Ruangan gelap itu didominasi warna navy. Mulai dari dinding, karpet, hingga gorden yang menghalangi cahaya masuk dari jendela besar di sudut ruangan.
Sepasang iris navy yang bercahaya dalam gelap, menatap rupa laki-laki yang kini terbaring lemah di ranjang. Manik senada itu bergulir tidak senang dengan apa yang disampaikan buah hatinya. Ia menggiring gadis kecil itu pada ketakutan yang tak berujung, lalu senyum terpatri di wajahnya—seolah tatapan dinginnya beberapa detik lalu hanyalah ilusi akibat lelahnya ia.
"A-ayah? Aku harus apa?" Evelyn kecil gemetar, meski senyum itu tampak di paras sang Ayah. "...a-ayah?"
Cengkraman di pundak Evelyn tidak melemah, kuku-kuku panjang yang dicat hitam itu bahkan terasa menusuk kulitnya lebih dalam kini. Sang gadis merasakan tubuhnya gemetar dan mulai kehilangan kontrol atas ekspresi wajahnya yang menunjukkan ketakutan nyata.
"Apapun yang terjadi, kita harus menangkapnya," suara serak itu memenuhi telinga Evelyn. "Takdir pasti akan bergulir sesuai kehendak kita di akhir kisah. Kau mengerti, Evelyn?"
"Y-ya." Evelyn menggigit bibir bawahnya hingga darah segar mengalir turun dari dagunya. "A-aku mengerti. A-aku mengerti, Ayah."
.
"Ini mengejutkanku, Arsein. Apa yang membuatmu repot datang kemari?"
Arsein meletakkan cangkir teh hitam yang isinya telah berkurang setengah. Ia menatap Ry bergantian dengan sosok Atheiv yang menjelma menjadi bodyguard pribadinya. Posisi laki-laki madu itu berada di belakang sofa putih tulang yang diduduki Ry.
"Ah, itu. Sebelumnya saya minta maaf karena datang tanpa mengabari Nona," ia berucap tenang dengan penuh penyesalan. "Tidak apa-apa. Kau sudah seperti pamanku sendiri, jadi santai saja."
Jawaban itu membuat Arsein tersenyum hangat. Laki-laki itu juga telah menganggap sosok Ry sebagai putri kecilnya, karena dia adalah salah satu orang yang mengikuti pertumbuhan anak bungsu Bathory itu.
"Begini, terkait perang kecil yang akan terjadi, saya menduga ada sesuatu yang direncanakan Bapa Phillipus." Iris amber miliknya bergulir pada salah satu dokumen yang datang dari tasnya.
"Kemungkinan besar kebangkitan Anda dan Tuan Vich berlangsung pada hari itu, dan tampaknya belum ada pergerakan dari Bapa Phillipus yang mengajukan gagasan untuk perang. Bukankah itu ganjil?"
Ya itu ganjil, Ry sudah memikirkan itu, namun belum menyampaikan pada V. Kemungkinan besar V bakal memiliki satu dua hal serupa dan memikirkan beberapa solusi.
"Menurutmu apa yang direncanakan Bapa Phillipus?"