Glam melirik Atheiv yang diam saja. Ry menyadari itu lalu ikut menatap laki-laki itu. Atheiv mengangkat salah satu alisnya. Ia merasa aneh terus-terusan dipandangi Glam dengan tatapan menyelidik.
"Kenapa?"
Glam nampak menilai. Ia menatap sosok Atheiv dari pangkal rambut hingga ujung kaki. Dan tatapannya beralih pada sosok Ry. Wajahnya cerah kembali lalu Glam melempar sebuah pertanyaan.
"Siapa laki-laki dekil ini, Nona?"
Ry mendengus geli, melihat ekspresi tidak suka Atheiv. Glam memang sangat jujur dengan pendapatnya, dan dilihat dari situasi—Atheiv yang baru saja melompat ke jurang—, sosok Atheiv memang kelihatan sangat kotor. Terlebih dengan beberapa bagian tubuhnya yang membusuk secara acak.
"Dia Atheiv. Pemilik jiwa Leviathan."
Dan ekspresi Glam berubah. "Anda memberikan jiwa Leviathan kepada dia?"
Ry membisu, menatap kekecewaan dalam dari sosok Glam. Laki-laki itu pernah mengajukan diri sebagai 'wadah' jiwa Leviathan, karena tahu Ry sangat menyukai Leviathan. Namun Ry mengatakan bahwa Glam belum mampu.
Dua ratus tahun berlalu, Glam kembali dengan kekuatan yang nyaris sempurna, namun Ry tetap tidak memberikan Leviathan padanya. Dan kini jiwa Leviathan berada di laki-laki yang bahkan tidak mengerti siapa Ry.
Glam mendengus. Ia mendapat cukup jawaban dari diamnya Ry. Laki-laki itu lantas pamit undur diri dan menghilang begitu saja dengan wajah sedih. Atheiv tidak tahu harus apa, namun ia tahu bahwa jiwa Leviathan adalah sesuatu yang berharga.
"Lanjutkan latihanmu."
Dengan itu Ry turut menghilang dibalik pepohonan rimbun—menyisakan kicau burung yang terkejut atas ulahnya. Atheiv hanya memandangi punggung Ry hingga benar-benar tidak terlihat, lalu menjatuhkan diri ke rerumputan tinggi.
Kegelisahan kembali menguasai.
Katakan Atheiv benci pada takdir. Begitu benci hingga takut takdir kembali menghianati angan dalam dirinya. Namun nyatanya ada yang lebih ia benci—dan Atheiv baru saja menyadari hal itu. Terikat. Atheiv takut merasa terikat dan harus pergi. Tapi ada rasa aneh yang selalu singgah saat ia menatap Ry tanpa topeng—familiar.
.
Sebagai seorang psycopomp—alias pemandu jiwa, Ry mampu membaca buku takdir. Namun isinya terbatas, jelas-jelas hanya untuk orang-orang yang pernah menginjak Hatar. Bahkan ada pula lembar yang tertumpuk tinta hitam—contohnya milik Bathory sendiri. Tidak ada hal pasti mengenai Bathory, maka dari itu Ry tidak dapat mengetahui masa depan keluarganya.
Dengan berat hati ia tutup buku besar itu, meletakkan kembali di dalam segel—lantas melempar pandangan pada sosok Glam. Glam adalah salah satu vampire yang berbakat, buktinya ia mampu mengikuti jejak Ry sebagai seorang pemandu jiwa. Tentu saja dengan mengikuti berbagai organisasi gelap, dan latihan yang tidak main-main.
"Nona," Glam menyentuh ragu-ragu pundak Ry, dengan jari-jari kurusnya yang terbalut perban. "Saya tidak mengerti."
Ry mengetahui kemana arah pembicaraan Glam—jiwa Leviathan.
"Glam. Daripada menjadi sesuatu yang aku sukai, kau mestinya memikirkan rasmu—masa depan dunia."