Musim telah berganti dan tahun terus bergulir maju. Saat ini Dewi dan kawan-kawannya telah memasuki musim yang baru, dimana mereka harus berhadapan dengan musuh terakhir yang paling dibenci mahasiswa. Ya, apalagi jika bukan skripsi. Dewi dan kawan-kawannya telah memasuki semester 7. Dimana tidak ada lagi waktu bermain-main, tidak ada lagi waktu bersantai dan tidak ada lagi waktu untuk drama.
Sudah 3 bulan Dewi, Ayu, Amal dan Miya bergulat dengan skripsi untuk menyelesaikan pendidikan mereka di bangku kuliah. Semasa itulah persahabatan mereka mulai renggang. Bukan karena ada masalah yang muncul namun lebih karena kesibukan masing-masing dalam mengerjakan skripsi.
Miya yang banyak sibuk dengan penelitiannya lebih banyak menghabiskan waktu di laboratorium kampus. Dewi yang sedang menyelesaikan bab pembahasan banyak menghabiskan waktu dengan menyebar kuesioner kepada masyarakat. Ayu yang sibuk dengan revisi, banyak berdiam diri di perpustakaan jika tidak berada di ruang dosen berkonsultasi dengan dosen pembimbingnya. Sedangkan Amal, meskipun dia juga harus mengerjakan skripsi namun pikiran dan tenaganya banyak dihabiskan untuk bekerja mencari uang.
Pernah suatu kali Dewi bertemu dengan Ayu di lapangan kampus, namun yang biasanya mereka bertemu untuk duduk di kantin dan mengobrol kali ini mereka hanya bertegur sapa dan melanjutkan kegiatan masing-masing.
“Hi Yu” Dewi menyapa
Terlihat Ayu sedang membawa banyak buku di pelukannya dan tas punggung yang sepertinya berisi laptop.
“Oh hai Wi”
“Kamu bawa buku banyak banget Yu”
“Iya nih Wi buat referensi. Eh duluan ya Wi aku harus bimbingan sama dosen, udah janjian” ujar Ayu sambil langsung pergi terburu-buru menuju gedung kampusnya.
Disitu Dewi hanya bisa melihat Ayu berjalan menjauh sembari menghela napas. “kenapa semua jadi menjauh” ujar Dewi dalam hati. Memang hal ini sudah beberapa kali terjadi. Seperti minggu yang lalu saat Dewi bertemu dengan Miya di depan laboratorium yang berada di lantai 2 gedung fakultas mereka. Miya terlihat sedang merenung di depan balkon dengan tangan dilipat didepan dada.
“Miy” Dewi menyapa
“Eh Wi”
“Kamu ngapain Miy?”
“Gak papa. Mikirin penelitian aja”
Dewi rasa ini kesempatan yang bagus untuk memulai percakapan dengan Miya.
“Ohhhh udah sampai mana?” Dewi mulai bertanya
“Miy sini masuk. Gagal lagi percobaannya” salah satu teman Miya keluar dari laboratorium untuk memanggil Miya masuk.
“Ah iya tunggu bentar. Aku masuk dulu Wi” ujar Miya terburu-buru masuk dan menutup pintu laboratorium di belakangnya meninggalkan Dewi yang hanya bisa mematung.
Sedangkan Amal, sudah hampir sebulan Dewi tidak pernah bertemu Amal. Memang Amal sangat sibuk sekali. Jika tidak berkepentingan bertemu dengan dosen pembimbing, dia akan berada di tempat kerja. Skripsi pun lebih banyak dikerjakan Amal di rumah atau di temat kerja. Mencari Amal saat ini seperti mencari jodoh, sangat susah ditemukan.
Dewi sendiripun sibuk dengan hasil kuesionernya yang selalu tidak valid. Memang akan sangat membosankan jika harus membahas proses penyelesaian skripsi. Dengan banyaknya data yang perlu dicari, banyak buku yang perlu dibaca, tenaga yang habis untuk menyelesaikan revisi, hingga dosen pembimbing yang sulit ditemui membuat keempat sahabat ini harus berjalan sendiri-sendiri untuk menyelesaikan masalah mereka. Hal itu memang sungguh menyiksa. Seringkali mereka jenuh dan bosan hingga rasanya ingin menyerah, namun hidup harus berjalan kan, tidak bisa jika langsung menyerah begitu saja hanya karena tekanan seperti ini. Ini merupakan salah satu proses pendewasaan dimana tekanan dapat meningkatkan semangat berjuang dan permasalahan harus diselesaikan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
~