“Ada apa Wi?”
Miya bertanya kembali, setelah dia dan Dewi pergi dari lokasi kejadian yang melibatkan dirinya, Dewi dan Leo pacar dewi. Miya sudah tahu Leo merupakan pacar Dewi sejak semester 4 lalu dan sejak saat itu dia mulai lebih memperhatikan tingkah Leo. Bukan karena Miya menyukai Leo, tapi lebih karena Miya tidak mempercayai laki-laki itu. Tepatnya Miya tidak pernah mempercayai semua laki-laki. Mereka bisa terlihat manis di depan namun kenyataannya semua laki-laki itu sama, jika kau sudah dimiliki maka kau tidak akan diinginkan lagi.
Dewi dan Miya yang sekarang sedang duduk di pekarangan rumah Dewi terdiam. Mama Dewi terlihat sedang pergi sebab rumah Dewi sangat sepi sekali. Dewi mulai menceritakan kejadian yang terjadi dengan mata yang acap kali masih meneteskan air mata. Dimulai dari kejadian KKL hingga Leo yang menyebut nama Ayu dalam pertengkaran tadi.
“Ayu?” Miya berusaha mencerna semuanya
“Wi aku harus bilang sesuatu” Miya mulai meluruskan duduknya. Dengan nada serius dia melanjutkan.
“Terakhir aku bertemu Ayu aku melihat ada yang chat di ponsel Ayu ngajak ketemuan. Dia pakai nama kontak Luv. Mungkin itu Leo. Mungkin mereka punya hubungan khusus?” Miya semakin serius dengan perkataannya.
“J-jangan bercanda Miy. J-jangan gitu please” Dewi tidak percaya.
Selama hampir 2 semester dia berpacaran dengan Leo, Leo merupakan sosok yang sangat baik di mata Dewi. Tidak mungkin Leo menghianatinya. Namun, dia teringat Leo sudah membohonginya di KKL.
“Anything could happen” ujar Miya.
“Sebaiknya kamu tanya Ayu Wi. Dia balik beberapa hari lagi”
“B-balik? Ah iya kita sudah masuk semester 6. udah 1 taun ya. Gak terasa”
Dewi berbohong. Tentu saja dia tahu ini sudah setahun. Setiap hari dia berusaha memberanikan diri untuk mengontak Ayu namun setiap hari pula dia gagal. Rasanya ego Dewi tidak bisa bekerjasama hatinya.
“Aku pulang dulu Wi. Jangan terlalu dipikirin ini bukan akhir dunia”
Miya melangkahkan kakinya keluar dari pekarangan rumah Dewi dengan Dewi yang masih duduk berdiam diri untuk mencerna semua informasi yang dia peroleh dalam sehari. Akhirnya Dewi masuk ke dalam rumah dan mengambil keputusan untuk tidur dan membiarkan pikirannya beristirahat terlebih dahulu.
Keesokan harinya, Dewi masih berdiam diri di dalam kamarnya. Mama Dewi yang sedari tadi berusaha membujuk Dewi untuk keluar dan makan nampaknya tidak berhasil. Chat dari Leo pun tidak Dewi hiraukan. Dia membutuhkan waktu untuk sendiri dan mencerna semuanya.
Beberapa hari selanjutnya, Dewi gunakan untuk introspeksi diri. Ini merupakan waktu yang tepat untuk Dewi melihat kembali kejadian, peristiwa akan semua hal yang sudah terjadi padanya. Entah kenapa semua ini terjadi. Dewi masih tidak bisa memahaminya. Hidupnya berubah dari memiliki tiga teman yang membuat hari-harinya ceria dan memilki seorang pacar hingga kehilangan mereka semua.
Pada masa-masa itu Dewi menyadari jika mungkin dirinya sudah kelewatan. Jika mungkin semua ini merupakan salahnya dan bukan mereka. mungkin dia sudah terlalu kekanakan. Mungkin dia yang perlu memperbaiki diri. Sehingga Dewi bertekat untuk memperbaiki dirinya terlebih dahulu sebelum bertemu dengan yang lainnya dan memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka.
Selama semester 6 Dewi habiskan sendirian. Dia berusaha mencari titik permasalahan yang sesungguhnya dan mencari solusi untuk memperbaiki diri. Menerima kekurangan diri dan mencoba untuk berusaha lebih dewasa dan mencari solusi dengan persepsi yang lebih baik Tiap hari Dewi habiskan dengan kegiatan-kegiatan positif dan fokus dalam proses perubahan diri. Namun hal itu masih kurang. Masih banyak hal yang Dewi tidak ketahui. Pertanyaan-pertanyaan yang Dewi tidak bisa jawab seorang diri, hingga akhirnya dewi memutuskan bahwa ini sudah saatnya Dewi mencari jawaban sesuangguhnya. Dimulai dari sang sumber pertanyaan, Ayu.
~
Sudah beberapa kali Dewi bertemu Ayu saat dia sedang berjalan di sekitar kampus. Ayu terlihat berbeda, rambut hitam panjangnya kini sudah berubah menjadi pendek kecoklatan. Dewi tidak pernah menyangka bahwa Ayu akan memotong rambutnya, terlebih lagi mewarnai. Tas punggung khas yang selalu Ayu bawa setiap hari mulai awal masuk universitas pun telah berubah menjadi tas selempang yang lumayan kecil. Memang semester 6 ini sudah tidak banyak mata kuliah yang mereka ambil dan para mahasiswapun mulai lebih terfokus pada skripsi yang bisa dimulai semester depan. Dewi bertekat sebelum dia mulai mengerjakan skripsi semua problematikanya harus selesai terlebih dahulu.
Saat ini pukul 7 pagi. kampus masih sangat sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang berlalu lalang dan beberapa satpam serta karyawan yang berada di kampus. Dewi memutuskan untuk datang ke kampus pagi hari sebab dia tahu Ayu akan berada di kampus pada jam itu. Dewi berkeliling fakultas Ayu, berusaha mencai keberadaannya dengan hati-hati. Setelah hampir 20 menit mencari, Ayu belum ditemukan. Sesaat sebelum Dewi menyerah, dia menemukan Ayu. Duduk di taman belakang gedung fakultasnya sembari membaca buku dengan ekspresi serius. Dewi menarik napas dan dengan tekat bulat turun untuk menemui Ayu.
“Ayu” ujar Dewi saat dia berada di samping Ayu
Ayu yang sedari tadi sibuk membaca tidak menyadari kehadiran orang lain di disekitarnya. Ayu terkejut dan mengalihkan pandangannya dari buku menuju Dewi.
“Dewi” ujar Ayu
Dengan canggung Dewi memposisikan dirinya untuk duduk di sebelah Ayu dengan jarak beberapa jengkal diantara mereka.
“A-ayu aku mau minta tolong kamu coba jelaskan yang sebenarnya” ujar Dewi terbata