Pengendalian Atheiv dapat dikatakan cukup baik. Buktinya ia mampu menangkis serangan Ry, dengan kekuatan barunya. Asap hitam kini yang melekat pada tubuhnya menjadi tameng, Atheiv menyilangkan tangan di depan wajah—memberi pertahanan mutlak.
Dari tangan Ry keluar cahaya biru yang menjadi kekuatannya. Cahaya itu memunculkan bulir-bulir air yang menajam saat dilempar pada lawan. Ia tersenyum, manik baby blue miliknya menyipit—mengejek.
"Sembunyikan ekspresi itu—kau terlihat lemah."
Atheiv terlempar, darah keluar dari bibirnya. Mengeluarkan kekuatan untuk melindungi diri sebentar saja membuatnya kehabisan tenaga, dan rasanya sakit luar biasa.
Ry berhenti. Ia menghela nafas, lalu membenarkan posisi topengnya. Lantas gadis itu berjalan ke luar aula dan hilang di belokan. Atheiv menghela nafas lelah, ia tidak tahu bakal sesulit apa melawan 'Sang Penjaga Gerbang'. Informasi tentang itu sangatlah terbatas, Atheiv belum mendapat apa-apa selain pengetahuan.
Tentu saja semua orang tahu. Untuk keluar dari Hatar, mereka harus melewati 'ujian' dari tiga penjaga gerbang. Konon katanya penjaga gerbang ketiga memiliki julukan 'Ratu Tanpa Mahkota'. Sedikit dari mereka yang pernah menghadapinya secara langsung. Bahkan Eros telah menolak memberi informasi pasti tentang itu.
"Ambil ini."
Ry melemparkan botol air lalu Atheiv menangkapnya. Gadis itu mendekat pada sosok Atheiv dan menatap lukanya.
"Tubuhmu bakal banyak membusuk. Kau harus tau cara mengendalikan kekuatanmu dengan baik kalau tidak ingin semuanya terlambat," paparnya. "Aku menjahit ini dengan jiwaku."
"Ah soal itu.... Apa berarti aku terhubung denganku?"
Ry menangguk membenarkan, namun menolak menjelaskan lebih jauh. Gadis itu bermain-main dengan kekuatannya. Air yang keluar dari tangannya menari-nari di udara. Mengeras menjadi es lalu mencair kembali menjadi air.
Pengendali elemen air, Atheiv membatin.
"Mereka akan menjadi temanmu saat kau mampu mengendalikannya, namun akan menjadi musuh saat kau tidak cukup kuat."
"Lalu? Aku harus bagaimana?"
Ry menatapnya. "Mulai besok kita akan latihan di depan. Aku akan langsung turun untuk membimbingmu."
Atheiv menangguk mantap lalu merasakan nyeri di bagian belakang lehernya. Bau anyir menjadi pertanda bahwa kulitnya kembali membusuk. Ry membentuk sebuah jarum dari kekuatannya, lalu menarik benang biru keluar dari lonceng di lehernya.
"Diam, ini mungkin bakal sedikit menyakitkan."
.
Dalam dua hari Vich kembali, laki-laki itu langsung saja pergi ke ruangan V. Pertemuan lebih cepat dari dugaan, dan respon yang di dapat persis seperti yang diperkirakan Vich.
"Dua bulan dari sekarang. Mau tidak mau kita harus bertindak."