat Van Hormen, asap hitam berada di sekeliling tubuhnya. Atheiv melompat menjauh, menyilangkan tangan di depan wajah—namun tidak terjadi apapun.
"Apa ini kekuatanku?" ia bergumam, kembali tidak habis pikir atas apa yang terjadi.
Van Hormen bangkit. Atheiv menatapnya dengan posisi siaga, namun keheningan tercipta. Tidak ada gerakan yang dibuat oleh Van Hormen.
'Bruk!
Ia memposisikan dirinya lebih rendah —nampak memberi hormat. Atheiv kebingungan sendiri karenanya.
"Saya telah meragukan kehadiran Tuan Leviathan," ia berucap penuh penyesalan. "Selamat datang kembali, Tuan."
Wasit mengangkat bendera merah darah ke udara. Dan sorak-sorai penuh pertanyaan mengudara. Atheiv digiring kembali oleh Eros, namun matanya masih terpaku pada Van Hormen.
Di sisi lain Ry meninggalkan kursinya setelah memeriksa toples yang isinya berkurang setengah.
.
Berita itu tersebar dengan cepat. Lord Van Hormen adalah satu-satunya manusia yang dekat dengan Leviathan di masa lalu, dan kini ia tunduk pada seseorang dengan dalih bahwa ia adalah 'Tuan'nya.
Perjalanan berakhir, laki-laki itu menyentuh bebatuan yang ada di depannya dengan marah. Tudungnya merosot—merampakkan raut kebencian.
"Bagaimana bisa dia kembali...."
.
Tiga hari berlalu, Atheiv kini sudah bisa beraktifitas normal. Ia menghabiskan waktu untuk tidur di kasur karena berkali-kali terkena pukulan Van Hormen. Hari itu Atheiv ambruk setelah keluar dari area pertandingan. Eros membawa Atheiv dengan bantuan beberapa prajurit Eme—yang kebetulan ikut datang karena permintaan V.
Dengan penuh pertanyaan ia menatap dirinya dalam pantulan cermin. Iris emas miliknya kini bercampur merah. Entah sejak kapan warna matanya menjadi seperti itu, yang jelas warna merah di sana tidak akan memudar dan kembali seperti sediakala. Atheiv menghela nafas, lalu tersenyum kecil.
Aku tidak percaya aku menang.
Mungkin bukan karena kemampuannya, namun hasilnya tetap menunjukkan bahwa Van Hormen kalah. Tapi sejak hari itu juga ia tidak dapat bertemu dengan Ry. Ry jarang ada di mansion, ia kadang-kadang muncul tengah malam dengan Phoenix. V lebih banyak mengurung diri dengan setumpuk dokumen, jadi jatah makanan V diantarkan ke ruangan kerja pribadinya. Sedangkan Vich dan Eme berada di Langardian untuk beberapa hal.
Hari itu Atheiv masih belum diperbolehkan melakukan aktivitas berat seperti latihan, karena itu ia cuma membaca buku di perpustakaan hingga sore, lalu tidur. Namun karena tidur terlalu awal ia justru terbangun tengah malam.
Esoknya, saat matahari terbit Atheiv sudah mulai berlatih, lalu beristirahat sejenak dan kembali mengerjakan daftar panjang dari Vich. Ia lelah? Tentu saja. Namun ia tidak pernah berhenti untuk mengeluh—tidak dalam kondisi ini. Malamnya ia menghabiskan waktu untuk membaca, membaca, dan membaca. Mencari informasi sebanyak yang ia mampu.