Glam menutup buku merah yang berlapis pelindung emas itu, memutuskan memusatkan seluruh konsentrasi pada pekerjaan namun itu tidak berhasil. Kertas-kertas yang menumpuk di mejanya sudah disingkirkan—semua pekerjaan usai lebih cepat dengan kondisi ini.
Niatnya adalah mengalihkan diri ke pekerjaan, agar hal-hal lain tidak menyelinap masuk dan mengganggu. Tapi semuanya telah usai.
'Tok! Tok!
"Masuk, Evelyn."
Sosok Evelyn muncul di balik pintu, mengenakan sebuah jubah biru dengan paduan orange khas ras vampire. Garis panjang yang ada di bawah mata kanannya telah terbentuk sempurna, Glam menatapnya tenang—menunggu gadis itu mengungkapkan keinginannya.
"Kakak, kenapa Rize dibebaskan?"
"Kenapa apanya? Dia saudari kita, kenapa harus dikurung?" Glam balik melempar pertanyaan, dengan alis terangkat.
Evelyn nampak tidak senang mendengar jawaban itu, namun tetap berdiri di sana untuk melanjutkan obrolan. "Ayah bilang Rize harus tetap dipenjara," Evelyn membalas dengan suara kecil.
"Kalau begitu kenapa tidak memenjarakan aku?" Evelyn membelakak—kebingungan dengan pertanyaan yang tiba-tiba. "Toh aku memihak Bathory, bahkan aku sejatinya adalah bagian dari Bathory. Kenapa?" suaranya merendah, Glam menekan kata-kata Bahory di setiap kalimatnya.
Evelyn menurunkan pandangan, kedua iris navy miliknya bergetar. Glam dalam suasana buruk, dan tidak baik untuknya melanjutkan percakapan ini.
"A-aku mengerti. Aku permisi, kakak."
Saat hendak meraih gagang pintu suara Glam kembali terdengar.
"Ah, Evelyn?" suara itu hadir dengan warna yang sama—gelap dan menyesakkan. "Y-ya? Ya?" Evelyn membalas dengan tergagap, ia membalikkan tubuhnya dengan cepat.
"Bukankah kau juga bagian dari Bathory?"
Dan kalimat itu menggelapnya kedua manik navy sang gadis.
.
Pagi ini Ry akan menemui Atheiv untuk melanjutkan perbincangan yang tentunda kemarin malam. Namun karena beberapa berkas datang, jadi Ry mengundang Atheiv untuk datang ke markas utama Eme—tempatnya bersarang kini.
Gadis itu membolak-balik kertas berisi rincian perang yang akan terjadi dua minggu mendatang. Lebih tepatnya 'tantangan' yang keluar dari ras vampire untuk yang kesekian kalinya. Biasanya surat itu datang dalam waktu dua puluh tahun sekali, dan Bathory lebih banyak mengabaikan.
Namun ada kalanya mereka harus menyanggupi permintaan itu untuk menjaga agar rumor buruk tidak tersebar. Itu akan menyulitkan Livia yang berada di Langardian dalam rangka pengembangan kuil dan teknologi.
Ah benar, aku belum mengunjungi kuil.
'Tok! Tok!
"Ya, masuk."
Atheiv masuk dengan keranjang di tangan kanannya. Ia nampak segar dengan jas putih dan kemeja ungu yang melekat di tubuhnya. Ry mengulum senyum, mempersilahkan Atheiv untuk duduk, sedangkan dirinya membereskan kertas-kertas yang sudah ditandai.
"Jadi yang ingin kau bicarakan?"
Atheiv memiringkan kepala. "Nona benar-benar tidak ingin berbasa-basi, ya?" Ia terkekeh, lalu mengeluarkan sandwich dari keranjang. "Sebelum itu makanlah ini. Aku dengar Nona pergi pagi-pagi sekali dan belum makan apapun. Ah, dulu ibuku sering membuat sandwich untuk sarapan, karena itu kali ini aku membuatnya untuk Nona."