Rebuild The Club!

William Oktavius
Chapter #10

Reflection for Both Sides

“Eh? Berhenti? Lo beneran, Jonatan?”

Mendengar ucapan Jonatan akan berhenti menjadi manajer klub, seluruh anggota langsung mendekat ke arah Jonatan. Melihat anak-anak jadi berkumpul di dekatnya, Jonatan memijat kepalanya. Sebenarnya, Jonatan tidak ingin membuat kehebohan di area klub voli. Tapi, karena sudah kepalang tanggung karena dikerumuni anak-anak, Jonatan akhirnya mengiyakan pertanyaan mengenai niatnya untuk berhenti.

Sambil melirik ke arah Vincent dan James, seolah mereka adalah sumber masalahnya, Jonatan kemudian menatap kembali ke Bryan yang tadi bertanya kepadanya. “Gua rasa sepertinya gak bisa maksimal membantu kalian karena ada beberapa orang yang gak suka dengan keberadaan gua di sini. Benar kata dua anak ini. Dengan waktu kalian yang tinggal sedikit, gua rasa akan berbahaya untuk tim ini kalo misalkan gua tetap di sini dan mengacaukan kerjasama tim. Jadi, lebih baik kalo kalian cari orang yang lebih kompeten dan bisa menjaga kerjasama tim ini.”

“Apa itu gak terlalu tiba-tiba? Kan bisa kita diskusikan lagi,” lanjut Yosua, mencoba untuk membuat Jonatan memikirkan kembali niatnya itu.

“Udah dua sesi latihan kayak begini. Kayak disengaja banget. Selain itu, waktu latihan kalian jadinya sempat tertunda kan? Karena itu, bukannya lebih baik kalo gua sekalian aja mundur dari sini? Jadinya kekompakkan tim ini bisa tetap terjaga dan waktu latihan kalian gak berkurang karena ada adegan marah-marah pas sesi latihan.”

Omongan dari Jonatan terasa ada benarnya juga di telinga anak-anak. Sudah dua kali sesi latihan mereka sedikit terhambat karena tidak kompaknya Jonatan dengan beberapa anak di klub. Tentu itu akan sedikit membahayakan mereka karena waktu turnamen semakin dekat. Tapi, membiarkan Jonatan pergi juga merupakan sebuah kerugian untuk klub yang sedang kesulitan mencari pelatih baru. Jadinya, pilihan yang tersedia cukup berat untuk masing-masing pihak.

Merasa tidak ada lagi yang melakukan protes, Jonatan lalu mengembalikan kunci klub ke Yosua. “Untuk barang-barang gua yang masih ada di ruang sekre dibiarin aja dulu. Nanti gua bakal ke sini lagi kalo ada waktu buat ambil barang-barangnya. Terima kasih untuk kesempatan yang sudah diberikan, semoga kalian sukses di turnamen ya.”

Tanpa menunggu balasan dari Yosua, Jonatan langsung pergi usai menyerahkan kunci klub kepada ketua klub voli. Sementara itu, seperti kehilangan kata-kata, tidak ada yang berucap saat Jonatan pergi meninggalkan klub. Di sisi lain, Alvito tidak berbicara apa-apa setelah Jonatan pergi meninggalkan klub. Sebenarnya, banyak hal yang ingin Alvito yakinkan kepada Jonatan. Tapi, karena Jonatan sedang emosi dan ia ingin membicarakannya berdua saja, jadinya Alvito memilih untuk membiarkan Jonatan mengontrol emosinya dahulu dan memutuskan untuk mengajak Jonatan mengobrol di hari lain saja.

Beberapa saat setelah Jonatan pergi dari klub, Yosua seakan tersadar dari lamunannya. Ia kemudian meminta anak-anak untuk segera bergegas seusai cooling down berakhir. Lalu, meskipun Jonatan tidak ada di klub, latihan akan tetap berjalan seperti biasa sesuai jadwal. Walaupun begitu, masih ada beberapa hal yang perlu Yosua urus untuk latihan selanjutnya, jadinya ia meminta Bryan dan Satrio untuk tetap berada di ruang klub seusai anak-anak membubarkan diri.

