“Berdasarkan pencapaian anggota tim voli Universitas Harapan Jaya yang berhasil lolos ke Liga Mahasiswa tingkat nasional, kami ingin mengucapkan selamat kepada kalian semua.”
Yosua dan Bryan tersenyum ketika mereka mendapatkan ucapan selamat atas prestasi klub voli saat Liga Mahasiswa regional Jakarta. Usai beberapa hari lalu mereka berhasil meraih medali perunggu di turnamen itu, Yosua sebagai ketua klub voli diundang ke pertemuan dengan beberapa pejabat dari bidang kemahasiswaan universitas. Dalam acara itu juga, klub voli juga mendapatkan kepastian bahwa klub tidak jadi dibubarkan. Surat keputusan juga diberikan sehingga memperkuat status klub voli di kampus.
“Melalui kesempatan ini juga, kami dari pihak kemahasiswaan ingin juga memberitahu kalian bahwa status dalam pantauan untuk klub voli resmi dicabut. Surat keputusan ini menandakan bahwa klub voli dapat beraktivitas normal kembali seperti sebelumnya dan kalian nanti dapat melaksanakan rekrutmen anggota baru secara terbuka ketika musim penerimaan mahasiswa baru tiba.”
Tepuk tangan pun terdengar usai pejabat kampus itu berbicara. Setelahnya, Yosua dan Bryan menerima berbagai macam surat untuk kebutuhan administrasi klub mereka. Dilanjutkan dengan sesi diskusi sejenak untuk mendengarkan apa yang akan dilakukan klub voli ke depannya, kemudian acara pun berakhir. Yosua dan Bryan pamit undur diri, lalu melanjutkan kegiatan mereka di ruang klub. Karena mereka sedang tidak ada kelas, jadinya mereka bisa fokus sejenak untuk kebutuhan klub mereka hari ini.
"Kalo aja kemaren kita kalah di perebutan juara tiga, hari ini yang kita dapat malah surat keputusan pembubaran klub," kekeh Yosua sesampainya mereka tiba di ruang klub. Yosua lalu menempatkan surat-surat itu ke tumpukan berkas di mejanya. "Semoga aja Jonatan bisa segera sehat dan bisa menentukan pilihannya di klub ini."
"Benar juga. Kemarin dia bilang karena masih pemulihan, dia belum mau mikirin tentang kepelatihan klub kan? Kira-kira, dia mau lanjut lagi apa nggak ya?"
Yosua hanya bisa menggelengkan kepalanya saat menjawab pertanyaan Brian. Setelahnya, ia kembali menatap berbagai macam buku yang ada di mejanya itu. Sesaat, Yosua mengambil satu buah buku dan membukanya. Isinya terdapat catatan-catatan Jonatan mengenai program latihan dan karakteristik anak-anak klub.
"Gua cuma berharap pilihan yang diambil Jonatan itu pilihan yang terbaik bagi dia. Dia kemarin mau membantu kita tuh udah lebih dari cukup, jadi gua gak mau berharap lebih tinggi lagi dari itu. Lagipula, Jonatan juga ada memberikan kita catatan ini, jadi setidaknya tim kita masih punya pegangan untuk latihan ke depannya kan? Karena itu, gua rasa, sambil menunggu keputusan Jonatan, kita harus bisa memanfaatkan semua hal yang kita punya di sini. Nantinya, terlepas dari kabar baik atau buruk yang kita dapat, kita akan berjuang sama-sama. Demi mimpi kita di turnamen nasional."
“Sekalipun kalo misalkan Jonatan akhirnya memilih untuk tidak lanjut dengan klub ini?”
“Artinya kita harus bisa berjuang dengan cara kita sendiri. Dia sudah membantu kita buat maju ke tingkat nasional, berarti ini sekarang saatnya kita melihat sejauh mana kita bisa melangkah di turnamen ini.”
“Tapi, lo gak mau serakah buat bisa melangkah sampai ke babak akhir di turnamen nasional?”
Yosua terdiam sejenak saat mendengar pertanyaan Bryan. Setelahnya, ia menghela napasnya. “Klub ini gak dibubarkan di kepengurusan kita aja gua udah bersyukur. Hampir empat tahun di klub juga kita gak pernah masuk ke tingkat nasional. Jujur, gua sebenarnya pengen serakah dan melangkah jauh di turnamen nanti. Tapi, melihat keadaan klub ini, dan juga akhirnya mimpi kita yang baru kesampaian di kesempatan terakhir, gua bisa ngerasain atmosfir pertandingan nasional udah lebih dari cukup. Sekalipun cuma satu pertandingan, setidaknya kampus kita pernah sampai ke tingkat nasional. Jadi, untuk sekarang, gak usah pikir yang aneh-aneh. Pesta kita udah selesai, saatnya bersiap untuk pertandingan yang lebih sulit lagi. Hasilnya bisa belakangan, tapi yang penting kita berdua sebagai anak tingkat empat harus enjoy di turnamen terakhir kita di klub ini.”
Bryan tersenyum mendengar jawaban dari Yosua yang terdengar sudah menerima apapun hasil yang akan mereka dapatkan nanti. Meskipun Bryan sebenarnya masih ingin melangkah jauh di turnamen nasional, namun ucapan Yosua ada benarnya juga. Ia harus sadar diri juga dengan kemampuan tim mereka. Bisa melaju ke turnamen nasional sudah baik, hasil di turnamen itu adalah bonus. Kini, karena ketua klubnya sudah berpikir seperti itu, berarti kini tugasnya adalah mendampingi sang ketua agar progress mereka bisa terus berjalan. Bryan pun menepuk bahu Yosua dan menyemangati sahabatnya itu.
“Kalo gitu, saatnya kita bersiap untuk turnamen yang akan datang.”
*****
“Dua hari lagi gua udah bisa keluar dari rumah sakit.”
Jonatan menatap kalender di handphone-nya dengan senang. Sudah beberapa hari ia harus berbaring di rumah sakit karena lututnya kembali sakit akibat dirinya memaksakan diri bermain voli. Meskipun begitu, Jonatan merasa rasa sakitnya itu tidaklah sia-sia. Berkat keinginannya untuk tetap dapat bermain voli, ia bisa membantu anak-anak klub volinya menjadi juara tiga di Liga Mahasiswa regional Jakarta. Berkat hasil itu pula, tim voli Universitas Harapan Jaya juga berhak melaju ke Liga Mahasiswa nasional.