Rectify

Cloverbean
Chapter #7

CHAPTER 7 - Treason

“Wi, udah sampai rumahmu ini”

Ucapan Leo yang membuyarkan lamunan Dewi dari Cafe ke perjalanan rumah.

“Oh.. iya.. makasih Leo”

“Iya.. Titip salam ke mama kamu yaa..” Leo sambil mengambil helm dari tangan Dewi,

“Sampai jumpa besok.” Leo melambaikan tangan ke arah Dewi dengan senyuman manisnya.

“Hm.” Dewi mengangguk pelan “HATI – HATI DI JALAN!”

Teriak Dewi tanpa melihat Leo lalu lari terburu – buru masuk ke rumah. “Haha” tertawa kecil “Imutnya” Leo tidak bisa menyembunyikan rasa gemasnya terhadap Dewi karena tingkah Dewi yang malu – malu. Dewi yang lari masuk ke rumah langsung menerobos ke kamarnya dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Seluruh tubuhnya masih panas karena pengakuan Leo tadi. “Dasar Leo.. Menyebalkan”

Saat di Cafe, ini baru pertama kalinya Dewi menerima pengakuan cinta dari seseorang. Yap seumur hidupnya dia belum pernah pacaran. Dewi berpikir sumber bahagianya sudah ada di keluarga, Ayu, dan TTS. Jadi dia tidak perlu apa itu yang namanya pacaran.

“Wi? Wi, kamu denger gak?” Leo mencoba mendekatkan wajahnya ke Dewi untuk memastikan dia masih sadar atau tidak. Leo sangat dekat sehingga membuatnya sulit bernafas. Kemudian Dewi sadar dan memalingkan kepalanya ke arah lain.,

“eh? Iya denger kok” Dewi menutup setengah mukanya agar pipinya yang merona tidak terlihat oleh Leo.

“Kenapa tiba – tiba?” suara Dewi yang kecil sampai tidak terdengar.

“Maaf jika membuatmu kaget” Leo kembali duduk ke tempat semula.

Dewi mencoba tenang. Menarik nafas yang panjang dan menghembuskan. Mengatur detak jantung agar kembali normal. Lalu bersikap serius, menatap ke Leo.

“Ehem.. Jadi.. Kenapa kamu menyukaiku?” Dewi bertanya sambil menatap tajam Leo. Dia mengharapkan jawaban pujian tentangnya. Walaupun sebenarnya telinganya sudah panas karena malu. “Jika Park min menanyakan pertanyaan ini kepadaku. Sudah pasti aku bisa menghabiskan 1 novel berisikan betapa attractive-nya Park min” batin Dewi. “Kalau tentang aku pasti susah kan?”

“Hmm..”

Leo sedang berpikir..

Dewi berharap sedikit..

“Mungkin karena kamu aneh?”

“Hah?” Dewi kaget dengan jawaban itu. Dia berpikir apakah Leo benar - benar suka padanya atau hanya menggoda saja. Kemudian mulai menerima diri dan berpikir “Jadi aku aneh ya? Dari seluruh kelebihan.. aku aneh ya..” brain.exe stopped working.

“Tapi karena itulah aku tidak bisa mengalihkan pandangan darimu”

“Eh?” Jiwa Dewi yang tadinya keluar kembali masuk. “Jangan – jangan dia sudah ahli gombal, dasar.. pintarnya menyusun kata” batin Dewi cemas.

“Yah tiap ada kerja kelompok, atau saat aku melihat absen, aku selalu berpikir Dewi? Memangnya dia ada di kelas ini? Karena kamu benar – benar invisible di kelas hahaha”

“Kenapa kamu peduli” jawab Dewi hati – hati menyela pembicaraan.

“Hmmm.. mungkin saat praktikum kimia itu, waktu selesai praktikum, teman – teman lebih fokus untuk berberes pulang jadi aku yang membersihkan alat – alat praktikum, tapi kamu tiba – tiba datang membantuku tanpa bilang apapun”

“Ohh itukan aku bantu biar cepet pulang.” Jawab Dewi dalam hati. Dia ingat waktu itu. Walaupun dia dan Leo tidak sekelompok tapi mereka satu kloter praktikum hari itu. Teman – temannya memang sedikit kurang perhatian. Mereka fokus untuk segera pulang karena praktikum yang sampai larut malam. Namun mereka sendiri yang membuat lama karena tidak segera membersihkan alat praktikum dan hanya duduk mengobrol. Dewi masih dendam pada mereka. Karena merekalah Dewi tidak bisa menonton Park Min Live.

“Jadi kupikir sepertinya kamu baik orangnya tapi sulit cara menyampaikannya. Lalu lucu juga sih setiap waktu perkuliahan selesai, kamu orang pertama yang keluar bahkan dosen pun kalah cepat hahaha”

“Wahh.. ternyata selain bucin ke Park min ternyata bucin ke Ayu juga yaa” batin Dewi dengan mata sayu. Lama – lama Dewi makin mengakui bahwa dia aneh.

“Setelah itu aku seperti main hide and seek sepihak denganmu. Aku mencari dimana keberadaanmu per hari. Jika aku bisa menemukanmu aku dapat 1 poin. Apabila dalam waktu seminggu jumlah akumulatif lebih banyak aku, jadi aku menang”

“Hahaha” Dewi tertawa lepas.

Dewi merasa puas karena ternyata Leo lebih aneh darinya. Dewi makin penasaran apakah Leo lebih banyak menang atau kalah.

“Harus dijawab ya?”

Dewi mengangguk semangat

“Kalah” Leo menggaruk – garuk kepala tanda tak mampu.

“Phuahahahah” Dewi tertawa renyah. “Aduh maaf perutku sampai sakit. Wah.. aku sehebat itu bersembunyi dan melarikan diri ya” lalu tetiba sadar, “sebentar.. sembunyi dan larikan diri? Maling dong”

“Hahahahah kan? Kamu memang aneh Wi..”

Dewi kamu harus akui itu titik.

“Tapi aku senang Wi, melihatmu bersemangat kembali seperti kamu semangat untuk pulang dari kelas”

“Hm?”

“Tidak.. Bukan apa – apa.. aku hanya khawatir denganmu, karena selama KKL seharian kamu lebih banyak diam tidak seperti biasanya. Sepertinya ada masalah yang menimpamu ya?”

Benar. Entah kenapa karena Leo, tiba – tiba Dewi tidak mengingat masalah yang lalu itu.

“Aaa-aku tidak memaksamu untuk bercerita kok. Jika kamu butuh seseorang untuk mendengarkan masalahmu, hubungi aku saja. Aku siap mendengarkan”

Perkataan Leo terlihat tulus di mata Dewi, tapi Dewi tidak bisa semudah itu mempercayainya dan Dewi memilih sebaiknya hal ini diceritakan ke Ayu dulu.

“Makasih Leo.. Aku menghargai itu. Mungkin suatu saat nanti aku akan cerita”

“Iya” Leo memamerkan senyum manisnya ke satu – satunya perempuan yang dia sukai. Senyumannya yang manis juga terpancar dari mata yang membentuk bulan sabit itu. Dewi menjadi tersipu malu dan mulai melihat wajah Leo tidak buruk juga.

“Ah iyaa.. mengenai perasaanmu..”

“Aack! tidak perlu dijawab sekarang” Leo buru – buru menyela. “Kumohon pikirkan dulu baik – baik”

Lihat selengkapnya