*****

“Gua masih kaget pas tahu kalo Vincent ternyata gak suka sama cara melatihnya Jonatan.”

Di ruang klub, Yosua memikirkan kembali keadaan anak-anak timnya itu. Sudah cukup pusing karena mereka harus berlatih dengan keterbatasan anggota, kini orang yang sudah membantu klub juga harus pergi meninggalkan mereka. Jadinya, Yosua hanya bisa duduk saja di kursi sambil memijat kepalanya yang mulai pusing.

“Sebenarnya gua gak gitu kaget sih kalo Vincent sama James gak suka sama Jonatan. Berbeda sama Alvito yang udah pernah menjalani latihan berat pas SMP, mereka berdua kan baru join voli pas SMA dan bukan anak yang tournament oriented banget. Kaget mereka pasti sekalinya ketemu model pelatihan kayak Jonatan.”

Yosua menepuk dahinya saat Bryan mengingatkan mengenai informasi adik-adik tingkatnya itu. “Oh iya, gua baru ingat dengan background dua anak itu. Pantas aja mereka gak cocok sama Jonatan yang dulu pas SMP latihannya se-ambis itu. Apalagi tahun kemarin kita latihannya ala kadarnya banget. Bisa aja mereka belum terbiasa sih,” ucap Yosua mencoba menganalisis situasi yang ada.

“Tapi, tipe latihan yang Jonatan terapkan itu emang hal yang umum sih. Apalagi kita ada target tinggi untuk turnamen, selain itu waktu kita juga mepet, pasti anak itu bakal berusaha manfaatin setiap kesempatan yang ada sih. Apalagi Vincent dan James beberapa basic-nya masih kurang bagus, wajar kalo mereka berdua jadi sasaran omelan Jonatan terus,” timpal Satrio mencoba memberikan pendapatnya.

“Jadi, lo ada rencana gak buat klub kita? Bentar lagi urusan administrasi perlombaan bakalan dimulai. Apa lo mau kita berdua lagi yang ngurusin?” tanya Bryan saat dia mengecek kalender. Tersisa satu bulan lebih beberapa hari sebelum turnamen, jadi persiapan mereka juga sudah semakin mepet.

“Semoga aja nggak. Tapi, kita benar-benar harus serius dalam persiapan turnamen. Jangan sampai kita benar-benar dibubarkan karena kita gak maksimal di turnamen yang salah satu penyebabnya tuh kejadian ini,” jawab Yosua. Ia berharap agar apa yang sedang terjadi sekarang di klub tidak memberikan dampak serius dalam persiapan menuju turnamen.

“Kita juga butuh pelatih gak sih? Gak mungkin kan kalo kita latihan kayak gini terus sampai turnamen? Latihan mandiri tanpa ada feedback dan juga rencana latihan yang terstruktur, kayaknya sulit deh,” ujar Satrio saat teringat bahwa tidak adanya Jonatan berarti masalah mereka bukan hanya di manajer klub saja, melainkan sekaligus di kepelatihan klub.

“Pelatih penting. Tapi, gua mau urusan manajer ini selesai dulu sih. Waktu kita terlalu mepet, susah kalo misalkan keperluan klub diurus sama pemain tim. Terus juga kalo misalkan ada waktu, gua mau coba ngobrol sama dua anak bermasalah itu. Siapa tahu gua bisa lebih memahami mereka kenapa bisa sampai kayak gini.”

Bryan dan Satrio setuju dengan pemikiran Yosua. Meskipun begitu, Yosua juga ingin melihat bagaimana latihan tanpa adanya Jonatan. Jadinya, satu rencana darurat kini terpikirkan oleh ketua klub voli itu.

“Tapi, gua mau ngelihat dulu sesi latihan berikutnya. Karena gak ada Jonatan, gua mau tahu apakah latihan berjalan lancar atau nggak. Permintaan dari Vincent juga kan? Jadi, gua mau lihat juga apakah Vincent dan James bisa latihan dengan benar tanpa adanya Jonatan atau nggak.”

Lihat selengkapnya