Senyuman Ry merekah di balik topeng, Atheiv terdiam melihat gelagat penuh kebahagiaan gadis itu. Sosok Valexis—yang disebut-sebut sebagai Leviathan di masa lalu—berada di sisinya dengan senyum yang sama.
"Aku merasa kau benar-benar menyelamatkanku," Ry terkekeh setelah berkata seperti itu. "Aku sudah tidak kesepian, karena rasanya aku berkelana hingga ke ujung dunia dengan mendengar kisahmu."
Valexis memamerkan tawa yang khas, kepalanya tergerak untuk menatap rerumputan hijau yang dipijak. "Aku senang mendengarnya. Lain kali kita akan pergi bersama, oke?"
Ry mengangkat jemari, memamerkan kelingkingnya.
"Berjanjilah."
Valexis terkikik. Ia menyadari tingkah kekanakan Ry membuatnya gemas. Terkurung di Hatar terdengar tidak buruk, namun masih saja dikatakan membosankan. Valexis suka pergi ke setiap tempat di dunia, tetapi ia berhenti di tempat ini—bersama gadis yang menyodorkan kelingkingnya kini.
"Aku, Leviathan berjanji, akan membawa Ry Vee Bathory pergi mengelilingi dunia—dengan atau tanpa bentuk yang sama."
Ry mengangkat alis, merasa aneh dengan janji yang diucapkan laki-laki bersurai salju itu. "Apa itu? Kau bisa merubah penampilan?"
Valexis menggeleng ringan, mengalihkan pandangan ke langit biru yang memenuhi pengelihatan. Ry nampak tidak suka dengan akhir kalimat yang ditujukan Valexis buatnya.
"Kau akan tahu sendiri, kelak. Tapi janjiku itu nyata, kau bisa percaya itu."
Dan Atheiv menutup mulutnya—ia mengerti.
.
Setelah mendapat mimpi itu Atheiv melamun seharian. Jiwa Valexis telah berada di dalam dirinya. Tangannya menyentuh area dada, jantung berdetak dengam cepat—seperti baru saja dikejar-kejar monster dalam film.
Atheiv menghela nafas panjang.
"Kondisimu hari ini terlihat buruk," Ry berkomentar. "Seperti seseorang yang memikul beban selama dua kehidupan."
Tepat sekali. Komentar acak Ry tepat sasaran. Atheiv tidak menghela nafas lagi, ia tersenyum simpul sebagai pengganti. Ingatan yang muncul di mimpinya itu membayangi.
"Nona, Tuan Leviathan itu orangnya bagaimana?" ia bertanya tanpa menyinggung nama Valexis di dalamnya, bertingkah seolah-olah belum mengetahui sama sekali tentang laki-laki bersurai salju itu.
"Sangat luar biasa. Dia adalah pengelana yang hebat. Valexis—ah itu bagaimana aku menyebutnya—pergi ke setiap tempat di dunia," Ry mengisahkan laki-laki itu dengan tenang. "Valexis juga pendongeng yang baik."
Atheiv menyimak pergerakan Ry yang melambat saat mengisahkan tentang Valexis. Semua gerakan gadis itu melembut seketika, nada bicaranya pun menjadi halus. Atheiv membayangkan seberapa banyak perasaan yang dituangkan gadis itu buat sang iblis.
"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti ini?" Ry menyentuh salah satu berkas, menggiringnya menuju tumpukan lain di sudut meja. "Aku terkejut karena kau tiba-tiba menanyakan dia."
Atheiv tertawa canggung. "Aku hanya ingin tahu, Nona."