Reborn : Leviathan

Elizabeth Vee Bathory
Chapter #19

18 — Prioritas

"Lama tidak berjumpa, Tuan Leviathan."

Lawan bicaranya membisu, ia dalam keadaan yang tidak begitu baik untuk merespon informasi—terduga karena beberapa peristiwa yang terjadi hari ini. Gadis bersurai perak di depannya menyapa dengan tenang, ia nampak bersahabat kalau dilihat dari senyumnya yang hangat.

"Kau siapa?" Atheiv mengajukan pertanyaan yang sempat terpotong.

"Aku Rize Phillipus." Ia bahkan tersenyum lewat matanya. "Aku adalah tamu yang tidak diundang, namun diharapkan kehadirannya."

"Huh?" Alis laki-laki itu turun, dahinya berkerut, dan mulutnya terbuka secara otomatis karena kebingungan. Gadis ini bilang apa, tadi? Ia benar-benar lambat memproses informasi.

Tawa Rize melantun indah, ia menyeka air mata yang keluar dari pelupuk mata. "Maafkan aku, Anda benar-benar Tuan Leviathan, bukan? Aku merasakannya," paparnya seraya menatap lembut Atheiv. "Ah, iya. Bisakah Tuan Leviathan membawaku ke Nona Ry?"

"Tidak," Atheiv menyahut tegas. "Dia sedang membicarakan sesuatu yang penting dengan Glam."

Rize terdiam, nampak merenungi kata-kata Atheiv, lalu ia tersenyum. "Baiklah, kalau begitu, apakah kita bisa berbincang?"

.

"Sstt...." Ry menyentuh wajah Glam yang pucat pasi. "Aku tidak apa-apa, aku masih di sini."

Suasana di ruang rapat begitu gelap dan menyesakkan. Keduanya nampak larut dengan pikiran masing-masing, setelah melalui perbincangan yang cukup serius. Hal ini tentu saja sulit diputuskan. Setiap resiko menghantui tiap-tiap pilihan, namun mau tak mau mereka harus ambil satu langkah pasti.

"Saya tidak melalukan ini semata karena Nona, percayalah," Glam meyakinkan, ia menatap dalam sosok Ry. "Yang saya tau, kalau Nona Ry mati, bahkan setelah pembangkitan, Tuan Vich tetap akan berada di kondisi yang berbahaya."

Glam benar, Ry menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Ia tidak bisa membahayakan saudaranya. Pilihan kedua terlihat lebih meyakinkan, tapi kita tidak tahu sampai kapan Vich bisa bertahan. Bahkan gadis itu tidak bisa mengontrol ketakutannya, tubuhnya bergetar—kekuatan Vich dan Ry mulai saling beradu.

"Aku tidak ingin kehilangan Vich lagi."

Glam menatap yakin pada Ry. "Saya," ia bersuara penuh percaya diri. "Saya akan bertanggungjawab atas segala resiko!"

"Ini bukan masalah siapa yang bertanggujawab. Aku adalah pihak yang sepenuhnya bertanggujawab, kau ingat?" Ry menghela nafas. Glam nampaknya terlalu emosional—sama halnya dengan sosoknya kini.

Gadis itu tertegun sesaat, ia menatap ke arah jendela. Dengan gerakan cepat, ia menarik diri dari tempat duduk, beranjak menatap halaman belakang yang terhubung dengan jendela di ruang rapat.

"Rize sudah tiba."

.

Rambutnya dijepit ke belakang dengan hati-hati. Rize telah selesai membenarkan rambutnya yang berantakan, akibat ulah kedua 'rekan' yang datang bersamanya tadi. Bersamaan dengan itu, cerita Atheiv berakhir. Entah bagaimana sang Leviathan bisa percaya dengan mudah pada gadis misterius di depannya.

Lihat selengkapnya