Rebuild The Club!

William Oktavius
Chapter #11

Enjoy the Free Time

Hari libur ingin Jonatan gunakan untuk bersantai. Kebetulan juga Jonatan sudah tidak memegang lagi klub voli, jadinya hari Minggu yang biasa Jonatan untuk menyusun keperluan klub menjadi kosong. Karena itu, Jonatan akhirnya memutuskan untuk berkeliling sejenak ke tempat olahraga. Hitung-hitung sekaligus refreshing setelah menjalani satu minggu yang melelahkan.

“Gara-gara keseringan dipake di klub voli, sepatu gua rusak lagi deh.”

Jonatan kembali mengeluh di depan rak sepatu miliknya. Saat hendak memilih sepatu yang akan ia gunakan, Jonatan baru menyadari beberapa sepatunya sudah rusak karena intensitas penggunaan yang tinggi selama berada di klub voli. Sambil menghela napas berat, Jonatan merasa dua sepatunya itu sudah tidak bisa diselamatkan. Jadinya, Jonatan harus berbelanja kembali keperluan sepatu olahraganya itu.

“Beli sepatu yang biasa aja lah,” ucap anak itu setelah berpikir beberapa saat. Rencananya untuk ke tempat olahraga kini tergantikan dengan melihat ke sepatu olahraga di mall.

*****

“Mahal-mahal ya harga sepatu sekarang,” gumam Jonatan saat berada di salah satu toko yang menjual peralatan olahraga. Tapi, karena Jonatan sedang berada di bagian yang bermerk mahal, jelas saja Jonatan melihat harga-harga yang tinggi di rak itu.

“Beli yang Niki atau Adadis ya?” ucap Jonatan lagi sambil mengambil beberapa sepatu yang menurutnya sesuai dengan kebutuhannya. Ia kemudian sibuk membandingkan beberapa sepatu sebelum memutuskan untuk membelinya.

“Jonatan?”

Saat sedang asik menatap calon-calon sepatunya itu, Jonatan merasa ada yang memanggil namanya. Ia kemudian menengok ke arah sumber suara. Perlu beberapa saat bagi Jonatan untuk mengingat siapa yang menyebut namanya itu.

”Jonatan dari klub voli SMP Jaya Bangsa kan? Masih ingat sama gua gak? Kita kan dulu satu sekolah,” ucap anak itu lagi. Jonatan memegang dagunya, mencoba menggali memorinya terhadap anak ini. Sesaat kemudian, Jonatan membelalakan matanya karena berhasil mengingat siapa yang ada di depannya ini.

“Alvin? Kok lo beda tampilannya?” seru Jonatan saat ia berhasil mengenali teman lamanya itu.

“Ingatan lo aja yang kayaknya bermasalah. Kita cuma gak ketemu empat tahunan masa lo udah gak ingat sama gua sih,” ledek Alvin kemudian. Setelah itu, mereka bergeser untuk bisa mengobrol dengan lebih leluasa.

“Nyari sepatu baru buat main voli lagi ya lo?” tanya Alvin sambil melirik ke deretan sepatu yang Jonatan ambil.

“Sepatu gua kebetulan rusak aja kok. Dan gua udah gak main voli lagi sejak cedera dulu,” jawab Jonatan dan mengambil salah satu sepatu yang menurutnya cukup bagus.

“Heh? Beneran? Gua masih lanjut main voli soalnya sampai sekarang,” sahut Alvin sedikit terkejut. Pantas saja dia tidak mendengar kabar apa-apa lagi mengenai Jonatan setelah ia lulus dari SMP.

“Pas SMA main juga berarti ya?”

“Iya. Dan sekarang gua juga main voli buat klub voli Universitas Pemuda Bangsa.”

“Oh gitu.” Hanya itu saja yang keluar dari mulut Jonatan karena dia juga bingung hendak menjawab apa. Tapi, beberapa saat kemudian, Jonatan kembali terkejut saat berhasil mengingat seperti apa klub voli yang diikuti oleh Alvin. “Klub voli Universitas Pemuda Bangsa bukannya selalu langganan naik podium Liga Mahasiswa nasional ya?”

“Iya. Kita udah sepuluh tahun selalu naik podium. Tinggal medalinya aja yang tiap tahunnya berubah.”

“Kampus kuat banget berarti.”

Lihat selengkapnya