Rectify

Cloverbean
Chapter #4

CHAPTER 4 - Nightmare

“Dewiiiiii!!!” seru Amal.

“Hah? Apa?” jawab Dewi kaget.

“Tau kan? KKL besok kemana?”

“Aaaa.. kan cuma ke Jakarta sama Bandung, kenapa?”

“Cuma katamu?!” jawab kesal Amal.

“Dufan Wii, kita bisa naik wahana macam – macam” timpal Amal.

Amal menceritakan semua rencana yang akan dia dengan Dewi habiskan bersama. Dewi hanya tertawa kecil melihat Amal seperti anak kecil yang sangat antusias.

“hah? Serius kamu akan naik wahana? Nanti juga sampai sana kamu lebih suka tidur di bis.” Ejek Dewi.

“Untuk kali ini gak akan, akan kugunakan uangku secara maksimal untuk main seluruh wahana di sana. Pokoknya kamu harus ikut Wi! Gak boleh kabur. Ah aku harus bilang ke panitia kita akan sekamar.”

“Ya tapi kan.. AKU KAN PANITIANYA JUGA”

Sebelum dijawab, Amal sudah terburu – buru mencari panitia dengan semangat. Dewi masih dalam keadaan shock karena baru pertama kali melihat Amal kesetanan seperti itu.

KKL atau Kuliah Kerja Lapangan adalah waktu untuk bersenang – senang bagi mahasiswa kurang hiburan seperti itu. Amal yang menghabiskan 24 jam nya untuk kerja dan tidur, sangat excited saat ada mata kuliah ini. Dan untuk pertamakalinya Amal merasa cemas apa yang harus dibawa hingga membawa 1 koper besar dan 1 tas punggung walaupun pergi hanya 5 hari 4 malam.

‘Amal.. jangan lupa bawa buku juga. Kita gak cuma main tapi ke univ lain juga’ – Dewi

‘Ah aku bisa pinjem kamu. Eh Wi, enaknya bawa topi gak? Takut kepanasan.’ – Amal

‘Oii, jas almamater jangan lupa, dipakai berdua dikira pacaran ntar.. dan sejak kapan kamu peduli panas atau enggak?’ – Dewi

‘Sejak... 2 detik lalu?’ – Amal

‘-_- mau tidur aja’ – Dewi

‘Jawab dulu lah’ – Amal

‘Gak usah banyak – banyak, sisain ruang buat oleh – oleh’ – Dewi

‘Wahhh Dewi emang pinterr.. Bener juga ya. Beli topi di sana aja deh, eh tapi mau boneka dolphin, eh tapi pasti di sana sandalnya lucu.. eh bentar oleh – oleh makanannya belum..’ – Amal

-        Dewi offline -

Sayangnya KKL ini hanya diikuti per-jurusan sehingga waktu KKL Ayu berbeda dengan Dewi dan Amal, sedangkan Miya, ada masalah yang terjadi. Pagi ini dia baru saja dikabari bahwa neneknya meninggal dunia. Miya sudah meminta ijin kepada dosen nya, beruntung dosen tersebut memperbolehkan miya untuk tidak mengikuti KKL. Nenek Miya merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat disayangi oleh Miya. Terasa hancur perasaan Miya saat mengetahui orang yang sangat dia sayangi telah meninggalkannya. Dewi dan dua teman lainnya tidak tahu bagaimana cara menghibur, namun melalui satu pelukan menandakan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena mereka berempat akan menghabiskan waktunya bersama – sama dengan senyuman. 

Hari H keberangkatan, Dewi merasakan ada yang aneh karena mereka terbiasa bersama – sama berempat namun sekarang Dewi merasa sendirian. Amal yang tiba – tiba datang sudah dikerumuni oleh teman – teman yang lain. Dewi tidak merasa iri untuk mendapatkan teman banyak tapi lebih tidak tau bagaimana menghilangkan rasa canggung ini. Maka salah satu caranya adalah dengan bermain ponsel. Dia sibuk membuka tutup galeri, membuka social media berharap ada update-an dari TTS. Sayang sekali ketika dibutuhkan tidak ada. Memang semua cowok sama aja. Batin penulis.

Sebelum berangkat, para mahasiswa diminta untuk berkumpul ke sumber suara untuk diberikan pembinaan prosedur saat berkunjung ke universitas lain. Dipikiran Dewi hal itu tidak penting, dia lebih mementingkan bagaimana menghadapi Amal. Disatu sisi Dewi tidak ingin mengganggu mereka tapi disisi lain Dewi bingung harus berbuat apa selama 5 hari kedepan.

“Amal..”

Panggil Dewi ketika lainnya sibuk memasukkan koper ke bagasi bis.

“Ya Wi?”

Terasa aneh mendengarnya karena nada Amal menjadi biasa saja, tidak sesemangat kemarin.

“Besok saat ke dufan jadi naik wahana semuanya kan? Bareng kamu kan?” tanya Dewi ragu – ragu.

Dewi menimpali banyak pertanyaan berharap Amal mengingat janji kemarin. Namun melihat Amal yang berada di depannya sekarang, pikiran negatif sudah bergerumuh.

“Ooh itu.. hmm nanti kamu naik wahana bareng temen – temen lain aja yang gak suka wahana ekstrim. Kamu tau kan aku suka sekali wahana yang ekstrim, takutnya kalo kamu ikut nanti kamu kenapa – napa.” Jawab Amal dengan santai.

“Tapi kan kita udah janji..”

Belum menyelesaikan kalimatnya, bis akan segera berangkat. Saat itu juga Amal buru – buru untuk duduk dalam bis. Teman - teman lain menyambut Amal dengan sangat hangat dan ada yang berebut untuk duduk disebelahnya. Bagaimana dengan Dewi? Tentu saja dia duduk sendirian dibelakang Amal. Jika ada waktu untuk bicara berdua akan lebih mudah pikirnya.

Lihat selengkapnya