Rebuild The Club!

William Oktavius
Chapter #6

Chaos at the Practice

“Kalo lo mau main, main aja. Gak apa kok.”

Alvito menggoda Jonatan saat ia melihat temannya itu sedang memegang bola voli. Jonatan sedikit terkejut saat melihat Alvito belum pulang, padahal anak-anak yang lain sudah bubar semua. Sebagai manajer klub, kini Jonatan ikut memegang kunci ruang klub dan juga lapangan latihan. Jadinya, sejak Jonatan bergabung di klub voli, anak itu selalu pulang paling terakhir karena perlu mengecek kembali kelengkapan fasilitas yang sudah digunakan.

“Ah, eh, nggak juga kok. Kenapa lo belom pulang?” balas Jonatan sedikit gugup, lalu berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Botol minum gua ketinggalan di ruang klub. Tupperware soalnya, jadi harus gua selamatkan,” jawab Alvito sambil menunjukkan botol minumnya. Jonatan hanya mengangguk saja. Ia belum mengecek kembali ruang klub karena masih berada di lapangan, jadinya Jonatan tidak menyadari bahwa ada barang yang ketinggalan di sana.

“Jadi, lo kenapa megang bola voli di belakang garis serve? Kepengen main lagi kan lo? Gak usah ragu gitu dong,” ujar Alvito lagi sambil mendekati Jonatan. Sementara itu, Jonatan menundukkan kepalanya sambil menatap bola voli yang ia pegang.

“Gua udah bertahun-tahun gak main voli. Kira-kira kemampuan gua masih ada gak ya?”

“Kenapa gak dicoba aja langsung buat buktiin?”

“Gua takut kalo kemampuan gua hilang, gua jadinya malah gak bisa melatih kalian dengan benar.”

Alvito tertawa saat mendengar ucapan Jonatan. Setelah itu, ia memukul-mukul punggung Jonatan, berusaha menyemangati temannya itu. “Walaupun secara fisik lo emang udah kesusahan buat main, ilmu lo kan masih ada. Ya anggep aja, teorinya lo masih jago, praktiknya nol. Beres kan?”

Jonatan sedikit tersentak saat mendengar Alvito berbicara seperti itu. Tapi, senyuman Jonatan muncul tidak lama setelah itu. “Kata-kata lo agak nyakitin, tapi benar juga sih. Makasih ya,” sahutnya sambil tersenyum ke arah Alvito.

“Tapi, kalo misalkan lo emang kepengen main-main santai aja buat ngembaliin feel lo di voli, gua bersedia kok buat nemenin lo. Sehabis latihan pas semua udah pulang juga gak apa kok. Lagian, lo kan yang pegang kunci buat semuanya, jadi pasti lo bakal jadi yang paling terakhir di sini. Gimana?”

“Gak apa? Kan nanti gua jadi ngerepotin lo.” Jonatan menjadi kaget saat mendengar penawaran dari temannya itu. Sejujurnya, setelah memegang klub voli selama beberapa hari, Jonatan jadi kangen untuk menggebuk bola kecil itu. Tapi, karena ia masih sedikit takut dengan cederanya, jadinya ia menggelengkan kepala, ingin menolak ajakan dari Alvito.

“Lagipula, gua kan masih takut kalo cedera gua kumat. Ini olahraga berbahaya tahu.”

“Lo kan cedera kemaren karena lompat-lompat. Kalo cuma sekedar main serve buat ngembaliin feel lo, atau passing-passing santai, harusnya gak masalah sih. Kan lo gak loncat dan ngebuat kaki lo salah mendarat.”

Dipikir-pikir, omongan Alvito ada benarnya juga. Ia bisa bermain tanpa perlu banyak meloncat. Jadi, ia bisa melepas rindu bermain voli tanpa perlu banyak bergerak seperti atlet pro. Jonatan kemudian bersiap di garis belakang lapangan. Sambil menarik napasnya, Jonatan berusaha mengingat bagaimana ia biasanya melakukan servis atas biasa. Setelah yakin, Jonatan kemudian melakukan ancang-ancang dan memukul bola itu.

Sayangnya, karena Jonatan sudah begitu lama tidak bermain voli, kekuatannya sudah jauh berkurang. Hasilnya, servis dari Jonatan hanya menyentuh net saja, belum bisa menyebrang ke sisi lapangan. Meskipun begitu, Jonatan tetap tersenyum. Walaupun ia gagal, tapi itu masih lebih baik dari perkiraannya yang sebelumnya berpikir bahwa servisnya bahkan tidak bisa menyentuh net. Jonatan lalu menghampiri Alvito dan berbicara dengan semangat.

“Kalo gitu, lo mau temenin gua buat main bentar hari ini? Dan juga buat hari-hari esok kalo misalkan gua lagi mau main, tapi berdua aja?”

Alvito langsung melebarkan senyumannya saat mendengar permintaan Jonatan. Ia menganggukkan kepalanya dan kemudian merebut bola yang sedang dipegang Jonatan. “Gitu dong. Serahin aja semuanya ke gua. Gua bakal nemenin lo main sampai lo puas.”

*****

“Jadi, untuk latihan kali ini, kita akan kembali ke teknik bermain. Kita bakal latihan serve dan defense.”

Usai menyatakan dirinya akan merangkap menjadi pelatih, Jonatan memulai peran barunya di sesi latihan kali ini. Jonatan merasa bahwa masih banyak yang harus diperbaiki pada masing-masing individu. Jadinya, memulai latihan dari dasar kembali adalah agenda pertama yang Jonatan lakukan kepada anak-anak klub.

“Tapi ….”

“Gak usah banyak protes. Lo itu servis atas aja kadang masih gak masuk. Gak usah minta yang macam-macam dulu.”

Lihat selengkapnya