“Gaes.. menurutmu dari kita berempat siapa yang pacaran dulu?” Amal membuka topik saat sleep over berempat. Amal melanjutkan, “kalo aku tebak sih Dewi hahaha”
“Hah kamu tanya sendiri jawab sendiri.”
“Lah gak da yang nyaut sih Yu”
“Iyaa iya.. aku pacaran sama Ayu” Dewi menggoda Ayu dengan bersandar ke arahnya.
“Jijik woi” Ayu segera menghindar dari serangan Dewi.
Dug
Dewi jatuh ke lantai dan langsung mengarah mukanya. Dewi kesakitan takut hidungnya menjadi pesek. Amal tertawa sekeras – kerasnya. Miya yang sedari tadi diam sambil memperhatikan tingkah bodoh teman – temannya itu mengucapkan satu kata, “Dewi”
Dewi mengingat hari itu dan Dewi masih tidak bisa mempercayai bahwa ucapan Miya menjadi kenyataan. Dewi menatap gelang itu lama. Dewi juga berharap gelang itu tak akan lepas.
Ting.
Notif pesan dari Leo masuk menandakan Leo sudah menunggu di depan rumahnya untuk jalan – jalan.
“Udah lama ya?” Dewi lari menuju ke Leo
“Oh enggak..”
Leo tidak mempedulikan kedatangan Dewi dan sibuk main ponselnya. Dewi merasakan aneh dari Leo, “kenapa? Sibuk ya? Lagi chat siapa sih?” Dewi ingin melihat layar ponsel Leo tapi Leo secara sigap mematikan ponselnya dan menyimpan di saku celananya.
“Ohh bukan siapa – siapa kok. Yuk jalan”
Dewi merasakan hal yang tidak beres dengannya, tapi Dewi mencoba tidak mempedulikannya dan mempercayai Leo.
~
“Leo lihatlah!”
Dewi berseru sambil menunjukkan foto – foto cantik di instamikron.
“Bukankah tempat ini lucu dan bagus untuk foto – foto?”
Dewi melanjutkan saat berjalan santai sore hari bersama Leo. Leo yang melihat foto itu tersentak karena Dewi menunjukkan toko roti milih ayahnya. Jika Dewi menginginkan untuk ke sana akan bahaya jika mereka bertemu dengan Amal.
“Kenapa diam aja? Ayo kita ke sana”
“Gak usah deh Wi, biasa aja kok. Ke lain tempat aja”
“Masak sih? Oya di sini juga orang – orang mereview kalo rotinya juga enak” Dewi mencari alasan untuk membujuk Leo ke sana.
“Kalo masalah rasa, aku tau tempat rekomendasi lain yang tak kalah enak juga. Gimana?”
“Hmm.. ya udah deh” balas Dewi dengan malas – malasan.
Leo bisa bernafas lega untuk saat ini.
Tapi hanya saat itu, saat ibunya mengetahui bahwa Leo berpacaran dengan seseorang, dan sudah 1 tahun tidak pernah dikenalkan ke orangtuanya. Ibunya menjadi ingin mengundang Dewi untuk makan malam bersama. Leo mencoba menolaknya dengan bermacam alasan layaknya cowok. Tapi keputusan ibunya tidak tergoyahkan. Tidak seperti penulis yang Imannya selalu tergoyahkan. Leo menyetujuinya tapi dengan satu syarat tidak membahas Amal saat makan malam nanti. Dewi yang biasanya dijemput, akhirnya datang sendiri ke rumah Leo,
“Selamat malam, selamat datang di ****mart”
“Ohh jadi aku salah alamat ya?” Dewi membalas candaan Leo
“Iyaaa harusnya kamu masuk ke hatiku” Leo membalas dengan gombal.
“Aku mau pulang. Makasih.”
“Haaa.. enggak – enggak.. ayo masuk”
"Sekali lagi kamu gombal, aku bener – bener mau gunting ini gelang”
Dewi disambut hangat oleh ibunya Leo karena ini pertama kalinya Leo membawa pacar ke sini. Ayahnya masih belum pulang saat itu. Kakaknya tidak berada di situ karena ternyata bekerja di luar negri. Tidak ada tekanan apapun selama makan malam. Semua terasa nyaman dan semuanya berjalan dengan lancar.
“Maaf ya Wi, papanya Leo sering pulang larut malam. Jadi gak bisa makan bersama”
“Oh iya gak papa tante. Lain waktu masih ada kok”
“Sering – sering main ke sini yaa”
“Iya tante. Terimaksih ajakannya”
Dewi membantu membersihkan meja makan dan mencuci piring layaknya menantu idaman. Dewi agaknya menyesal memakai blouse lengan panjang saat itu sehingga kerepotan saat membersihkan peralatan makan. Punggung Dewi terasa panas, dari belakang ada yang menutupi cahaya. Ternyata Leo berada di belakangnya. Leo dari belakang mendekatkan tubuhnya ke Dewi. Tangannya menjulur ke kedua tangan Dewi dan dia membantu untuk melingkis lengan baju Dewi.
"Sudahh.. dengan begini bajumu tidak basah kan?”
Dewi yang memerah karena sikap perhatian itu kesal, “Jangan tiba – tiba kayak gitu dong” Dewi manyun lagi.
“hahaha.. ihh gemasnyaa”
Leo menggodanya dengan mencubit pipinya yang tembem itu. Dewi tidak mau kalah, dia mencolek hidung Leo dengan busa yang ada di telapak tanganya,
“Nih pembalasan :p” Dewi mengejeknya dengan menjulurkan lidahnya.
“Kemari kamu Wii..”
“Ouww aku takutt” Dewi sedikit bermain – main dengan Leo.
Leo akhirnya menangkap Dewi. Dia memeluk Dewi dari belakang yang sepertinya dia melambat karena kelelahan berlari.
"Ketangkappp.. hahaha.. tidak buruk juga larimu Wi”.
Dewi hanya diam saat itu.