“Le, ini berkas – berkasnya udah lengkap kan? Kuserahin ke dosen yaa”
“Iya Mir, Cus ajaa” sahut Leo sambil melanjutkan mengoreksi laporan praktikum adik tingkat.
“Oke siappp”
Dikarenakan semester tengah – tengah ini banyak tugas yang menumpuk dan ditambah Leo aktif di organisasi membuat Leo menjadi zuper sibuk. Pake Z biar alay. Walaupun begitu, IQ dia yang melewati RM, (Kalo gak tau RM coba cek sendiri) bisa membagi waktu dengan baik serta mengkoordinir teman – teman dengan baik. Tak jarang banyak dosen yang mempercayakan kepada Leo sebagai ketua maupun penanggung jawab kelas. Namun berbeda jika berurusan dengan Dewi, satu notif pesan muncul dari doi, otak Leo yang sedang memikirkan besok rapat, perekonomian dunia, memikirkan pesawat yang terbang bergerak ke arah Utara sejauh 13km kemudian berbelok ke arah Timur sejauh 24km kemudian berbalik ke arah Selatan sejauh 3km. Apakah pesawat tersebut akan kembali dengan selamat.. Seketika buyar dan berfokus pada ponsel chat Dewi.
‘Leo sibuk gak?’ – Dewi
‘Gak Wi, kenapa?’ – Leo
/Read/
Hanya dibaca. Leo kebingungan dan mencoba zoom in zoom out tapi tidak ada balasan dari Dewi. Sudah sekitar 10 menit, Leo masih menatap layar ponsel chat Dewi dengan dirinya.
30 menit berlalu..
40 menit berlalu..
50 menit berlalu..
1 jam lebih 10 menit..
Akhirnya Leo menyerah dengan harapan itu..,
TING!
‘Maaf Leo.. Aku ketiduran hehe’ – Dewi
Leo menggertakan gigi, sedang mengatur nafas, menggenggam ponselnya dengan erat.. dan..
“plisss imutnya gak kuat. sampai aku tidak sanggup memarahinya”
‘Iya gak papa Wi. Santai’ – Leo
‘Kalo nanti sore ada waktu gak? Aku mau ngomong sesuatu tentang kemarin’ – Dewi
“Ngomong? Sesuatu? Tentang kemarin??” batin Leo, “apakah jawaban dari pernyataan cintaku. Ahh.. malunya”
TING!
“Leo! Kamu masih di sini? Nanti sore rapat BEM jadi kan?” sapa Aji yang bersamaan dengan notif chat masuk.
Leo lupa akan hal itu dan melihat pesan yang masuk. Dari Dewi,
‘Kalo sibuk gak papa kok. Kapan – kapan kalo udah free’ – Dewi
~
Dewi mencoba mengatur tatanan rambutnya, “bagusnya poni ke depan atau samping yaa. Atau dijepit? Bosan juga rambut lurus, kucoba curly ah.”
“Ibuuuuu.. catokannya dimana yaaa”
Yahh begitulah Dewi, pertama kali mempoles wajahnya demi laki laki, Leo. Dewi yang biasanya kuliah tanpa mempedulikan penampilan dan kadang membiarkan rambutnya tergerai bebas tanpa disisir. Bukan bermaksud jorok, tentu saja itu karena Dewi terburu – buru ke kampus. Selain itu, juga bermanfaat untuk menghemat rambut agar tidak rontok karena kebanyakan disisir. Entah dari mana asalnya teori ini.
Leo sudah menunggu di depan rumah Dewi. Mereka sudah janjian sore hari itu. Ibu dewi yang membuka pintu terlihat berbincang-bincang santai dengan Leo. Dewi yang tengah turun dari tangga mendengar samar-samar pembicaraan mereka. Dewi segera bergegas menghampiri mereka sebelum ibunya membicarakan hal-hal aneh yang akan mempermalukan Dewi
“Ibuuu... apa yang ibu bicarakan dengan Leo?” Dewi berteriak dari belakang.
Dewi yang menatap tajam ibunya karena sudah pasti membicarakan yang bukan – bukan. Ibu dewi segera kembali masuk ke dalam rumah setelah memperingatkan mereka supaya pulang tepat waktu. Dewi terheran, ibunya terlihat sangat menyukai Leo sampai-sampai hanya Leo seorang yang diperhatikan untuk berhati-hati. Dewi terlihat sedikit menggerutu namun Leo hanya tertawa kecil.
“Ibuku bicara apa saja ke kamu? Kalo aneh – aneh gak usah didengerin. Ibuku emang kayak gitu” dewi mengganti sepatunya yang beda sebelah karena terburu-buru dia pakai.
“Hahaha iya” Sepertinya Leo tau, anehnya ini diturunkan oleh siapa.
“oh iya rambutmu ganti ya?”
Dewi memerah, “eh? Cuma aku curly sedikit.. Aneh ya?”
“Haha..”
Leo menyentuh ujung rambut Dewi, “enggak kok. Cantik”
Leo kembali tebar pesona senyuman. Uhh ingin rasanya Dewi menghilang saat itu karena malu.
“Sudah. Ayo jalan.”
~
Dewi dan Leo menuju ke cafe langganan mereka, walaupun ini baru kedua kalinya mereka ke sana. Sesampainya di sana seperti biasa mereka memakirkan motornya lebih dahulu. Lalu memesan secangkir es teh dan teh manis yang dipisah es nya.