Vincent bersiap melakukan serve. Sebelum itu, Vincent menoleh sekilas ke papan skor. 25-25. Ia tidak mau mengambil risiko dengan melakukan serve yang aneh-aneh. Bisa dirujak oleh Jonatan dan kakak tingkatnya jika dia gagal melakukan serve di poin kritis. Jadinya, anak itu akhirnya melakukan serve atas biasa.
Bola berhasil melewati net. Tim lawan lalu bersiap melakukan serangan. Untungnya, pukulan mereka masih bisa diselamatkan oleh Yosua. Setelah itu, Satrio mengumpan bola itu kepada Calvin. Lawan masih bisa menyelamatkan bola itu. Setelahnya, lawan bersiap melakukan smash. Bryan berada di tengah lapangan merasa salah satu pemain akan melakukan smash. Karena itu, ia langsung bergeser ke kiri dan bergabung dengan Alvito untuk melakukan block. Usaha Bryan berhasil. Bola yang dipukul lawan mengenai tangan Bryan dan memantul kembali ke sisi lapangan lawan. Sementara itu, lawan tidak mampu mengambil bola itu, poin untuk Universitas Harapan Jaya. Match point, 26-25.
Satu poin lagi, pikir semua anak-anak yang ada di lapangan. Satu poin lagi untuk lawan agar bisa menyamakan kembali kedudukan skor, sementara itu, satu poin lagi untuk Universitas Harapan Jaya agar bisa memenangkan pertandingan. Satu hal yang sama namun berbeda hasil pada pikiran antara kedua tim.
Vincent bersiap di posisinya untuk melakukan serve. Sama seperti poin sebelumnya, ia tidak berani mengambil risiko. Jadinya, setelah ia melakukan serve, Vincent langsung kembali ke posisinya. Bola berhasil dikembalikan oleh lawan dan diselamatkan oleh Yosua. Satrio mengambil bola itu dan ia melihat posisi Alvito sudah cukup baik. Jadinya, Satrio mengumpankan dengan cepat bola itu kepada Alvito. Anak itu segera melompat dan memukul bola itu dengan kekuatan penuh ke lapangan lawan.
Yoshaa!
Alvito langsung berteriak saat bola itu tidak berhasil dikembalikan lawan. Anak-anak lain ikut bersorak senang, Jonatan bertepuk tangan usai sahabatnya itu mencetak poin terakhir untuk timnya. Saatnya bersiap untuk pertandingan yang lebih sulit di babak empat besar besok, pikirnya. Setelah itu, Jonatan menyambut kembali anak-anak yang masih bersorak gembira atas kemenangan mereka hari ini.
Usai kembali ke ruangan pemain, Yosua dan Bryan masing-masing menghembuskan napasnya dengan lega. Setidaknya, mereka tidak mengacau lagi di poin krusial. Hasilnya, mereka kini bisa melaju ke babak semifinal. Setelah sekian tahun hanya bisa sampai ke babak delapan besar, kini Yosua dan Bryan akhirnya bisa merasakan berdiri di babak empat besar, karir tertinggi mereka berdua selama bergabung di tim voli Universitas Harapan Jaya sekaligus pencapaian tertinggi untuk klub voli kampus. Jadilah, mereka bersiap untuk bertanding kembali esok hari, berusaha untuk terus membuat rekor baru di klub voli pada tahun terakhir mereka itu.
“Let’s create another story tomorrow!”
*****
Nyaris tersingkir di babak perempatfinal membuat anak-anak menjadi sedikit gugup. Walaupun mereka akhirnya bisa selamat dari maut, tapi begitu mereka kembali tiba di venue pertandingan hari ini, anak-anak sedikit bertambah beban pikirannya. Seolah euforia kemenangan kemarin lenyap, hari ini mereka terlihat cukup tegang.
Semua perasaan itu muncul karena lolos ke empat besar belum berarti mereka fix lolos ke nasional. Diperlukan satu kemenangan lagi agar mereka bisa naik ke podium dan melaju ke tingkat nasional. Apalagi lawan mereka sudah semakin sulit karena kini tersisa empat tim terbaik di regional Jakarta. Seandainya mereka kalah hari ini, perjuangan memang belum berakhir. Namun, itu artinya, mereka harus habis-habisan berjuang di babak perebutan juara ketiga untuk meraih tiket terakhir agar bisa bermain di tingkat nasional.
“Kita berhasil lolos ke empat besar. Mulai babak ini, pemenangnya adalah tim yang berhasil memenangi tiga set. Jadi, stamina kalian akan lebih terkuras dibandingkan babak-babak sebelumnya.”