“Padahal waktu kita buat persiapan udah mepet, tapi kalian masih sempat-sempatnya ngobrol pas latihan.”
Usai membuat kaget dengan kehadirannya tiba-tiba di tempat latihan, Jonatan kini menghampiri anak-anak yang masih mematung di pinggir lapangan. “Ki … kita lagi ngomongin strategi buat pertandingan nanti kok,” elak Vincent mencoba membuat dirinya tidak terlalu bersalah karena sudah mencuri waktu untuk beristirahat.
Jonatan mengerutkan keningnya. “Strategi? Strategi yang kayak gimana?” sahut Jonatan lagi, ingin mendengar bualan Vincent. Sebenarnya, Jonatan sudah tahu bahwa tadi anak-anak sedang membicarakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan voli. Namun, karena Vincent mengatakan mereka sedang berdiskusi tentang strategi pertandingan, Jonatan menjadi tidak tahan ingin mengerjai anggota klubnya itu.
“Ah, itu belom bisa dibicarakan dengan lo karena harus didiskusikan lagi sama anak-anak lainnya. Kalo semua udah sepakat, baru deh kita kasih tahu ke lo,” balas Vincent lagi seraya membuat alasan. Jonatan hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja, seolah percaya dengan ucapan anak itu.
“Kalo gitu, apa gua nanya langsung ke anak-anak lain? Soalnya tadi seinget gua tuh, gosip yang kalian bahas gak ada kaitannya sama voli. Jadi, kayaknya strateginya benar-benar tersembunyi deh letaknya.”
Saat mendengar omongan Jonatan, seketika anak-anak langsung ternganga. Mereka baru sadar bahwa Jonatan sudah tahu mengenai kebohongan mereka, tapi anak itu malah sengaja meladeni omong kosong yang diciptakan oleh Vincent.
“Ja … jadi lo sebenarnya udah tahu kalo Vincent dan yang lain bohong?”
Jonatan menghela napasnya. “Suara lo pada kedengeran sampai ke luar. Awalnya mau gua biarin lebih lama, tapi kalian jadinya gosip terus. Ya udah gua potong langsung aja jadinya,” keluh Jonatan sambil membeberkan alasannya saat ia tiba-tiba muncul di hadapan anak-anak.
“Ya, tapi karena gua juga baru datang hari ini dan sekalian mau kagetin kalian, jadi gak apa. Kalian benar-benar kaget dan gua puas dengan reaksi kalian. Tapi, untuk selanjutnya, kita bakal serius dengan latihan. Kalian harus manfaatkan sisa waktu kalian dengan baik, dan kalau kalian tidak mengikuti perintah gua yang satu ini ….”
Anak-anak langsung menelan ludahnya saat Jonatan menggantungkan kalimatnya. Takut bahwa ucapan selanjutnya itu bisa bernasib buruk pada mereka.
“Kalian bakal gagal di nasional karena kurangnya persiapan.”
Seketika, hembusan napas lega terdengar saat Jonatan melanjutkan kalimatnya. Itu artinya, Jonatan tidak akan mengamuk kepada anak-anak seandainya mereka diam-diam mencuri waktu untuk bersantai. Setelah itu, Jonatan meminta Vincent untuk memanggil anak-anak lainnya. Mereka lalu berkumpul sesaat setelah Vincent berteriak memanggil nama anak-anak yang masih sibuk di tengah lapangan.
“Ya. Semuanya udah kumpul di sini. Sebelum kita memulai latihan, pertama-tama, gua mau mengucapkan selamat buat kita semua karena berhasil melaju ke Liga Mahasiswa nasional.”
Anak-anak bertepuk tangan ketika Jonatan melakukan hal itu. Mereka ikut senang karena Jonatan mengapresiasi keberhasilan mereka maju ke tingkat nasional.