Hari baru, chapter baru. Hari baru dimana para mahasiswa telah menyelesaikan masa-masa suka duka perkuliahan. Hari dimana mereka sudah bebas dari kewajiban belajar di bangku perkuliahan. Hari ini adalah hari yang dinanti-nantikan oleh sebagian besar mahasiswa sebab jika bisa memilih sebagian lainnya hanya ingin rebahan, tentu saja ini adalah hari wisuda.
Para mahasiswa diminta untuk berkumpul di lapangan memasuki hall yang sudah dipenuhi oleh orang tua mereka. Hari ini akan menjadi hari bersejarah mereka. Wisuda. Hari yang ditunggu – tunggu para mahasiswa untuk melepaskan semua beban hidup yang mereka tempuh selama kurang lebih 4 sampai 5 tahun. Wajah berseri – seri yang menandakan mereka semua sudah menyelesaikan pergulatan mental dan fisik selama kuliah. Perasaan sedih karena akan merindukan banyaknya tugas, teman – teman yang mengesalkan, dosen yang sulit dicari di ruangan, dan tentunya masih banyak momen – momen yang tertinggal di sana.
Dihari terakhir, mahasiswa harus menunjukkan rasa kebanggan diri apalagi dilihat oleh orang tua yang terharu bercampur bangga melihat anaknya sudah bisa lulus. Orang tua terlihat sedikit belinang air mata karena merasa bersyukur dan masih tidak percaya dapat membesarkan anak – anaknya hingga mendapatkan gelar sarjana. Para calon sarjana duduk rapi memenuhi ruangan. Satu per satu dipanggil ke atas panggung untuk menghadap ke rektor. Dewi bersiap maju ke depan, merapikan sedikit jubah dan toganya. Saat sudah berhadapan dengan rektor, tali toga yang semula berada di kiri dipindahkan ke sebelah kanan. Lepas sudah beban ini.
Prosesi wisuda berjalan dengan lancar, Dewi memeluk erat ibunya melepas haru. Tak lupa Dewi pergi ke suatu tempat dimana sudah ditunggunya Amal dengan buket bunga.
“Amal!” seru Dewi
“KAMU SIAPA?” Amal tersentak.
Memang Dewi membuat orang-orang terkejut heran akan tampilannya, karena full makeup, hairstyle dan bajunya sungguh berbeda dari biasanya. Tidak hanya Dewi, para wisudawan juga menggunakan full make up untuk momen bahagia ini.
“Dewi lah.. masak suara juga gak dikenali”
“Hehe kalo sekarang kuakui jadi cantik Wi”
“Oh jadi dari dulu jelek gitu?”
“Oh yang lain ke mana yaa” Amal mengalihkan pembicaraan.